Bagian 21 (Fakta rumit)

909 Words

Begitu Alven memadamkan rokoknya, ponselnya kembali bergetar. Nama yang muncul di layar membuat dahinya berkerut — Minthea. Ia menatap layar itu cukup lama, ragu untuk menjawab. Tapi kemudian, pikirannya bekerja cepat: jika telepon ini datang tepat setelah insiden ayahnya, berarti sesuatu sedang dimainkan. Dengan napas tertahan, ia menekan tombol hijau. “Alven… tolong aku,” suara Minthea terdengar lirih tapi tergesa, disertai isakan kecil. “Aku diserang… mereka ambil semuanya. Aku takut.” Alven menegakkan tubuh, matanya menyipit. “Siapa yang nyerang kamu?” “Aku nggak tahu… mereka masuk apartemenku, rampas perhiasan, laptop, semua dokumen. Aku cuma sempat kabur. Aku—” suara Minthea tersendat, diikuti helaan napas dramatis. “Aku pikir ini ada hubungannya sama kamu… atau orang-orangmu…”

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD