Pagi Baru, Keheningan yang Lembut & Bayangan yang Mengintai** Nadira terbangun lebih dulu. Sinar matahari belum sepenuhnya masuk ke balik tirai, hanya garis tipis keemasan yang menyentuh lantai kamar. Alven masih terlelap di sebelahnya, napasnya teratur, lengan beratnya melingkari pinggang Nadira seperti enggan melepaskan. Pelan-pelan Nadira menggeser tangan itu, hati-hati agar suaminya tidak bangun. Ia menatap wajah Alven sebentar—tenang, lelaki itu terlihat jauh lebih damai ketika tidur. Tidak ada amarah, tidak ada beban. Hanya seorang laki-laki yang ia cintai, sekaligus seseorang yang mampu membuat hidupnya terasa rumit… dan indah sekaligus. “Kerja lagi, ya?” gumam Nadira lirih sambil mengusap pipinya. Ia turun dari ranjang, menyentuhkan kakinya pada lantai hangat karpet tebal, lal

