Bagian 40

1066 Words

Pagi itu udara di mansion terasa hangat dan wangi. Nadira bangun lebih dulu, rambutnya masih agak berantakan, tapi wajahnya berseri karena semalam ia tidur pulas dalam pelukan suaminya. Ia turun ke dapur, memasak sarapan simple: omelet lembut, sosis panggang, roti, dan s**u hangat. Tidak berlebihan, tapi rapi dan wangi. Baru beberapa menit duduk di meja makan, langkah kaki berat—tapi cepat—terdengar dari arah tangga. Alven muncul. Rambutnya acak-acakan, wajahnya masih setengah ngantuk, tapi alisnya sudah mengerut seolah pagi itu seseorang baru saja mencuri kopi kesukaannya. “Dira…” suaranya serak, seperti baru bangun lima detik lalu. Nadira sudah senyum kecil, “Kenapa, Mas?” Alven mendekat sambil manyun. “Kok kamu nggak bangunin aku? Aku kan mau sarapan bareng istri aku.” Nadira meng

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD