Senin pagi itu, Vito berdiri penuh senyum di depan rumah Ronald Keriting. Ia sudah mandi dan menggosok dakinya dengan sungguh- sungguh tadi sebelum berangkat, memakai deodoran, dan meminyaki rambutnya yang kini panjangnya sebahu. Ia juga mengenakan celana terbaik dan kemeja flanel yang serasi. Ah, sungguh pemuda kuliahan teladan. Tapi di balik ketampanannya pagi itu, sebenarnya Vito memiliki suatu maksud yang tak ingin ia suarakan dengan kata- kata. Cukup dengan perbuatan saja, sebab ia sendiri terkadang malu jika para pembaca tahu niat terselubungnya. Vito membuka pagar rumah Ronald dan menutupnya lagi dengan hati- hati. Dengan senyum yang terpampang di wajah, Vito sengaja memanjangkan langkah kakinya agar di teras rumah Ronald hanya ada sepasang jejak kaki. Vito menghirup napas dalam-

