bc

Young Married Couple

book_age0+
2.6K
FOLLOW
25.8K
READ
love after marriage
pregnant
goodgirl
drama
like
intro-logo
Blurb

Ini cerita tentang anak SMA nikah muda,yang mana si cewe dan cowo beda status sosial 180°, mereka nikah juga bukan atas kemauan mereka berdua tapi di jebak,sampai akhirnya mereka di haruskan untuk menikah,dan hidup bersama dengan status suami istri, bahagiakah mereka?

.

.

.

"Assalamualaikum... Ma...Vano pul-" PLAK!!! Ada apa ini?,apa yang terjadi? bahkan aku belum sampai ke dalam rumah dan ayah menamparku dengan penuh amarah?

-Kevano ardiansyah-

.

."Assalamualaikum,bunda? Lina pulang..." ucapku lalu aku memasuki rumah dan menghampiri bunda yang sedang duduk di ruang tv dan...

"Bunda kok nangis???" Tanyaku panik,dan langsung menghapus air mata ibuku tapi dia menepis tanganku, aku sangat kaget,kenapa bunda kayak gini?? "Bunda kenapa?" Tanyaku lagi.."Bunda kecewa sama kamau Ralina anastasya,Bunda KECEWA!!!" ngerti kamu" aku terhenyak beberapa saat mendengar untuk pertama kalinya ibuku itu marah padaku tapi ada apa sebenarnya?? Kenapa bunda sangat

.

marah??

-Ralina Anastasya-

chap-preview
Free preview
CHAPTER 1
  “Pagi Revan” sapaku pada adik semata wayangku sambil mencium puncak kepalanya. Ia menolehkan kepalany dan tersenyum dengan ceria. “Pagi kak” balasnya dengan nada cadel sambil mencium pipiku. “Adeknya doang yang di cium?,bundanya enggak nih?” Tanya Bunda tersenyum jahil. Bunda kemudian mendekatiku, menaruh piring berisikan sarapan dan akupun mencium bunda. “Bun,hari ini Lina kayaknya pulang agak lama deh,enggak apa-apa ya?. Soalnya Sekolah aku bakal adain pensi gitu, jadi yaaaaa bunda tau sendiri lah, aku juga terlibat soalnya kan aku anggota OSIS.” Aku menatap bunda penuh harap, menanti reaksi beliau. Bunda tersenyum dan mengangguk. “Iya enggak apa-apa kok,tapi pulangnya jangan malem-malem banget” jawab bunda sembari memberikanku sekotak bekal yang akan kubawa ke sekolah “Siap bun” ujarku dan memberi hormat seperti orang yang sedang hormat bendera. Bunda terkekeh, begitupula dengan Revan. Melihat ke arah jam dinding, aku memutuskan untuk menyudahi sarapanku. “Ya udah kalau gitu,Lina pergi dulu ya bun” akupun bangkit dari kursi, dan pamit pergi sekolah pada bunda “Assalamualaikum” salamku sambil mencium tangan wanita yang telah melahirkan ku itu. Aku keluar rumah dengan hati yang gembira dan semangat pergi sekolah yang menggelora. Sekolahku berada tidak jauh dari rumah, sehingga hanya berjalan kaki sekiatr sepuluh menit saja sudah sampai. Dan kini aku berada di depan gerbang sekolah ku,sekolah yang sudah memberiku banyak ilmu,sekolah yang selalu mengapresiasiku. SMA ASRI JAYA Aku pun malangkahkan kaki ku ke kelas 11 IPA2, “Paaagi Fina!” sapa pagi ku sembari tersenyum lebar pada sahabatku, Alfina tiara. Alfina adalah sahabatku dari kecil, dikarenakan rumah kami yang lumayan dekat. Dia orang yang paLing tau tentang ku,apa yang aku suka,apa yang tidak aku suka, she know me so well Kami berbincang bincang sebentar sebelum bel tanda masuk jam pelajaran pertama di mulai “Asalamualaikum,Pagi anak anak” sapa bapak paruh baya yang akan mengajarkan agama Islam sebagai  pelajaran pertama “Walaikumsalam” jawab kami kompak kecuali teman sekelas kami yang non muslim,mereka sudah berjalan keluar kelas, dengan inisiatif mereka sendiri tentunya. “Silahkan keluarkan buku dan buka bab 6” perintah pak Rusdi, kami semu kompak membuka buku dan halaman yang dimaksud “KaLian dapat melihat pada bab ini judulnya adalah adab menikah” “Wihhhhh asik nih...” celoteh semangat 'm***m' dari salah seorang teman sekelasku bernama Rendi. Dan hal itu, membuat beberapa siswa heboh. Pak Rudi tak tinggal diam, beliau memukul papan tulis supaya suasana kembali tenang. Kemudian, beliau mulai menjelaskan, “Bapak akan mengenalkan kaLian tentang syarat,rukun,dan adab adab pernikahna itu seperti apa” Pak Rudi yang berada di depan kami, dengan semangat dan sabar menjelaskan pada kami sampai pada jam mata pelajarannya pun habis, di akhir, pak Rudi memberikan kami tugas rumah. Kelasku sedikit riuh saat pak Rudi keluar kelas, teman-temanku yang non-muslim pun kembali masuk kedalam kelas demi mengikuti pelajaran selanjutnya, Kimia. Ah, aku membenci pelajaran ini. “Lin kekantin yuk” ajak Fina, aku mengerjapkan mataku dan mengernyit “Ayok” jawabku mengiyakan ajakan Fina. “Eh Lin,lu tau kak Reno gak?” Tanya Fina memecah keheningan diantara kami selama perjalanan di lorong menuju kantin “Kak Reno, IPS 1? tanyaku ragu, “Iya,kak Reno yang itu,” jawabnya kegirangan sambil menagnggukan kepalanya, aku mengernyit dan bertanya “Emang kenapa?” Tanyaku yang mulai penasaran.”KE-PO” jawabnya mengulum senyum karena melihat ku yang sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi “Awas lu ya” belum sempat aku menjitaknya Fina sudah lari duluan sambil meledek. “Wleeeee,tangkap gue kalau bisa baru gue kasih tau” tantangnya, aku terkekeh dan tersenyum. “Ooooooo,ok kalau gitu” aku menerima tantanganya itu,lalu aku berlari mengejar Fina sepanjang lorong menuju kantin, karena rusuhnya kami yang saLing kejar-kejaran, aku tidak memperhatikan sekitarku, tanpa bisa di elakkan aku menabrak seseorang yang menyebabkan baju lelaki itu basah dan tampak lengket karena minumannya yang tumpah. Ia mengibaskan tangan kebaju yang basah, sedang aku meringis dan mendekatinya. “Ma-a-aff kak” kataku tapi dia tidak menjawab ku beranikan untuk melihat wajahnya dan aku bisa melihat kemarahan yang terpancar di wajahnya “Mati dah gue”  batinku, aku merutuk Fina yang sepertinya tetap pergi menuju luar kantin. Lelaki itu, menatap geram kearahku, melihat itu aku keembali menunduk. “LO......ugh” katanya sambil tetap nahan agar amarahnya tidak lepas, sedang ia masih berada diLingkungan sekolah. Dia mendekat ke arah ku,kali ini enggak ada namanya Ralina yang pecicilan,adanya Ralina yang ketakutan karena, ku akui ini memang salahku. “Udahlah Van” tahan seseorang, aku memberanikan diri menatapnya, ah, aku baru ingat, mereka adalah saudara kembar identik paLing terkenal senatero sekolah karena prestasi dan ketampanan mereka. Aku meneguk ludahku samar, lalu tersenyum tipis membalasa senyuman saudara kembar tadi. “Lagian dia kan juga udah minta maaf” lanjutnya, aku lagi-lagi memberanikan diri menatap keduanya. “Maa-aaf ya kak, gue enggak sengaja” ulang ku sekali lagi, lelaki itu hanya menatapku dengan kesal, lalu tiba-tiba membuka bajunya itu di depanku dan semua murid yang ada di situ. Pekikan histeris terdengar, aku menatap kesekeliLing yang mulai mengangkat ponsel untuk mengabadikan hal tersebut. “Lo mau gue maafin kan?” Tanyanya, membuatku yang masih terbengong, sedikit bergidik tapi aku tetap mengangguk mengiyakan perkataanya.  “Ok,kalau gitu,lo cuciin baju gue,” katanya,lalu melempar baju kemeja putihnya itu padaku, “I-i-i ya kak” jawabku kikuk. Dan ia berlalu begitu saja,dengan hanya memakai kaos singlet. Meninggalkanku yang menatap kemeja putih itu. Menatap sekitar yang masih asik dengan ponselnya, aku menghentakan kaki menuju kantin, menyusul Alfina,  “Lu dari mana aja sih?” Tanya Fina  padaku, sesampainya aku dan duduk disampingnya. Aku memutar bola mata dengan malas dan melihat menu makanan untuk dipesan. “Gara gara lu juga” kataku dengan nada judes “Kok gara-gara gua sih?” balasnya gak kala judes dariku, aku memilih diam dan memesan makanan, hirau akan Alfina. “Terus itu baju siapa yang lu tenteng=tenteng?” Dia melihat baju yang di berikan oleh kak Vano tadi,eh..ralat di lempar ke muka ku. “Bajunya kak Vano” jawabku santai, sesaat setelah aku menyebutkan pesanan pada mbak kantin. “HAH?? Serius lu itu baju kak Vano?”. Tanya nya dengan suara 9 oktav,yang ngebuat satu kantin melirik ke arah sumber suara, aku meringis malu. “Ssssttttt,,, keciLin suara lu kek!” kataku pada Fina, aku sangat malu karena sekarang perhatian kantin ke meja kami. Ia terkekeh dan tampak tak peduli dengan tatapan orang “Iya ini baju kak Vano,” aku menjawab pertanyaan Fina tadi “Kok bisa sama lu sih??” Tanyanya lagi dengan menyipitkan sebelah matanya,meminta penjelasan “Kan gua udh bilang,ini semua tu gara-gara lu” jawabanku membuat nya mengerutkan kening dan melirikku dengan tatapan masih meminta penjelasan. “Iya gara gara lu,kan tadi gua ngejar lu,trus taunya ada kak Vano, di depan gua,bruk nabrak deh” jelasku singkat dan tak berminat. “Cuman itu doang??, trus knp bajunya sama elu??” katanya sambil memakan makananya “Gua belum selesai, gua nabrak dia, dan numpahin minuman dia ke bajunya, trus dia minta cuciin bajunya ke gua” jelasku lagi. Yang aku beri penjelasan malah asyik ber-o ria. Aku mengangkat bahuku dengan malas. Tak lama, pesananku datang dan aku juga Fina memakan makan siang kami sebelum akhirnya kembali masuk kelas. Kring..... Kring..... “Udah bel, kekelas yok...” ajakku pada Fina, yang di balas anggukan olehnya dan kami pun pergi dari kantin menuju kelas dan mengikuti pelajaran hari itu sampai seelsai dan bel pulang berbunyi. “Baiiklah anak-anak,sekian pelajaran kita hari ini” ucap Bu Lastri selaku guru Bahasa Indonesia dan pergi meninggalkan kelas,aku merapikan buku-buku ku yang ada di atas meja, dan memasukanya ke dalam tas, “Fin, lu ikut rapat kan?” Tanyaku pada Fina, seingatku memang hri ini ada rapat untuk kepengurusan anggota osis. Fina nyengir dengan bahagianya, “Ikut lah ya kali kaga,kan mau ngeliat Handsome Twins” jawabnya sambil tetap cengar cengir sendiri, dan aku yakin kan itu pasti karena dia sekarang lagi ngayal ngedate sama salah satu dari si kembar, ya siapa lagi kalau bukan Vino dan Vano. Setelah semua buku sudah  rapih kami memutuskan untuk ke kantin,berniat untuk makan siang dan menunggu rapat Osis dimulai. Sekitar setengah jam berlalu, aku dan Fina pun mendengar pengumuman dari speaker, Diberitahukan kepada seluruh anggota Osis, agar segera menuju aula,karena rapat akan segera di laksanakan “Yuk ah Lin udah di panggil tuh” ucap Fina, akhirnya kami pun menyelesaikan makan kami dan menuju aula untuk melaksanakan rapat Osis. Alfina memimpin jalan dengan menggandeng tangannku. “Fina jangan cepet cepet jalan nya ngapa?” Kataku pada Fina, “Hehehe maapin” jawabnya sambil cengengesan “Lagian lu lama, cepet dong jalannya, kan gua mau duduk di barisan depan, biar lebih leluasa gitu ngeliat Handsome twin” katanya lalu kembali menariku, lagi. Kami pun sampai di depan pintu aula, lalu kami melangkahkan kaki memasuki aula tersebut, di dalam sudah lumayan banyak murid dari kelas dan tingkatan berbeda. Kami duduk di barisan paling depan,awalnya aku menolak karena aku tau posisi ku nanti akan sangat dekat dengan Ketua Osis dan Ketua Osis itu adalah KeVano Ardiansyah, yap kak Vano, lelaki yang tadi pagi bajunya ku buat kotor,karena kecerobohan ku. Tes..tes..  Terdengar suara seseorang mencoba microfon “Di mulai saja Van” ucap salah seorang siswi yang memberikan mic tersebut kepada Ketua Osis yang tak lain tak bukan kak Vano  dan di sampingnya sudah duduk kak Vino. “Assalamu'alaikum wr.wb” salam pembuka kak Vano , sambil tersenyum ramah kepada seluruh anggota Osis dan kami menjawabnya tapi matanya berhenti padaku dengan tatapan, dingin mungkin atau kesel? Never mind “KaLian sudah tahu bukan kalau,sekolah kita akan mengadakan pensi untuk memperingati hari Guru?danbla bla bla...bla bla bla...” kami semua berunding tentang apa saja yang di perlukan dan banyak lagi harus kami siapkan untuk pensi tersebut. Akhirnya setelah selesai mengambil keputusan kami semua di perbolehkan pulang, aku pun berdiri dari dudukku dan dan merengangkan otot-otot ku sebentar,begitu juga dengan Fina, karena hampir 2 jam aku duduk dan tak bergerak banyak. “Lin, gua mau ke toilet bentar ya,lu tunggu aja gua toilet samping aula kok” pamit Alfina padaku, “Yang mau ngikut lu juga siapa??” Jawabku, aku mengangkat bahuku acuh, namun tak urung menganggukan kepala. “Dasar lu!” Fina langsung membalikan badanya dan langsung berjalan keluar aula karena letak toilet ada di samping aula. “Gua tunggu sini ya” teriak ku pada Fina dan aku kembali duduk setelah ngulet beberapa menit, setelah Fina pergi meninggalkan ku, masih ada beberapa murid disini termasuk kak Vano dan kak Vino, dan 2 murid lain salah satunya kak Melisa dan yang satu lagi aku kurang mengenalnya. “Hy, kok belum pulang?” Suara berat nan merdu bin indah megunterupsi lamunanku “Ehh kak Vino?”kataku dengan nada ragu dan terkesan bertanya aku takut salah orang, karena jujur saja,kak Vano dan kak Vino itu kembar identik, jadi ya aku dan mungkin yang lainya agak kesulitan buat nge bedain mereka. Tapi kalau di pikir yang nyapa aku ini sih kak Vino, soalnya gak mungkin kak Vano kan? Secara tadi pagi aku buat masalah sama dia, mana mungkin sorenya dia baik dan nyapa aku duluan? “Woi, di tanya mala bengong?” Ucapnya lagi dan mengembalikan kesadaran ku “Ehh iya kak?ada apa ya?” Aku malah balik bertanya. Dia hanya tertawa kecil dan mengambil langkah untuk duduk di sebelah ku, “Kayaknya lo emang ngelamun deh tadi” balasnya lagi, apa maksudnya coba? “Gua tadi nanya, lu kok belum pulang?” Tanya nya lagi,”Oo itu,gua masih nunggu temen kak” jawabku apa adanya,memang itukan kenyataannya. “Oooo gitu” jawabnya yang kubalas lagi dengan anggukan kecil. Setelah hampir sekitar 2 menit tanpa pembicaraan sedikitpun aku memberanikan diri untuk membuka suara “Kakak sendiri kenapa belum pulang?” Tanyaku memecahkan keheningan antara kami. “Noh lagi nungguin tu bocah satu” jawabnya sambil nunjuk ke arah kak Vano dan aku balas dengan ber-o ria Tak lama kemudian kak Vino kembali bersuara “Van lu masih lama gak sih? gua capek pengen pulang” rengeknya pada saudara kembarnya itu. “Bentar lagi selesai, lu kalau mau pulang, ya udah pulang aja dulu” balasnya, tapi dia tidak sedikitpun memaLingkan wajahnya itu dari laptop. “Yeee...lu mah enak tinggal ngomong gitu, lah gua ntar di marahin sama nyokap bokap” katanya kesal melihat kak Vano enggak selesai-selesai sama tugasnya itu. Emang sih kak Vano itu terkenal karena profesionalnya dalam bekerja, mau di bidang apapun itu, mau di Osis, di Basket dll. “Lu pulang aja dulu, ntar urusan mama atau ayah biar gua yang ngurus” ucap Vano “Terserah lu deh” kata Vino lalu beranjak dari tempat duduknya,”Eh iya, nama lu siapa ya?” Tanya kak Vino padaku, aku mengerjapkan mata dan tersadar, “Ralina kak, biasa dipanggil Lina” jawabku ramah. “Oh ok” katanya padaku lalu, ia mengajak pulang kak Melisa yang berada tak jauh dari kak Vano/ “Mel yuk pulang sama gua” ajak kak Vino pada kak Melisa “Gua mau pulang sama Vano, Vin. Lu duluan aja” tolak kak Melisa “ Lu jadi cewe ganjen banget dah, pulang sama gua sekarang atau gua tinggal” balas Vino “Udah Mel, lu pulang sama Vino aja,kerjaan gua tuh masih banyak gak mungkin kelar 5 menit lagi” kini kak Vano yang bicara. “Justru karena tugas kamu tuh masih banyak Van, makanya aku pengen bantuin” ucap kak Melisa “Udah lu pulang duluan aja sama Vino, udah malam juga. Gua kelarnya masih lama kasian lu nya.” Ucap kak Vano lagi, kali ini dengan nada sedikit menekan karena mungkin dia lelah. “Ya udah deh, iya iya” jawab kak Melisa sedikit ngambek Aku enggak tau apa hubungan kak Melisa sama kak Vano, tapi dari gayanya sih mereka berdua pacaran, tapi.... ah tau ah bodoamat “O iya, lu masih mau nungguin temen lu?” Tanya kak Vino sambil berdiri “Iya kak, soalnya tadi dia suruh aku nunggu ntar kalau aku pergi kasian dianya ntar nyari nyari” dia hanya menjawab dengan anggukan kecil. Lalu dia berjalan menuju meja yang sedang di gunakan kak Vano dan mengambil tasnya. Setelah itu dia berjalan kembali menuju pintu keluar dan sebelum dia benar-benar pergi dari aula dia berhenti di belakangku, dia nepuk pundaku dan aku mendongakan kepala untuk melihatnya “Lu mau bareng sama kita gak? Karena gua yakin temen lu itu gak kan datang, ini udah hampir 15 menit dari dia pergi, apa mungkin dia masih di toilet selama itu?” Kata kak Vino mengingatkan. Ia menatapku dengan tatapan aneh, “Makasih kak, tapi aku mau nunggu temen aku aja takut dia nyariin” aku berusaha menolak sesopan mungkin “Ya udah kalau gitu, gua balik dulu ya,” pamitnya padaku dan aku mebalas dengan ucapan hati-hati. Sekarang dalam aula ini hanya tersisa aku,kak Vano dan salah satu temannya itu. Tak selang berapa lama aku mendengar dan melihat temenya kak Vano pamit pulang, dan berjalan keluar pintu. Dan yap, kini hanya ada aku dan kak Vano dalam ruang aula yang tidak terlalu besar ini, aku melihatnya masih sangat fokus pada laptopnya, “Ehheemmmm” deheman itu membuatku mengalihkan pandanganku ke arah lain “Udah mandangin guanya?” Tanyanya dengan masih tetap tak berpaling dari laptop. Aku mengerjap salah tingkah, dan merutuki diri sendiri. “Si-si apa yang mandangin?” Elak ku, lalu dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah ku sambil memegang cangkir. Aku sangat gugup karena tadi pagi dia membentakku karena kecerobohan ku, aku takut dia akan membalas perbuatan ku tadi,aku takut dia menyiramku dengan air yang ada di cangkir itu. Aish... Karena berpikiran seperti itu,aku pun mengeser duduku, lalu dia semakin dekat dan ternyata kak Vano pengen ngambil air panas dari dispenser yang ada di sebelahku dan membuat teh “Huft, udah suudzon aja” kataku pada diriku sendiri. “Kenapa?” Tanya kak Vano padaku, apa dia udah ga marah sama aku? Ntahlah tapi kalau udah gak marah sih Alhamdulillah “Gak papa kok kak” jawabku “Nih buat lu” katanya sambil ngasih secangkir teh hangat “Huh?” Aku menernyitkan dahi karena aku masih gak percaya sama apa yang terjadi, secara tadi pagi aku di bentak, iya sih karena salah ku juga, tapi apa iya udah maafin? Arrrggghh tau ah, puyeng mikirnya, kalau dia udah ga marah ya Alhamdulillah lah kalau gitu. “Ini buat lu” katanya lagi dan ku ambil cangkir yang berisi teh hangat itu dari tanganya, lalu dia duduk di sampingku. “Makasih ya kak” kataku dan di balas dengan gumaman nya saja “O iya kak, maaf ya soal yang tadi pagi” ucapaku memecah keheningan aula saat ini,”Iya ga papa kok, gua juga minta maaf ya, karena udah bentak bentak lu tadi pagi” ucapnya sambil tersenyum, dan  aku balas dengan senyuman terbaik yang ku miliki. “O iya lu kenapa belum pulang?” Tanyanya lagi “Masih nunggu temen kak” balasku untuk kesekian kalinya “Ooo, yang tadi ya? Alfina bukan?” Tanya nya lagi, aku mengangguk dan menatapnya dengan aneh. Ternyata ni cowo cerewet juga ya dan gak seburuk yang aku pikirin. “Iya, kak Vano kenal Fina?” Tanyaku sedikit heran secara aku anak IPA dan kak Vano IPS kok kenal sama Fina? “Gak kenal sih,kemaren dia maen kerumah nyariin Vino gua nanya sama Vino itu siapa gua pikir pacarnya ternyata dia junior kita,gitu kata Vino trus Vino juga bilang namanya makanya gua tau” jelasnya panjang lebar dan kalian tau? Itu ngejatohin image dia di mata gua, kenapa? Karena gua selama ini mikir dia itu dingin, kaku, bodoamatan sama orang, ternyata orangnya gampang banget maafin dan cerita sama orang, “Ooo, gitu” balasku Kami pun kembali diam, tak ada satu suarapun yang meninterupsi kami sampai hp ku berbunyi dan ku lihat panggilan itu dari bunda,  bunda pasti khawatir, karena uadah jam 8 malam aku belum pulang. “Aku angkat bentar ya kak” ucapku yang di balas anggukan kecil darinya Aku sedikit menjarak darinya “Assalamualaikum bun” salamku “...........” “Iya bun, ini Lina juga mau pulang tapi lagi nungguin Fina,dia ke toilet tapi belum balik” jawabku “............” “Iya bundaku, ntar lagi Lina pulang ya, Lina nunggu Fina dulu,” “..........” “Ya udah, Assalamualaikum” ku tutup telepon ku dan aku kembali ke tempat duduk ku tadi, masih ada kak Vano di sana. Kayaknya sih dia udah pengen pulang soalnya dia udah pakai jaket dan gendong tas. ***                

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

Sweetest Diandra

read
70.6K
bc

Akara's Love Story

read
259.7K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

A Secret Proposal

read
376.5K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook