PROLOG

341 Words
Gadis kecil itu menangis tersedu, sambil menutup mulutnya dan terus menggelengkan kepalanya. Kaki kecilnya yang mungil terus dihentakkan, kesal. "Ayo dong, Sayang ... buka mulutnya yaa ... nanti kalau kamu sudah sembuh, Mami ajak kamu main ke Mall." Sang Mami masih terus membujuk putri bungsunya yang sedang demam, tapi susah sekali diberi obat. "Zaya nggak mau!!" teriaknya, masih terus menangis. "Kalau kamu masih sakit. Nanti Mas doang, yang diajak jalan-jalan ke Mall sama Papi dan Mami. Iya kan, Mi?" Bukannya mereda dan mau meminum obatnya, justru gadis kecil itu semakin pecah tangisnya. "Mas Alfiq, jahat sama Zaya ...." "Makanya minum itu obatnya." "Hallo ... kenapa kamu menangis?" Bocah kecil itu menatap seseorang yang datang bersama kakaknya tadi. "Mami, dia siapa?" tanyanya polos, sembari menuding dengan jari telunjuknya yang mungil. "Coba kamu tanyakan ke dia, Sayang ...." "Kakak siapa?" tanyanya malu-malu. "Nama kakak, Badai," jawabnya sambil mengulurkan tangan. "Nama kamu siapa? Apa Kakak boleh tahu?" Bocah itu menganggukkan kepalanya dengan senyum malu-malu. "Nama aku, Zaya ...," jawabnya pelan. "Owhh Aya ... hallo Aya, Kakak boleh panggil kamu Aya kan?" "Iya boleh ...." "Aya minum obatnya ... biar nanti cepet sembuh dan bisa main lagi." Bocah kecil itu hanya mengangguk masih dengan malu-malu. Sejak saat itu bocah kecil yang bernama lengkap Zahra Septiani Hadiutomo, minta dirinya dipanggil 'Aya' oleh keluarganya. Karena satu nama Badai Prayoga. Dan sekarang bocah kecil itu sudah menjadi gadis cantik yang periang. Dear Kak Badai... Namamu sudah lama sekali bersemayam dihatiku ... Nama lengkapmu selalu aku doakan disetiap sujudku, selain kedua orangtuaku dan keluargaku ... Namamu belum pernah sedikitpun tergeser oleh yang lain. Dear ... Badai Prayoga ... Semoga suatu hari nanti nama kamu yang selalu aku doakan, kamu akan membalasnya dengan satu kali tarikan napas, dan menyebut nama panjangku Zahra Septiani Hadiutomo sambil berjabat tangan dengan ayahku dalam ikatan suci pernikahan. Semua orang boleh bermimpi, bukan? Maka dari itu aku bermimpi dan aku berdoa, meminta kapada Allah, kamulah yang akan menjadi pendamping hidupku, pelengkap hidupku sampai ajal menjemputku... Bolehkan, aku meminta itu Ya Allah.... Tertulis Zahra Septiani Hadiutomo...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD