Begitu Nadira selesai minum, Alven bangkit sambil mengambil kunci mobilnya. Gerakannya tenang, rapi, tapi Nadira tahu… itu gaya mau ngajak cewek jalan. “Ayo,” kata Alven ringan. Nadira berkedip. “Ke mana?” “Cari makan.” “Lho, kamu nggak bilang mau makan tadi.” Alven mengangkat alis sambil menatapnya lama, hangat, tapi juga sedikit geli. “Aku belum makan dari pagi, Dir. Tapi… sekarang aku pengin makannya sama kamu.” Nadira langsung manyun, pipinya panas. “Huh! Yang barusan aja kamu bikin aku ngambek.” Alven tertawa kecil, langkahnya mendekat. “Makanya aku ajak kamu keluar buat nebus salahku. Boleh?” Suaranya rendah, sabar, dan… bikin jantung Nadira jatuh ke perut. Dengan malas-malas gemes, Nadira menjawab, “Iya, iya… boleh.” Mereka keluar dari gedung bersama. Begitu sampai parkiran

