Rencana Leo dan Raul

1192 Words
Dua gadis saling bercengkrama satu sama lain di gazebo depan rumah sederhana. Mereka tertawa satu sama lain sampai tak sadar ada seorang pria yang terus emngamati setiap gerak-geriknya. Leo, siapa lagi kalau bukan pria itu. Dia bahkan sampi mengabadikan moment keduanya. Terkhusus gadis bernama Vania. Leo ikut tersenyum, juga tertawa melihat Vania yang bahagia. Dia bahkan melakukan hal konyol layaknya penguntit. Hingga kahirnya, suasana hati itu berbah mendadak karena hadirnya seorang pria yang sengaja menyentuh kepala gadis itu. “Sudah pulang?” sambut Vania sambil menengadah. “Jangan bilang kalau kau minta uang jajan.” Pria itu duduk bersama kedua gadis itu di gazebo sambil menghela nafas panjang. “Apakah kau tak membawa uang?” tanya Vania lagi. “Aku bekerja serabutan, mana bisa membawa uang dalam waktu sehari.” Dia melirik ke arah gadis yang berada di samping Vania. “Apakah kau tak ingin pulang, Alice?” “Kau mengusirku, Raul! Teganya.” Alice memasang wajah memelas, lalu bangkit. “Aku pulang, bye!” teriaknya cukup keras, melenggang pergi meninggalkan mereka berdua. “Raul!” geram Vania tertahan. Dia terlihat kesal di mata Raul. Hal itu membuatnya senang karena menggoda sang adik adalah hal membahagiakan. “Sudahlah..., kita masuk sekarang. Tak bauk berlama-lama di luar. Aku akan memasak susuatu yang lezat untukmu.” Raul mengeluarkan sekantong palstik berisi daging. “Steak! Aku sudah lama tak memakannya!” seru vania dnegan bahagia-berjalan masuk ke dalam rumah. Mata Raul berkilat tajam menuju ke tempat persmebunyian Leo. Si penguntit yang bersembunyi tersentak kaget. “Sepertinya, dia tahu keberadaanku. Sial!” geramnya tertahan, masuk ke dalam rumah dengan kesal. Tak lupa ia membanting pintu hingga berdengung. “Aku harus membuat pria itu menjauh dari milikku.” Leo mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi Ben, tapi pria rua itu mengirimi sesuatu. Senyum semirik terlihat jelas diwajahnya melihat email masuk. Ternyata, email itu berisi tentang siapa vania sebenarnya, bahkan sampai kehidupan asmara yang dimiliki, teman dekat, dan juga semua silsilah keluarganya. Ben memang handal dalam emncari informasi. Disamping cepat, kinerjanya sangat memuaskan. Tak heran jika Leo mempertahankan pria tua itu di sisinya sampai sekarang. “Pantas saja kalian begitu mirip, ternyata keponakan.” Leo melihat foto Vania yang tersimpan di dalam ponselnya. Dia juga mengikuti semua media sosial gadis itu. Berbagai foto tertera di sana, bahkan ada pose sangat seksi. Banyak komentar yang tertulis membuat Leo meradang. Jika saja vania sudha dikenalnya dari dulu, ia akan memblokir semua media sosial semua pria yang menulis komentar itu. “Sial! Aku eksal setengah mati!” geramnya duduk di sofa dengan kasar. “Vania..., vania. Kau milikku. Kalau pun nanti kau tahu semuanya, dan balas dendam kepadaku, akan tak akan membencimu.” Dia gila, Leo memang sudha gila karena Vania mirip dengan Vanya. Entah cinta atau obesesi pria itu sendiri tak tahu. Yang jelas, tujuan utamnya sekarang adalah mengambil hati Vania, merengkuhnya, menjadikannya istri, dan juga mendapatkan cintanya. He is Grazy Man! Leo memainkan dagunya terlihat senang. Ternyata, pria yang bersama dengan Vania adalah kakak kandungnya, bernama Raul. Dia juga melihat seorang gadis lainnya, bernama Alice. “Uang bisa membuat gadis itu mau memberikan segalanya, bukan?” Incarannya sekarang adalah Alice. Dengan bantuan tangan dari gadis itu, informasi apapun akan mudah di dapat. Tentu dengan uang bisa melancarkan usahanya. Pria itu pun mensecrol pinselnya lagi. Terdapat informasi mengenai Alece yang ternayat sangat membutuhkan uang karena ayahnya terjerat hutang. Tak mau menunggu waktu, Leo langsung menghubungi Ben. “Kemari dengan cepat, aku butuh kau.” Leo bangkit dari sofa dengan senyum semirik karena rencana yang sudah tersusun rapi di otaknya. Ben yang berada di luar langsung masuk seketika. “Ada apa, Tuan?” “Oh..., rupanya kau sudah kembali. Cepat sekali kerjamu, Ben.” Jangan salah, Ben tak kerja sendirian. Sebelum sampai di Kanada, ia sudah memperkirakan hal yang diinginkan Leo. Hanya satu yang berada di luar kendali, rumah sederhana dan informasi mengenai gadis itu. Meskipun begitu, dnegan bantuan heaker terkenal, dia bisa mendapatkan informasi dalam waktu yang sangat singkat, bahkan hitungan detik. “Saya bekerja sesuai kehendak, Tuan.” Leo tersenyum dengan tampan. “Pergi ke tempat kerja Alice. Kau tahukan, dimana tempat itu berada.” Ben tahu itu karena sebelum mengirim email mengenai informasi Vania. Ia sudah mempelajari semuanya, dari kecil hingga besar. Tak ada yang terlewatkan sama sekali. “Kita pergi sekarang, aku tak mau menunda waktu lagi.” Leo berjalan mendahului Ben, diikuti pria tua itu dari belakang. Keduanya masuk ke dalam mobil dengan cepat-pergi ke tempat Alice kerja. Mendengar deru mobil asing, Raul menatap ke arah jendela. “Apakah kau tahu ada tetangga baru, Van?” Vania yangs ednag menonton televisi pun menggeleng, “Kata siapa ada tetangga baru. Kalau ada, pasti dia sudha mengirim makanan kepada kita.” “Kenapa otakmu makanan saja? Kau membuatku kesal!” dengus Raul meletakan celemeknya. “Hey, karena kau suka makanan gratis.” Vania beralih duduk di meja makan. “Hemm... baunya snagat harum. Kau pandai memasak, Raul.” Vania langsung melahab daging itu dengan wajah riang gembira membuat Raul menggelengkan kepala pelan. “Kau tahu, aku bertemu dengan pria itu.” Vania memulai pembicarannya. “Siapa yang kau maksud? Pria yang mana?” “Itu, mantan kekasih aunty.” Sendok yang di pegang Raul langsung jatuh ke lantai karena mendengar perkataan Vania barusan. Tangannya bergetar, diikuti dnegan tubuhnya. “Apakah kau baik-baik saja, Raul? Sendokmu jatuh ke lantai?” Vania bangkit dari kursi, hendak mengambil sendok itu tapi dicegah oleh Raul. “Itu kotor... biarkan saja. Kembalilah ek kamar jika sudah selesai.” Di mata Vania, gelagat aneh terlihat saat Raul menghindari kontak mata padanya. Sebenarnya, apa yang disembunyikan pria itu. Dia terlihat gelisah dan juiga cemas. “Apakah benar, kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali...” “Aku baik-baik saja. Kembalilah ke kamar.” Raul mendorong paksa gadis itu untuk masuk ke dalam kamar. “Raul! Kau pasti emnyembunyikan sesuatu!” teriak Vania di balik kamarnya. “Tidak! Kau terlalu berlebihan. Aku akan membersihakan piring kotor. Tidurlah..., besok kau harus ke kampus.” Raul mengelus dadanya yang berdetak sangat kencang. Pria itu akhirnya datang, pria yang membuat seluruh keluarganya hancur dalam waktu semalam. Tidak hanya itu, sang aunty juga meninggal meski karena penyakit. Akan tetapi, faktor utamanya adalah keluarga yang berasal dari China itu. “Aku harus segera membawa Vania pindah dari tempat ini.” Raul yakin, pria itu akan mencari keberadaan Vania dan dirinya. Untuk antisipasi, ia harus menyiapkan segala sesuatu demi keselamatan mereka. Sementara itu, Vania yang ada di dalam kamr menaruh curiga kepada Raul yang sepertinya meyembunyikan sesuatu. “Kau mau main-main denganku, Raul. Cih, aku akan mengawasimu mulai besok.” Gadis itu akan menajdi detektif dalam beberapa hari, mencari tahu hal apa yang disembunyikan oleh Raul. “Besok setelah pelajaran, aku akan membututimu seperti penguntit.” Vania tersenyum smeirik, memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Matanya beralih pada sebuah pigura yang memperlihatkan sosok Vanya di sana. “Aunty... benarkah pria tadi adalah kekasihmu? Atau... aku hanya berhalusinasi?” Seingat Vania, pria bernama Krish itu sangat tampan. Tapi, kenapa dia seperti om-om m***m kurang belaian. Atau janagn-jangan dia adalah orang c***l. Sungguh, pikiran Vania meliar ke ranah negatif, melayang ke sisi buruk sambil membayangkan yang tidak-tidak.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD