1. Cipa

1536 Words
"Cantik sih, tapi sayang, attitude dan otak nya tidak pernah digunakan." Ra• ##### Hujan seakan berada di pihak nya saat ini, merendam suara tangisan yang setiap malam membuatnya sedikit demi sedikit membentuk sebuah trauma yang mendalam. Sambungan telfon masih menyala dengan suara-suara lantang keluar dari sana, tangisan seorang gadis dibawah kasur masih tetap meraung sesekali menahan sesak napas karena tangisnya. "Kau kira aku ingin hidup?! Aku tidak pernah sedikitpun ingin lahir didunia ini! Bahkan aku tidak pernah meminta untuk bernapas! Jika kau tak suka kelahiran ku cukup anggap aku sudah mati! Bukan kau saja yang membenci diriku! Tapi aku juga benci diriku sendiri!" Gadis itu berteriak dengan napas yang tersengal-sengal, membiarkan air mata mengalir membasahi wajah hingga pakaiannya. "Mati saja kau! Dari dulu kau selalu saja menyusahkan diriku! Dasar adik tidak berguna!" Dengan cepat, gadis itu mematikan sambungan telfon, menggenggam telfon itu dengan erat seolah-olah ia menghancurkan seseorang dibalik ponselnya. Meong Suara seekor kucing menyadarkan nya akan sesuatu, dengan cepat, gadis itu membalikkan badannya dan langsung tersenyum manis, seekor kucing berwarna putih bersih dan berbulu tebal melompat keatas pangkuannya. "Koko kenapa? Kok ekornya basah?" Kucing dengan kalung bernama 'Koko' itu mengaum manja dengan kepala yang mendusel-dusel diperut sang majikan. "Koko lapar ya? Cipa lupa beli Wishkas punya Koko, tak beliin sebentar ya?" Gadis bernama Cipa dengan nama lengkap Assyifa Fii Qolbi itu beranjak mengambil jilbab pasmina serta sebuah payung untuk keluar. "Koko dirumah ya, Cipa mo ke Indo bentar buat beli makan Koko, jangan nakal lho," ucap Cipa saat sudah memakai jilbabnya dengan rapi dan segera keluar dari kamar kos nya. Menutup pintu lalu melebarkan payungnya dengan sebuah tas ransel dipunggung nya ia langsung menerobos hujan yang telah sedikit mereda. "Bulan ini Cipa belom WD deh, kalo belom WD ntar Cipa makan pake apa? Besok aja deh, besok Cipa WD sama ngajuin sinopsis." Cipa melangkahkan kakinya menuju Indomar*t yang hanya berjarak 50 meter dari kos nya sambil bergumam sendiri tentang kerja sampingan nya sebagai penulis di platform berbayar. Sampai di Indomar*t ia langsung meletakkan payungnya lalu segera masuk ke dalam menuju tempat dimana makan kucing berada, kebiasaannya jika lupa memberi makan untuk Koko maka terpaksa harus beli ke Indomar*t. "Makan Koko udah, mie udah, apa lagi ya?" tanya Cipa pelan pada dirinya sendiri, seolah teringat sesuatu ia langsung berjalan keatas tempat minuman berada. Cimory, s**u fresh milk, s**u milo dan lainnya. Ia lalu berjalan ke tempat roti juga ke tempat freezer untuk mencari es krim. "Totalnya 250.000.00, Mbak." Dengan cepat Cipa membayar belanjaan nya lalu keluar sebelum mas-mas kasir menawarinya berbagai promo. "Kok masih ujan sih? Gatau apa jam 8 tuh Cipa mo pesen gr*p, kalo gini kan kasian om gr*p nya ntar kehujanan." Cipa menggerutu lalu duduk disalah satu kursi depan Indomar*t. Matanya berkeliling menyapu sekitar, hingga pandangannya jatuh pada seorang anak perempuan yang berdiri diujung Indomar*t dengan wajah gelisah. Dengan cepat Cipa menghampiri nya dan mengajaknya duduk bersama. "Nama kamu siapa? Namaku Cipa," ucapnya dengan tangan yang memberi anak perempuan didepannya sebuah s**u kotak. "Della," jawab anak itu singkat. "Ini s**u buat kamu, tadi Cipa beli kelebihan," ucap Cipa meletakkan s**u kotak didepan anak bernama Della. Della menatap Cipa dengan intens seolah meneliti penampilannya. Tiba-tiba Della tersenyum sambil meminum s**u kotak pemberian Cipa. "Della umur berapa? Kok kesini sendirian?" "Aku umur 12 tahun, tadi kesini karena ditinggal pacar nya daddy," jawab Della dengan wajah malasnya. Cipa berpikir keras saat mendengar kata 'pacar daddy' dari Della, sepertinya ia paham. Pemikirannya adalah, Della anak dari seorang Duda seperti di novel romansa yang sering ia baca. "Terus Della pulangnya gimana? Mau Cipa antar?" Della menggeleng lalu menjawab, "Tidak usah, Kak. Nanti juga orang suruhan daddy datang." "Kamu manis, tapi aku lebih suka jika rambutmu panjang. Ah aku rasanya ingin punya anak perempuan agar bisa ku ajak main bersama lalu membuat club untuk mengusili sang ayah. Ah--" "Kakak bicara apa?" tanya Della saat tanpa sadar Cipa berbicara aneh. "Ah maaf ya, Cipa soalnya suka banget sama anak kecil." "Emang kakak umur berapa?" tanya Della bingung, apalagi dengan tubuh Cipa yang hanya 153 cm, bahkan tingginya se dagu Della. "Cipa umur 22 nanti bulan Juli, kenapa?" Cipa mengernyitkan dahinya bingung melihat Della yang menahan tawa. "Kakak pendek banget ya," ucap Della membuat Cipa sedikit kesal. "Faktor keturunan tauk," jawab Cipa kesal. Tak lama, sebuah mobil SUV hitam berhenti tepat di depan mereka membuat Cipa kaget, ditambah lagi dengan beberapa orang berpakaian serba hitam berjalan menuju mereka, lebih tepatnya Della yang masih anteng meminum s**u kotak pemberian Cipa. "Maaf, Nona Muda. Tuan besar meminta anda pulang sekarang." "Eh bentar! Kalian siapa?" tanya Cipa penuh peringatan pada para orang-orang berbaju hitam, orang suruhan ayah Della. "Saya asisten pribadi tuan Bara, ayah Nona Muda Della." Cipa menggunakan kepalanya mengerti. "Yaudah kalo gitu. Della kan udah dijemput, Cipa pulang dulu ya, kasian anak Cipa belom Cipa kasih makan," pamit Cipa mengambil payungnya dan segera menerobos hujan yang sudah mulai mereda. Della tersenyum menatap kepergian Cipa, bahkan ia terkekeh melihat Cipa yang sedikit menari sambil berjalan menggunakan jumpsuit levi's celana panjang yang dipadukan dengan kaos putih serta jilbab pasmina berwana merah muda, tampak manis dan imut. "Aku ingin data diri dia, Reo," ucap Della lalu memasuki mobil dengan dipayungi bodyguard sang ayah. ******** Dengan rasa malasnya, seorang gadis berjalan kearah ATM, ia lupa mengambil uang cash sehingga harus ke ATM untuk mempunyai sedikit isi dompetnya. "Gara-gara tadi pagi si Koko rewel, kan jadinya Cipa kena panas matahari," dengus Cipa saat keluar dari ATM disambut dengan terik panas sang surya. Berawal dari si kucing yang entah bagaimana konsepnya, tiba-tiba saja pemilik kos menemukan Koko dalam keadaan tidak diinginkan, ia sedang melakukan adegan 21+ dengan kucing betina milik ibu kos, alhasil karena acaranya ke-geb oleh sang majikan dari si betina, Koko langsung lari dan berakhir masuk got tanpa terkendali. Cipa yang saat itu sudah berniat keluar ke ATM terpaksa mengurungkan niatnya dan memandikan Koko dengan siraman rohani yang dibalas Koko sambil mengaung-ngaung tak jelas. "Mama kau bagai bintang, terangi hidupku, ya--" Cipa menyipitkan matanya melihat sesuatu yang mungkin bisa membuat dirinya bahagia. Diujung sana, tepatnya sekitar 50 meter dari tempat mobilnya berada, terdapat abang-abang penjual sempolan yang sepertinya baru stand by disana. "Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya bisa makan sempolan lagi," seru Cipa langsung berlari kearah mobilnya dan melaju menuju abang-abang sempolan. "Abang-abang," panggil Cipa setelah turun dari mobil. "Iya, Neng?" "Mau sempolan nya 50 ribu ya, dijadiin 3 bungkus saus dan lainnya pisah, soalnya bukan muhrim," ucap Cipa cepat yang dibalas dengan acungan jempol dari abang Sempolan. "Abang udah lama jual sempolan?" tanya Cipa melihat abang sempolan yang sangat lihai. "Lumayan, Neng. Udah ada dua tahun." "Lama juga, Bang. Kayak cinta nya Cipa sama dia," saut Cipa ngawur membuat beberapa pembeli dan orang yang mendengar nya tertawa. "Ini, Neng," ucap abang sempolan memberikan pesanan Cipa, setelah membayarnya, Cipa langsung menancap gas menuju kampusnya. Sampai di kampus, Cipa langsung berjalan menuju taman depan gedungnya dimana teman-temannya berada, sambil menenteng 3 plastik berisi sempolan juga sebuah nampan ditangannya, Cipa langsung duduk di bangku samping teman perempuan nya. "Sempolan nah, gratis dari Cipa yang imut nan manis." Cipa meletakkan plastik serta nampan kecil yang ia bawa diatas meja bundar yang langsung diserbu teman-temannya. "Papa tumben pake tas selempang," ucap salah satu temannya, memperhatikan tas yang Cipa bawa karena biasanya Cipa memakai tas ransel dan anti dengan tas selempang. Papa atau Pipi adalah panggilan dari teman-temannya karena menurut mereka lebih imut dari pada dipanggil Cipa, Cipa yang berasal dari Syifa sedangkan Papa dari panggilan Cipa lalu berakar menjadi Pipi yang diambil dari nama tengahnya, Fii. "Kata Endi kemaren Cipa lebih keren pake tas selempang dari pada ransel," balas Cipa enteng. Sang tersangka yang disebut Cipa langsung membuat tanda peace pada teman-temannya. Rendi, Ersa, Nita dan Elga menjaga bersih otak Cipa dari serangan kotoran dan dunia luar, termasuk style agar kaum unyu seperti Cipa tidak musnah. "Cipa, pakai apa yang membuat kamu nyaman, jika kamu mengikuti gaya keren atau style sosial maka kamu sendiri yang akan tersesatkan. Besar gaya dari pada usaha sama dengan lebih besar tekanan, semakin banyak gaya maka semakin banyak tekanan, paham?" Nita, gadis yang bisa dibilang paling kalem dan penasehat yang baik itu mencoba memberi pengertian pada teman polosnya. "Cipa ndak paham, tapi gapapa, Cipa tau kok pasti Nita gasuka kan kalo Cipa nakal." Semua mengangguk mendengar jawaban Cipa walau sempat dibuat bengong. "Endi yang nakal berarti, Endi bad," ucap Cipa dengan alis yang menukik bersatu serta bibir yang mengerucut tak lupa pipi nya mengembung membuat kesan imut diwajahnya, beberapa orang yang melihat Cipa menjerit histeris dan ada beberapa yang menggigit tangan menahan rasa gemas. "Gaboleh ada yang lihat Pipi imut," sentak Ersa menutup wajah Cipa dengan sapu tangan miliknya, sontak saja Cipa memberengut kesal langsung memukul lengan Ersa dengan kencang. "Ersa nakal! Kotor tauk!" Pekik Cipa membuat tawa mereka semakin kencang. Ersa yang dipukul pura-pura sakit, membuat wajahnya sedramatis mungkin, Cipa yang melihatnya dengan kesal mengambil plastik berisi saus dari sempolan dan melemparkannya ke wajah Ersa. Plak Wajah Ersa kini berlumuran saus dan kemeja yang ia pakai tak luput dari kotoran diwajahnya. "Ersa bad!" tekan Cipa lalu berlari menuju kelas karena dosen akan segera masuk, meninggalkan Ersa yang berlumuran saus serta masyarakat kampus disana tertawa terbahak-bahak melihat nasib Ersa. ****** "Je vous aime."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD