Bab 2 : Rumah Sakit

1177 Words
Elsa bekerja sebagai dosen pada salah satu universitas di kota kelahirannya. Di universitas ini juga dia menyelesaikan studi S2-nya setelah mendapatkan gelar S1 di luar negeri. Dia mengejar gelar magister saat mengandung Max, dia juga sempat cuti kuliah selama dua semester karena melahirkan dan merawat Max yang tidak mungkin ia tinggal. Beruntung pihak universitas tidak memberatkannya, bahkan tidak mencopot beasiswa sehingga Elsa dapat melanjutkan studinya dan memperoleh gelar magister dengan nilai yang memuaskan. Sebenarnya ada beberapa universitas di luar kota yang jauh lebih besar menawarkan tempat kepada Elsa, tapi Elsa merasa berhutang budi dan memilih mengabdikan diri. Di ruangan dekan. "Elsa, saya mendengar dari teman-teman dosen jika kamu menawarkan les privat pada beberapa mahasiswa." "Apakah kamu sangat membutuhkan pekerjaan tambahan?" Elsa hanya diam ketika ditanya seperti itu oleh Darwin. Pria berusia enam puluh tahun itu adalah seorang dekan, dan dia lah orang yang mempertahankan beasiswa Elsa ketika mengambil cuti kuliah padahal baru berkuliah satu semester. "Apa ini berhubungan dengan Max, keponakanmu? Apa kondisinya begitu parah?" Darwin tidak tahu jika Max adalah anak Elsa. Dia tahunya Max adalah keponakan Elsa, dan Elsa mengambil cuti kuliah untuk merawat anak kakaknya yang meninggal dalam persalinan. "Akhir-akhir ini Max selalu terlihat lelah bahkan jika dia hanya berada di dalam ruangan. Saya telah membawanya ke rumah sakit umum tapi mereka hanya mengatakan jika Max memiliki tingkat kekebalan tubuh yang rendah. Saya ingin membawa Max ke rumah sakit yang lebih maju dan memeriksakan kondisinya." Darwin menghela nafas mendengar penuturan Elsa, lalu berjalan ke sebuah laci dan mengeluarkan map coklat. "Saya tahu rumah sakit umum di kota ini sedikit kurang mempuni. Tapi untuk membawa keponakanmu ke rumah sakit yang lebih maju membutuhkan biaya yang tidak sedikit." "Elsa, saat ini Sander Group sedang mencari seorang sekretaris dan aku memiliki surat rekomendasinya." "Pak, apakah yang Anda maksud adalah Sander Group yang ada di ibukota provinsi?" tanya Elsa dengan spontan. "Ya, ini adalah Sander Group yang ada di ibukota provinsi. Kamu tahu?" Elsa mengangguk. Sander Group adalah perusahaan besar dan berkuasa. Mustahil bagi Elsa untuk tidak mengetahui tentang Sander Group. Terlebih Elsa pernah tinggal di ibukota provinsi saat dirinya mendapat beasiswa sekolah menengah atas. Bahkan sempat terbesit dalam cita-citanya untuk bekerja di sana. Namun, membicarakan ibukota mengingatkannya dengan kenangan buruk yang terjadi tiga tahun silam. Sebuah kejadian yang membuatnya trauma dan hampir mengakhiri hidup karena putus asa. "Maaf, Pak. Tapi saya lebih nyaman untuk menjadi dosen di sini." Darwin tersenyum tipis mendengar jawaban Elsa. Dia tetap menyodorkan map coklat itu kepada Elsa dan berkata, "Kamu dapat menyimpannya. Jika suatu waktu kamu berubah pikiran, kamu dapat pergi ke Sander Group." Elsa menerima map coklat itu. "Terima kasih Pak. Anda sudah sangat baik kepada saya. Tanpa Anda, saya tidak mungkin bisa menyelesaikan pendidikan. Saya sangat berhutang kepada Anda." Tiba-tiba ponsel di saku Elsa berdering, Elsa melihat pada layar ponselnya dan menjumpai nama Intan. Kenapa dia menghubungiku? Elsa tidak menunda lebih banyak waktu, dia berpamitan kepada Dekan lalu berjalan keluar sembari mengangkat telepon dari Intan. Begitu sambungan telepon terhubung, Intan langsung menceramahinya dan meminta dirinya untuk segera kembali. Sontak Elsa menjadi penik, dia bertanya kepada Intan apa yang sebenarnya terjadi. "Elsa, kamu harus cepat ke rumah sakit. Max pingsan ...." Ponsel di tangan Elsa hampir jatuh ketika mendengar Max pingsan dan sedang dilarikan ke rumah sakit. " ... Iya, Baiklah ... Aku akan segera ke sana." ... Rumah sakit. "Intan, bagaimana dengan Max? Di mana dia sekarang?" Intan yang berada di lorong bangsal spontan menoleh mendengar suara Elsa. "Max sudah diperiksa, sekarang dia sedang beristirahat." Meski telah mendengar keadaan Max telah lebih baik, Elsa tetap khawatir dan masuk ke dalam ruangan untuk melihat sendiri keadaan putranya. Elsa baru bisa bernafas lega setelah melihat bagaimana malaikat kecilnya itu tertidur dengan pulas. "Sebenarnya bagaimana ceritanya Max sampai pingsan?" Intan langsung memalingkan wajahnya merasa bersalah. "Max berkata ingin jalan-jalan keluar, tentu saja sebagai Aunty nya aku mengikuti keinginannya. Tapi mungkin cuaca hari ini sangat panas dan membuat Max cepat lelah." "Aku sungguh minta maaf ...." Elsa menghela nafas. Dia tidak bisa menyalahkan Intan dalam masalah ini. Tapi sungguh dirinya sangat khawatir dengan keadaan Max. Bahkan dia harus absen mengajar dan izin untuk pulang lebih awal. "Mama ...." Max merasakan kehangatan di puncak keningnya, anak laki-laki berambut ikal itu membuka mata dan melihat mama-nya sedang mengelus dengan lembut. "Max?" "Akhirnya kau bangun sayang," ucap Elsa yang merasakan beban di pundaknya menghilang. Dia memeluk Max dan menciuminya. Tidak lama seorang perawat memasuki ruangan untuk mengantar laporan pemeriksaan pada Max. Dan seperti sebelum-sebelumnya, dalam lembaran itu hanya terindikasi jika Max memiliki pertahanan tubuh yang lemah. Elsa sudah beberapa kali berkonsultasi dengan dokter anak yang ada di rumah sakit. Tapi jawaban mereka semua sama seperti yang tertera dalam laporan hasil pemeriksaan. "Mama, Max ingin pulang." Dengan suara yang merengek, Max menarik tangan Elsa. "Iya Max, kita akan pulang." Setelah memastikan kondisi Max dengan bertanya kepada perawat, Elsa sudah diperbolehkan membawa Max kembali. "Elsa, itu adalah mobil yang telah mengantar aku dan Max ke rumah sakit. Aku tidak sempat berterima kasih sebelumnya karena harus segera membawa Max masuk ke dalam." Intan menunjuk sebuah mobil mercedes-benz berwarna hitam yang terparkir di depan pintu rumah sakit. Elsa berniat menghampiri mobil itu dan berterima kasih pada pemiliknya. Tapi sebelum sempat melangkah, mobil mercedes-benz hitam itu telah melakukan pergi. "Padahal aku hanya ingin mengucapkan terima kasih." ... Sementara di sisi lain, mobil mercedes-benz hitam itu memasuki sebuah hotel bintang lima setelah meninggalkan rumah sakit. Seorang pria dewasa mengenakan setelan jas berwarna hitam dengan kemeja putih turun dari pintu belakang setelah sang asisten membukakan pintu untuknya. Mereka menaiki lift dan sampai di lantai paling atas. "Hanz, tempat macam apa yang kau pesan untukku?" Dengan ekspresi marah, pria berwajah tegas itu menatap asistennya. Dia lalu berjalan memasuki ruangan vvip, tapi ruangan itu sama sekali tidak memenuhi ekspektasinya. "Sangat buruk! Bahkan tempat seperti ini disebut yang terbaik? Ini benar-benar lelucon!" Pria tiga puluh tahun itu berjalan memasuki ruangan. Dia mengomentari setiap bagian dan membandingkan hal itu dengan yang ada di kediamannya. Tuan, bagaimana Anda bisa membandingkan fasilitas hotel dengan kediaman mu? Bahkan lampu gantung di kediaman mu lebih berharga dari pada satu gedung ini, keluh Hanz dalam benaknya. "Jika Tuan tidak Menyukai tempat ini, saya dapat mencari tempat lain ...." "Tidak perlu. Aku yakin kualitasnya tidak jauh berbeda. Jadi tetap saja di sini, aku malas untuk berpindah." Hanz hanya tersenyum dan membatin dalam hati. Dia benar-benar tidak habis mengerti dengan sikap tuannya. Pria tiga puluh lima tahun itu menjadi bertanya-tanya, apakah semua orang kaya selalu bersikap aneh? Tidak. Mungkin itu hanya berlaku pada tuannya, Theo Sander, penerus kerajaan bisnis Sander Group. "Hanz, bagaimana dengan tugasmu?" tanya Theo tiba-tiba. Hanz seketika menundukkan kepala dengan menyesal. "Maaf Tuan, kami masih berusaha." Theo sangat marah mendengar kalimat yang sama terus berulang ketika bertanya tentang masalah ini. "Ini sudah tiga tahun dan kalian bahkan tidak bisa menemukan satu orang wanita. Sampai kapan kalian akan berusaha?!" Kenapa Anda menyalahkan kami, Tuan? Bukankah ini kesalahan Anda karena meniduri seorang wanita? Bahkan Anda sendiri saja tidak tahu siapa wanita itu, bagaimana kami bisa mengetahuinya? batin Hanz tapi tetap diam di hadapan tuannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD