Vinny berjalan tak tentu arah, berusaha meninggalkan gedung A sejauh mungkin. Amarah masih mengasapi kepalanya. Dia tak henti- hentinya mengumpat sepanjang jalan, dan perawakannya yang lumayan tinggi membuat gadis itu mudah mendorong orang- orang yang menghalangi jalannya. Agak aneh untuk seorang gadis berkulit hampir transparan dan kelihatan lemah begitu. Bruk! Vinny baru tersadar dengan langkah kakinya sendiri saat ia tiba- tiba menabrak seseorang. Teman sekelasnya di mata kuliah Pengantar Bisnis, dan kalau tidak salah jurusannya juga Manajemen. Gadis itu tak setinggi Vinny, dan dalam satu kali tabrakan itu ia hampir saja terpental jatuh. “Duh!” erangnya sambil memperbaiki kacamatanya yang hampir lepas. “Oh, maaf! Gue bener- bener nggak sengaja!” seru Vinny cemas. “Lo baik- baik aja?

