Penyatuan Pertama Kali

1151 Words
"Dik," panggilnya lembut. "Iya Mas?" "Apakah Adik merasa lupa jika saat ini sudah menjadi seorang istri?" tanyanya lembut dan tersenyum manis. "Maaf Mas, Mita belum terbiasa." "Tak apa sayang. Lain kali jangan diulang ya, ingat sekarang kau sudah menjadi seorang istri jadi jangan hanya memikirkan dirimu sendiri. Ada suami juga yang seharusnya kamu pikirkan," balasnya lembut. Mita mengangguk patuh dan tersenyum sangat manis membuat Ali seakan tak bisa menahan dirinya. Mereka banyak membicarakan sesuatu hal yang mungkin sepele namun bagi mereka itu adalah informasi luar biasa dari satu sama lainnya. Ali semakin tak bisa menahan diri setiap kali ia melihat bibir mungil Mita. Tiba-tiba ia memegang tangan istrinya dan mengecupnya sangat mesra sekali. Tubuh Mita dibaringkan perlahan di atas ranjang mereka berdua, Ali mulai mengecup kening istrinya dan berdoa lalu meniupkan tepat di tengah kening istrinya. Ciumannya turun ke mata, hidung, pipi dan yang terakhir adalah bibir mungil Mita. Bibir mungil itu menjadi serbuan luar biasa bagi Ali, ia merasa candu dengan bibir mungil yang manis seperti rasa permen karet itu. Ditambah lagi aroma lavender tubuh Mita semakin membuat lelaki itu melayang dan tak bisa menahan gejolak cintanya. Ia mulai melepaskan satu persatu kancing baju dan melepaskannya dari tubuh mungil Mita sehingga membuat gadis itu terlihat tak memakai sehelai benangpun. Pikiran Ali mulai melayang melihat pemandangan indah nan luar biasa di hadapannya itu, Mita yang sedari tadi tubuhnya di tatap lekat seperti itu menjadi merona dan tersipu malu. Ali mulai menerjang gundukan daging yang menurutnya sangat kurang memuaskan sekali karena tak sesuai dengan ekspetasi juga harapannya. "Mengapa gundukanmu sangat kecil dan tak montok? Kalau montok pasti rasanya sangat luar biasa," ucapnya di sela-sela permainan. Desiran darah dalam tubuh Mita yang tadinya meninggi tiba-tiba merasakan perih karena ucapan suaminya. Namun ia tetap berusaha biasa saja agar tak merusak suasana saat ini. Mas Ali tetap melanjutkan fore playnya, permainannya semakin jauh. Tangan lelaki itu semakin meraba tiap inci tubuh istrinya dan semakin meraba ke daerah tubuh inti Mita. Ia bermain dengan kaku disana, walaupun kaku namun Mita merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Mereka berdua sama-sama baru merasakan semua ini pertama kali jadi terlihat sekali kakunya. Ali merasa sudah tak tahan lagi menahan diri dan gejolak cinta yang mendera tubuhnya. Pikirannya mulai menerawang jauh dan meminta sesuatu yang sangat lebih. Ia langsung memasukkan miliknya ke dalam inti milik Mita namun sempat salah masuk membuat gadis itu meringis kesakitan. Ali memandangnya sesaat dan mengucapkan kata maaf lalu memulainya lagi, memasukkan miliknya pada tubuh Mita. Perlahan namun pasti dengan ritme yang sangat pelan, Mas Ali terus dan semakin masuk ke dalam tubuh Mita. Perih itu yang Mita rasakan saat itu, namun lama-kelamaan rasa perih itu menjadi rasa nikmat yang luar biasa dan tiada tara. Namun, tiba-tiba Mas Ali menghentak miliknya beberapa kali membuat rasa perih itu datang kembali dan seperti merobek sesuatu, Mita merasakan ada sesuatu yang mengalir. Ia mencabut miliknya dari Mas Ali dan lari ke dalam kamar mandi, ternyata ada darah yang mengalir. Mita berpikir itu adalah darah datang bulan, malu sekali rasanya jika memang benar seperti itu. Ia langsung membersihkannya dan kembali lagi menemui Mas Ali "Kamu kenapa, Dik?" "Maaf Mas, tadi ada darah yang mengalir, kupikir itu adalah darah datang bulan ternyata bukan." "Apa selaput darahmu robek? Mana darahnya?" Pertanyaan Ali membuat Mita menaikkan satu alisnya bingung, mengapa yang ditanyakan justru darah selaput darah yang sudah robek? Padahal sudah jelas tadi dikasih tau kalau sudah di cuci. "Sudah Adik cuci, Mas." Mas Ali mengangguk paham, ia menarikku ke dalam pelukannya. "Ya sudah. Ayo kita lanjutkan lagi," bisiknya di telinga Mita dengan sangat mesra membuat istrinya terbuai kembali. Mita meringis kesakitan kembali saat milik Ali menerobos inti tubuhnya. Walaupun rasa perih dan panas mendera daerah inti Mita namun ia tetap melayani suaminya. Tangannya mulai kembali bermain di gundukan daging Mita dan lagi-lagi mengucapkan sesuatu yang membuat dirinya sendiri. "Gundukanmu benar-benar kecil ya," ucapnya di sela-sela kegiatan. "Lalu, aku harus ngapain biar besar?" tanyanya polos. Ia merasa tak tau harus melakukan apa maka dari itu menanyakan hal tersebut pada Ali. "Ya aku enggak tau, pokoknya montokin aja. Kalau montok tuh enak dan makin b*******h," balasnya santai dan mereka masih melanjutkan aktivitas mereka. Lalu tiba-tiba Mita mencengkram lengan Ali dan ritmenya semakin lama semakin kencang, erangan Mita semakin membuat suaminya menggila. Gejolak cinta semakin mendera, tubuh mereka berdua bergetar hebatnya, erangan satu sama lain terdengar nyaring sekali. Mereka menyemprotkan lahar panas di dalam tubuh inti pasangannya masing-masing, mereka bersama-sama terhempas melayang menikmati kenikmatan luar biasa hingga langit ke tujuh. Tubuh mereka berdua terasa lemas dan terbaring sambil berpelukan hingga menunggu ashar. "Ternyata begini nikmatnya berhubungan intim ya," ucap Ali tiba-tiba. "Menyesal Mas kenapa enggak dari awal menikahimu, Dik." "Kau terasa nikmat sekali, makasih ya, Dik," ucapnya membuat Mita tersenyum dan tersipu malu. *** Sore hari, setelah mandi bersama, sholat dan menunggu maghrib. Tiba-tiba Ali membuka lemari pakaian Mita dan mengeluarkan semua isinya membuat istrinya itu membelalakan matanya tak percaya karena lemarinya dikuras habis seperti itu. Ali langsung memilah dan memilih mana pakaian yang pantas dan tidak pantas dipakai juga di gunakan oleh istrinya. Ia membuang semua celana jeans dan kaos-kaos milik istrinya dan pakaian-pakaian yang tak layak sebagai seorang perempuan dan juga istri. "Mas, kenapa semua pakaian Mita di keluarin?" "Loh, itu celana jeans dan kaos Mita kenapa dipisah-pisahkan seperti itu sih, Mas?" protesnya karena melihat suaminya seenaknya saja mengeluarkan semua isi. Benar-benar semuanya dikeluarkan tanpa sisa. "Dik, kamu sudah tidak pantas lagi memakai pakaian yang seperti ini lagi!" ucapnya tegas. "Memang kenapa? Dan tak pantas mengapa?" tanyanya polos. "Iya jelas kamu sudah tak pantas lagi memakai pakaian seperti ini, karena kamu adalah seorang perempuan dan sekarang menjadi seorang istri." Mita hanya diam saja diperintah seperti itu dan mengangguk patuh. Mita dipaksa berubah menjadi apa yang suaminya inginkan. Ia mengingat apa yang diucapkan Bundanya untuk selalu menuruti semua apa yang diinginkan oleh suaminya. Jadi mau tidak mau ia menuruti dan mengiyakan kemauan suaminya. Ini adalah awal perubahan Mita menjadi kupu-kupu. Awalnya, ia hanya seorang ulat yang tomboy, berani, cuek dan mandiri sekarang semuanya berubah dan membuatnya menjadi kepompong lalu kupu-kupu yang anggun dan manis. Setelah membereskan semua yang merasa tidak penting dibuang, mereka sholat maghrib bersama, makan malam kali ini Mita lebih mengingat suaminya dan tak lagi seperti awal. Malam kedua tak ada yang berkesan karena mereka berdua merasa lelah setelah pertempuran tadi sore yang berkali-kali seakan tak pernah puas dan tak ingin melewatkan kenikmatan itu. Malam kedua membuat Mita lebih terbiasa akan kehadiran suaminya di sampingnya itu. "Dik, bagaimana kalau kita honeymoon ke Puncak Bogor?" "Honeymoon Mas?" ucapnya tersipu malu. "Iya sayang, mau 'kan? Kita mengulang kembali kenikmatan yang seperti tadi, mau?" "Baik Mas, Mita ikut apa kata Mas saja. Menurut dan ikut kemana saja suami pergi." "Baiklah. Dalam beberapa hari kedepan kita berangkat ke Bogor ya seminggu." Mita mengangguk patuh pada suaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD