Pagi ini, di kelas Bahasa 2. Vivi terlihat begitu lemas, ia bersandar pada badan kursi dan menengadahkan kepalanya . Bagaimana tidak, semalam ia digempur Theo hingga lima ronde.
"Capt, tumben lemes?" tanya Gea yang baru saja datang.
Vivi melirik Gea dengan mata sayu," gue capek, Ge. Badan gue lemes banget."
"Berapa ronde, Capt?"
"Lima,Ge ... lima ronde."
"Buset ... Theo habis minum obat kuat, Capt?"
"Entah laahh, gue mau mangkir dulu deh hari ini. Gue jadi mikir, si Sharap bisa tahan sampek tujuh ronde ma Opik gimane caranya?" ujar Vivi sembari mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Grup Chat :
Anda : Shap ... Sharap!
Sharapnya Opik : Apaan sih?
Anda : Gue boleh tidur asrama lo kagak sekarang?
Sharapnya Opik : Tumben? Lagi berantem ma Theo?
Amitabachan : Vivi kenapa?
Anda : Badan gue remuk, gue lagi males ikut pelajaran.
Sharapnya Opik : ya udah, lo langsung aja ke asrama! Yang penting lo jangan habisin stok cemilan gue!
Anda : Ami ... lo lagi praktek, kan? Gue mampir kelas lo ya? Makanannya buat gue!
Amitabachan : Oke, kesini aja!
Read.
Vivi beranjak dari bangkunya, ia menenteng tas lalu berjalan keluar dari kelas. Ia sengaja tidak melewati kelas Theo agar tak ketahuan jika sedang mangkir dari sekolah.
"Ya Lord, bantu hambamu yang cantik ini biar bisa ke asrama dengan selamat," gumam Vivi.
Vivi berlari kecil menuju gedung SMK untuk menghampiri Ami di kelas Tataboga. Belum sampai gedung SMK ia sudah terengah-engah karena cuaca panas.
"Bangke! Siapa sih yang bangun gedung SMK sejauh itu,"gumamnya lagi.
Kurang dari 100m, Vivi bertemu Ovi yang berjalan kearah berlawanan.
"Eh, Neng Pipi ... mau kemane lo nenteng karung kek gitu?" tanya Ovi sambil cengengesan melihat gaya berjalan Vivi yang seperti orang tak bertenaga.
"Mau minggat!" celetuk Vivi yang berlalu dengan menatap tajam kearah Ovi.
"Buset dah, galak amat ceweknya Teh Oreo," cetus Ovi melanjutkan perjalanannya menuju gedung SMA.
Vivi hanya berdecak dan kembali berjalan menuju gedung SMK.
Sesampainya Vivi di gedung SMK, ia langsung saja memanggil Ami yang sedang sibuk memasukkan makanan kedalam kotak makan.
"Ami!"
"Nih, udah gue bungkus rapi buat lo. Lagian ada apa sih?"
"Selakangan gue nyeri, semalem Theo lagi kumat," ujar Vivi.
"Astaga, sampe segitunya. Si Theo lagi kerasukan apa gimana sih, kok bisa banget bikin lo sampe kesakitan begitu?" ujar Ami yang sangat mengenal temannya itu.
"Semalem Theo kasar banget, Ami ... punya gue keknya luka deh. Sakit banget, Ami," rengek Vivi.
"Ya Tuhan, poor s**********n Vivi! Ya udah, kalo gitu lo buru-buru istirahat aja di tempat si Shap. Sori gue gak bisa ikut nemenin, masih ada urusan soalnya di kelas ekskul,"
"Oke, Ami. Bye, bye ... "
Vivi kembali melangkahkan kakinya, kali ini ia menuju asrama yang letaknya cukup melelahkan jika ditempuh dengan berjalan kaki. Beruntungnya Vivi, ia bertemu dengan Gecko yang sedang menaiki golf cart.
"Gecko!" teriak Vivi memanggil Gecko.
Sontak Gecko mengerem lalu melihat keasal suara. Ia melihat Vivi melambaikan tangan kearahnya. Vivi langsung saja berlari mendekati Gecko.
"Lo kenapa disini? Bukannya belajar," omel Gecko.
"Yee ... suka-suka gue!"
"Ada apaan manggil gue?"
"Anterin ke asrama dong!"
"Hmmm, ya udah naik!"
Vivi tersenyum lebar, ia naik dan duduk di belakang Gecko.
"Lo kenapa mangkir? Tumben," tanya Gecko sembari mengendarai golf cart.
"Hmm? Owh, lagi males aja,"
"Cowok lo tau kagak?"
"Eh, eh ... j-jangan di kasih tau ya!" ujar Vivi gagap.
"Hmmm,"
Tiba-tiba saja Vivi menepuk dahinya. Ia teringat jika baru saja bertemu dengan Ovi. Betapa bodohnya Vivi, ia lupa jika Ovi pasti akan memberitahu Theo mengenai dirinya.
"Bangke! Gue lupa anjir!" seru Vivi.
Gecko menatap tajam kearah Vivi. Ia tak menyangka akan mendengar u*****n dari mulut cewek cantik yang sedang menumpang itu.
"Udah sampek nih! Buruan turun sana!"
"Oke, thanks!"
Vivi berlari kecil masuk kedalam asrama, belum sempat sampai di kamar Shap, Vivi bertemu dengan Pak Benny penjaga asrama.
"Hei, kamu!" teriak Pak Benny, sontak membuat Vivi berhenti dan menengok ke asal suara.
Vivi membulatkan matanya melihat Pak Benny yang sudah berkacak pinggang menghampirinya.
"Sedang apa di asrama? Bukannya ini jam pelajaran?" tanya Pak Benny dengan nada tegas
"Saya mau ke kamar Shap, Pak. Bapak yakin mau menghalangi saya?"
Wajah Pak Benny terlihat kesal mendengar nama Shap disebut Vivi. Semua orang di sekolah tau, bahwa Shap adalah anak donatur terbesar di Algateri High School.
"Ya, sudah sana! Anggap saja kamu tidak melihat saya!" ujar Pak Benny yang tiba-tiba saja melangkah pergi menjauhi Vivi.
Senyum Vivi merekah, ia bergumam dalam hati, "the power of GAS, hahaha."
***
Theo sedang mengikuti kegiatan belajar di kelas. Ia terlalu fokus pada pelajaran bahasa Jepang. Apalagi pelajaran favoritenya ini yang membuatnya menjadi salah satu cowok populer di sekolah.
"Anata wa nani ga okotte mo, akiramerubekide wa arimasen. Watashi wa, anata ga orite kuru node wanaku noboru tame no dōgu to shite anata ni nani ga okotte mo sore o tsukaubekidesu," Endang Sensei sedang membacakan satu kata mutiara dari buku yang dipegang.
Arde yang kurang mengerti dengan apa yang dikatakan Sensei bertanya pada Theo.
" The, entar pinjem catetan lu ya? "bisik Arde.
" Yakin lo pinjem catetan gue? "
" Emang kenape ama catetan lu, anjir? "
" Lo liat sendiri nih! "
" Vangke banget sih lo, itu semua tulisan Jepang anjir, "
" Makannya gue nanya dulu, yakin mau pinjem? "
" Kagak! "
Setelah selesai, Sensei menjelaskan bahwa akan ada turnamen pidato bahasa Jepang di Universitas Indonesia. Tentu Sensei akan menunjuk Theo sebagai perwakilan dari Algateri High School.
" Matheo, silakan keruangan saya sepulang sekolah untuk mengisi formulir," ujar Sensei pada Theo.
"Hai, Sensei!" jawab Theo.
Setelah jam pelajaran berakhir, Theo langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia mengetik chat untuk menanyakan keberadaan Vivi sang kekasih.
Chat w******p :
Anda : Ayang, dimana?
Ayang Vivi : lagi main petak umpet!
Read
Theo beranjak dari bangkunya lalu keluar kelas. Ia berjalan menuju kelas Bahasa 2.
"Kok gak ada?" gumam Theo saat melihat bangku kekasihnya kosong.
Chat w******p :
Anda : Lo dimana?
Ayang vivi : Dibilangin lagi main petak umpet! Ada apa sih?
Anda : Oke! Kalo ketemu, hukumannya 10 ronde malam ini!
Ayang Vivi : Punya pacar atu bangke banget sih! Ya udah, cari gue kalo bisa!
Read
Theo berdecak kesal, ia berjalan masuk dan bertanya ada teman sebangku Vivi.
"Vivi dimana?" tanya Theo kesal.
"Gak tau, The," jawab Nat.
"Buruan kasih tau!"
"Kita beneran kagak tau Captain dimana? Pas cabut, Captain kagak ngasih tau mau kemana," ujar Gea.
"Bangke!" sembari berbalik badan pergi dari kelas Bahasa 2.
Theo berjalan dengan emosi yang tinggi. Baru kali ini Vivi mempermainkannya.
"Lo kenapa?" tanya Anjiel yang kebetulan berpapasan dengan Theo.
"Lo liat Vivi gak?"
"Kagak, emang cewek lo ngilang kemane?"
"Kalo tau ngapain gue nanya ke elo bangkeeee!"
"Oh iya, ya ... hahaha,"
"k*****t lo!"
Theo kembali melangkah menuju kantin, ia melihat Ovi yang sedang duduk sendiri sembari memakan camilannya. Theo pun ikut duduk dan mengambil tanpa ijin camilan milik Ovi.
"Sama-sama, Teh Oreo!" ucap Ovi sembari menatap tajam ke Theo.
Theo tak menggubris tatapan Ovi, ia masih bingung harus mencari Vivi kemana lagi.
"Asem banget muka lu," celetuk Ovi.
"Lagi nyariin cewek gue, Opik,"
"Yaelah, si Vivi bukannya lagi di asrama si Shap," ujar Ovi.
"Serius? Ngapain Vivi disana?"
"Mana gue tahu! Cewek gue bukan,"
"k*****t lu! Ya udah, gue mau samperin cewek gue,"
"Ya udah sono,"
Theo langsung saja menuju asrama, dalam hatinya sudah sangat kesal karena dipermainkan.
***
Vivi sedang asik menikmati makanan dari Ami. Ia juga sedang membaca novel karya Agatha Christie.
Kling
Ponsel Vivi berdering, ia langsung saja melihat layar kecil itu.
Grub chat :
Sharapnya Opik : Pi, lo buruan pergi deh! Theo lagi otewe ke asrama tuh.
Anda : Bangke! Sapa yang kasih tau Theo?
Sharapnya Opik : si Ovi, wkakakaka
Anda : k*****t emang Opik!
Vivi langsung saja beranjak dari asrama, ia berlari melewati tangga darurat. Ia tak ingin bertemu Theo untuk saat ini, bukan karena sudah bosan. Namun Vivi hanya ingin sedikit ruang untuk diri sendiri.
Sampai di lantai satu, Vivi berlari untuk kembali ke gedung SMA. Namun baru saja sampai di parkiran motor Vivi bertemu dengan Ranjiel.
"Njiel ... Bantuin gue!"
"Lo kenape? Bukannya Teh Oreo lagi nyariin lo?" tanya Ranjiel.
"Kali ini aja, bantuin gue!"
"Bantu apaan, Pipi?"
"Lo mau kemana?"
"Mau ... Balik lah,"
"Gue ikut! Please!" sembari meraih tangan Ranjiel.
"Hmm, ya udah ... Buruan naik!"
Akhirnya Vivi memilih untuk pergi bersama Ranjiel. Menghindari Theo yang sedang emosi, mungkin lebih baik untuk Vivi saat ini.
***
Theo mengetuk pintu asrama milik Shap. Sayangnya tak ada jawaban, lalu Theo menekan kode pintu yang sebelumnya ia dapatkan dari Ovi.
Ceklek
"Yang!" panggil Theo.
Kamar terlihat kosong tak berpenghuni. Theo berdecak kesal, ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Ni cewek kenapa sih! Argh! Bikin erosi aja,"
Akhirnya Theo memilih untuk pergi dari sana. Saat dilantai satu, ia bertemu dengan Pak Benny penjaga asrama.
"Cari siapa?" tanya Pak Benny.
"Nyariin cewek saya, Pak. Bapak liat kagak si Vivi kesini?"
"Tadi naik kekamarnya Shappira, coba kamu kesana!"
"Gak ada, Pak. Saya udah naik barusan,"
"Ya ... mana saya tahu," ujar Pak Benny yang melanjutkan perjalanannya.
Theo lagi-lagi berdecak kesal,ia berjalan malas kembali ke gedung SMA. Sampai di lorong sekolah Theo bertemu dengan Arde dan Rahmad, akhirnya ia memilih menuju sekretariat Pecinta Alam untuk menenangkan diri bersama kedua temannya itu.
"Cewek lo belum ketemu, The?" tanya Arde.
"Belum!" jawab Theo singkat.
"Ya udah, latihan aja biar fresh," ujar Rahmad.
"Iya,"
* To be Continued...
Buat yg mau liat Vivi ngapain aja ama Ranjiel... Cus pantengin WP author GogovilsSigogomel GAS - ANJELI
CERITA LAIN JUGA BISA KALIAN BACA DI AUTHOR LAINNYA
FuraZaoldyeck OVISHAP
VGCandy RHEARIS
MikaArayu RAGAM
Jangan lupa kasih bintang!
Be a good Readers....