Pindah ke Paviliun

1176 Words
Siangnya mereka berdua mulai membereskan barang-barang dan akan pindah ke paviliun sebelah rumah. Menurut Ali, ia dan Mita ingin sekali belajar untuk mandiri. Semua barang-barang yang berada di dalam kamar beberapanya dipindahkan ke rumah paviliun. Cukup lama juga mereka beberes rumah itu, memang tidak gede namun ada kamar, kamar mandi dan dapur ya paviliun minimalis. Mita benar-benar semakin merasa lelah, merebahkan tubuhnya sejenak di ranjang empuk itu sedangkan Ali masih sibuk entah ngapain dan Mita tak ingin ambil pusing. Cukup lumayan lama juga Mita terlelap dan saat terbangun ia sudah melihat suaminya yang berada tepat di sampingnya tertidur dengan pulas sambil memeluk tubuh mungil Mita. Pantas saja perutku terasa berat sekali, ternyata ada tangan lelaki tak tau diri ini, gerutu Mita. Ia menyingkirkan lengan suaminya namun lengan kekar itu justru semakin menarik Mita masuk ke dalam dekapannya. Mita sampai merasa tidak bisa bernafas lega karena dekapan yang sangat erat itu. Berkali-kali lengan kekar itu disingkirkan, berkali-kali juga semakin ditarik dalam dekapan. Mita tak lagi menyingkirkan lengan kekar itu, dan membiarkan saja tubuh mungilnya di peluk erat seperti itu. Mita menatap atap kamar paviliunnya, mulai menyadari bahwa saat ini kehidupannya benar-benar harus lebih mandiri dari sebelumnya. Memang, sebelumnya ia masih bergantung pada orang tua karena tinggal bersamaan. Sekarang, walaupun memang sebelahan tetapi ada rasa beda tersendiri di dalamnya. Mita mencoba untuk bisa hidup lebih mandiri dan berdua bersama lelaki yang sama sekali tak mencintainya dan menikah hanya karena paksaan Emak bukan dari lubuk hatinya yang terdalam. Ali mulai mengerjapkan matanya berkali-kali, posisinya yang memeluk Mita membuat indra penciumannya langsung menghirup aroma tubuh Mita. Aroma tubuh yang sebenarnya memang sangat ia rindukan kehadirannya, namun untuk berada di dekatnya sangat sulit memperlakukannya dengan baik. Dendam yang sudah tertanam di dalam hatinya membuatnya enggan bersikap baik pada istrinya. Ali pov Kemarin, tanpa persetujuan istriku, kulontarkan pembicaraan di depan semua keluarga bahwa aku dan Mita akan pindah untuk mengontrak. Sebenarnya, ini hanya akal-akalanku saja sebab niatku adalah ingin menguasai paviliun sebelah rumah ayah dan bunda. Kumerasa satu persatu niatku harus segera terealisasi, sebab jika kelamaan takut Mita merasa muak dan meninggalkannya. Sebenarnya, istriku itu tidak salah, tapi ambisi Emak agar harta keluarga Mita tidak jatuh pada orang lain membuatku berpikir bahwa akar dari masalah ini adalah Mita. Dia memang sangat cantik, manis, dan senyumnya akan membuat siapa saja terpana bahkan aku sendiripun merasa terpana dengannya, tapi karena sebuah dendam yang membuatku tak bisa bersama kekasihku itu menjadi sebuah malapetaka yang akan dialami oleh Mita seumur hidupnya. Kumencoba untuk menerima, menyayangi dan mengkasihinya namun rasanya sulit sekali. Lagi-lagi dendamku padanya menyelimuti diri dan menutupi semua rasaku padanya. Aku menyiksanya dalam sebuah penderitaan yang ia tampilkan berupa kebahagiaan. Sungguh, ia gadis yang sangat pintar sekali. Ia bisa menutupi semua apa yang dirasakannya di hadapan orang lain. Makian dan cacian mungkin menjadi makanan baginya saat aku kembali. Pil pahit kehidupan harus selalu ia telan saat bertemu denganku. Seperti kemarin, aku sengaja membawa semua pakaianku baik yang kotor atau masih bersih, dibawa dari Bogor ke rumah hanya untuk menyiksanya dengan mencuci semua pakaian itu. Entahlah, aku senang sekali jika sudah bisa menyiksanya, karena ada sebuah kepuasan tersendiri yang kudapatkan. Dapat kupastikan ia akan mengoceh ketika mencuci, tapi di depanku ia akan terdiam dan menuruti semua perintah. Walaupun sepatah dua patah kata ia lontarkan untuk menjawab, namun dalam seketika akan terdiam saat senjata pamungkas kukeluarkan bahwa ia akan berdoa jika tak menurut dan patuh pada perintah suami. Hari ini, setelah sholat subuh hampir saja aku keceplosan mengucapkan apa niatku menikahinya saat ia sedang terlelap. Khawatir sekali jika ia sampai mendengarnya karena pasti akan membuat rencana menjadi sangat berantakan. Namun, dia terlihat sangat aneh sekali karena tidak seperti biasanya. Wajahnya pucat dan lesu, terlihat sekali perubahannya. Apakah ini semua karena ulahku yang menyiksanya untuk mencuci baju? Tapi masa iya hanya karena mencuci baju energi dia akan habis? Sepertinya itu sangat tidak mungkin dan tidak masuk akal sekali. Apakah dia benar-benar sakit? Ia melangkah gontai keluar kamar lalu masuk lagi dengan membawa makanan untukku. Ia merebahkan tubuhnya di sampingku, aku mempercepat makanku dan langsung mengajaknya untuk pindah ke rumah sebelah. Dengan sisa tenaga, ia bangkit dan mengikutiku membawa barang-barang ke rumah sebelah. Dia benar-benar terlihat lelah, namun tetap tersenyum dan membantu walaupun disiksa olehku. Selesai beberes rumah paviliun, ia terlelap tidur. Kubiarkan saja ia tertidur dan memberinya waktu istirahat, kupandang wajahnya yang ayu, ada rasa rindu yang mendera hatiku untuk menyentuhnya. Namun kuurungkan niatku dan memilih untuk tertidur di sebelahnya. Kumemeluk tubuhnya dengan sangat erat, kubawa tubuh mungilnya masuk ke dalam dekapanku. Cukup lama juga ia tertidur, kurasakan perubahan dari dirinya membuatku ikut terbangun. Mita mulai menyingkirkan lenganku namun kutarik tubuhnya masuk ke dalam dekapanku, ia terus melakukan itu berulang-ulang. Sepertinya ia mulai malas menyingkirkan kembali lenganku, kumenghirup dalam-dalam aroma lavender yang keluar dari tubuhnya. Kumulai meraba setiap inci tubuhnya, ia terkejut karena tindakanku namun kembali normal kembali dan mengikuti alurku. Saat ini aku menginginkannya, menginginkan sebuah penyatuan yang berhasil membuatku melayang. Aku mulai mencumbunya, dia semakin masuk ke dalam permainanku, perlahan tapi pasti kubuka satu persatu kancing bajunya dan meloloskannya dari tubuh mungilnya sehingga membuat tubuh itu tanpa sehelai benangpun. Pikiranku sudah melayang, rasanya ingin sekali memasuki inti tubuhnya namun aku masih memberikan pemanasan padanya. Semakin masuk ke dalam permainan, kami berdua semakin melayang ke udara, kumulai masuk ke dalam inti tubuhnya, dengan perlahan membuatnya semakin menggelinjang tak menentu. Gejolak cinta yang mendesir di dalam tubuhku semakin tak karuan karena melihat dan mendengarnya memanggil namaku berkali-kali dengan suara yang sangat merdu. Kutak kuasa menahan diri, dan semakin mempercepat permainanku membuat tubuhnya semakin terguncang karena ulahku. Teriakannya tertahan dan tercekat di tenggorokan membuatnya menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri. Sepertinya ia memang menahan diri agar teriakannya tidak pecah, permainanku semakin membuatnya tak karuan, tubuhnya menegang dan bergetar hebat, kami berdua sama-sama bergetar hebat dan menyemprotkan lahar panas di tubuh masing-masing, lalu seperti terhempas dari udara dan melemah karena merasa lelah. Kami berdua merebahkan tubuh dan mengatur nafas agar kembali stabil. *** "Dik, kenapa kau masih juga belum montok?" "Memang kenapa Mas?" "Ya enggak enak kalau flat begini tuh! Kalau montok lebih mantap, seperti yang di film-film tiap Mas tonton tuh," sentaknya pada Mita. "Ah terserah Mas saja deh, aku sudah tak tau lagi bagaimana untuk bikin montok tubuh ini. Susah payah aku sudah berusaha, tetapi tetap saja seperti ini. Lagian, istrimu itu aku Mas, bukan pemain film yang kau tonton itu, heran," ucapnya meninggalkan Ali di atas ranjang, lalu beranjak ke kamar mandi untuk bebersih, Ali mengekor di belakang. Mereka mandi bersama dan mengulang kembali penyatuan tersebut di dalam kamar mandi. Ali memperlakukan Mita sangat kasar sekali di dalam kamar mandi, sepertinya ia merasa kesal karena sempat di bentak oleh Mita tadi. Lagian, sikapnya juga seenaknya pada istrinya, ucapannya selalu menyakiti hati Mita dan perlakuannya tak pernah baik ataupun mesra pada istrinya. Setelah merasa puas akan sebuah penyatuan, mereka berdua segera mandi dan langsung melaksanakan sholat ashar karena sudah terlambat dan hampir maghrib, itu semua ulah Ali yang menerjang Mita terus-menerus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD