Hari Kepindahan Keluarga Pak Suryo

1214 Words
Bab 40            Setelah ebberapa hari kemudian mulailah tampak deretan kardus yang cukup banyak telah memenuhi rumah Pak Suryo. Hari ini adalah hari kepindahan Hana dan juga keluarganya ke rumah baru, ya lagi-lagi rumah baru yang akan menjadi rumah kesekian kalinya untuk Hana. Percuma rasanya untuk memberikan argumen karena papa dan mama Hana pasti memberikan jurus terbaik untuk Hana agar Hana menerima semua yang telah di perintahkan oleh sang papa/            Beberapa anak buah Pak Suryo sigap memasukkan barang-barang yang telah dikepak sedemikian rupa, sebagian lainnya telah tersusun rapi di mobil bak terbuka dan truk yang bermuatan cukup banyak tersebut. Hana menatap rumah yang telah cukup lama ia tinggali itu, menghela napas beberapa kali seakan berat untuk meninggalkan rumah, segala kenangan selama tinggal di sini. Ya, Hana selalu merasakan luka yang sama ketika harus pindah ke rumah baru. Masalah yang berulang terus, namun harus ia sikapi dengan biasa karena mau tak mau, bisa tidak bisa harus ia lakukan semua yang telah menjadi keinginan papanya yang notabene seorang pengusaha barang antik. Papa hanya selalu mengatakan bahwa setiap pekerjaan pasti ada resikonya masing-masing. Terkadang memang terbersit mengapa harus Hana yang menjalani kehidupan yang nomaden, harus berpindah-pindah seperti ini,            “Sayang, ayo berangkat” ujar mama sambil menepuk pundak Hana yang masih asyik memperhatika sekeliling rumah yang telah kosong.            “Ohh, iya ma” Hana seolah tersadar dari lamunannya ketika snag mama memanggil. Ia membalikkan badannya dan berjalan semakin menjauh dari rumah besar ini. Meninggalkan banyak kenangan dan juga banyak hal yang telah sempat ia rangkai di sini. Mama dan papanya telah bersiap untuk berangkat menuju rumah baru. Tampak beberapa mobil pengangkut barang telah berangkat emnuju kediaman Hana yang baru beserta anak buah papa yang bertugas sebagai penunjuk jalan. Pikirannya mengembara entah kemana, akan seperti apakah hari-harinya ke depan ketika berada di tempat baru. Di tempat yang papa dan mamanya bilang akan menjadi tempat yang menyenangkan, lebih asri dan juga banyak hal baru yang mereka berdua perdengarkan. Entah hanya sebagai alasan belaka ataukah benar adanya, Hana tak begitu mempedulikannya. Karena toh apapun yang terjadi tetap saja ia harus mengikuti kemana papa dan ammanya perg.            “Han, jangan lupain kami ya” kiriman pesan suara dari teman-teman satu gengnya di kelas.            “Huhh, sahabat apaan” gumama Hana. Temannya mau pindah saja, mereka sama sekali tak menemui Hana, ya walaupun ada ucapan selamat tinggal namun siapa yang tak ingin bila sahabat sendiri datang untuk melepas kepindahan temannya. Sayangnya hal tersebut tak berlaku untuk Hana. Seketika ia sadar bahwa selama ini orang yang ia sangka sahabat nyatanya bukanlah sahabat yang bisa membersamai ketika suka dan duka, nyatanya hanyalah teman di saat suka saja. Hana punmasuk ke dalam mobil dengan perasaan yang dongkol. Bagaimanapun juga, ia telah salah mengira bahwa yang Hana anggap sahabat adalah seorang teman yang bisa di andalkan, yang bisa setidaknya berempati dengan kondisi Hana.            “Nyak, hari ini Pak Suryo yang punya rumah besar itu mau pindah, jadi bapak ke sana ya kira-kira mereka sudah mau dekt” ujar bapak sambil menyiang rumput liar di kebun belakang rumah/            “Ia pak,lagian biar bapak bisa bantu-bantu juga kan di sana” Nyak dan bapak merasa sangat berterima aksih dengan kebaikan pemilik rumah yang ternya bernama Pak Suryo karena telah memberikan imbalan yang bahkan sangat besar bagi mereka berdua, orangnya baik dan juga sangat ramah. Jadi,nyak dan bapak sangat amat terbantu dengan upah yang telah diberikan sehingga bisa menyisihkan penghasilan yang diterima untuk biaya Adit kuliah yang dikumpulkans edikit demi sedikit maklumlah penghasilan nyak dan bapak tak seberapa, untuk makan sehari-hari sudah sangat bersyukur. Hingga Adit dan Adhim pun tumbuh menjadi anak yang mudah menerima apapun yang terjadi dalam kehidupan karena terbiasa hidup dalam kesederhanaan, tak banyak meminta hal yang diluar kemampuan orang tua. Hingga terbiasa dengan segala yang dimiliki tanpa mengeluh dan iri dengan apa yang dimiliki anak-anak lain, hal yang wajar apabila terkadang ada juga terlintas rasa di hati namun tak sampai hingga memaksakan kehendak.            “Bang, kite nemenin bapak ke rumah yang dibersihin kemaren yok. Adhim denger, bapak mau ke sana, bapak yang punya rumah mau pindahan rumah hari ini. Kali aja kita bisa di kasih duit lagi bang” ujar Adhim dengan penuh semangat. Adit pun terdiam sejenak, tak baik sebenarnya kalau mengharapkan sesuatu karena imbalannya saja namun di saat seperti ini, memang Adit sedang membutuhkan uang cukup banyak untuk biaya kuliahnya yang tinggal hitungan bulan lagi ia akan berubah status dari anak sekolahan menjadi anak kuliahan bila memang benar bisa berkuliah tahun ini, bilapun memang belum ada rezeki untuk kuliah tahun ini. Adit berniat untuk kerja sampingan agar bisa membantu nyak dan bapak untuk mengumpulkan uang guna kebtuhan sehari-hari dan juga untuk tabungan kuliahnya nanti.            “Oke, kita bilang ke bapak dulu. Boleh nggak ikut, kalo nggak boleh, nggak usah aja” ujar Adit lagi. Takutnya saja, kalau kehadiran mereka berdua justru akan mengganggu nantinya hingga Adit berkilah seperti itu. Adhim yang mendengar penuturan sang kakak pun mengangguk tanda mengerti.            Tak lupa setelah meminta izin agar bisa ikut ke rumah besar yang ternyata pemiliknya adalah orang yang baik. Setelah bapak mengizinkan untuk membantu karena sudah pasti bila proses pindahan pasti akan membutuhkan banyak tenaga, walaupun sebenarnya tak diminta sekalipun bapak akan tetap membantu. Tentu saja Adit dan Adhim bersuka hati karena bisa ikut membantu, siapa tahu aka nada rezeki kembali di tempat yang sama.            Adit sedang berada di kamar dan ketika memastikan keadaan sudah aman sehingga Adit membuka sumpit ajaib yang telah ia sembunyikan sedemikian rupa agar tidak ketahuan oleh siapapun di rumah ini. Kali ini Adit sambil memikirkan bahwa akan sangat menyenangkan apabila ia bisa mendapatkan sesuatu yang baru di rumah besar tersebut, namun entah apa yang membuat Adit memikirkan hal tersebut. Entah hanya sekadar iseng atau apa, padahal apa yang ia pikirkan tentu akan menjadi kenyataan. Adit kemudian meletakkan sumpit ajaib miliknya tersebut ke tempat yang ia rasa aman dan segera kembali menemui Adhim yang tampak sedang bersiap untuk menemani bapak berangkat. Adit pun tak ingin ketinggalan, ia pun menyiapkan diri untuk membantu bapak ke rumah besar yang sudah terlihat jauh lebih kinclong setelah di cat, dan juga di bersihkan oleh nyak dan juga bapak.            “Masih jauh ya ma” tanya Hana ketika di rasa bahwa perjalanan yang telah ia lewati tapi seakan tak sampai-sampai. Tentu saja melelahkan bagi Hana karena perjalana yang memakan cukup lama, hingga telah sempat berhenti untuk mengisi perut di sebuah rumah makan yang tepat berada di pinggir jalan karena perut yang sudah meminta haknya untuk diisi.            “Sebentar lagi sayang. Kan tadi kita sempet berenti buat makan, kalau nggak mungkin kita udah sampai” ujar mama menenangkan. Ya, walaupun hanya duduk saja, namun bosan juga karena cukup lama berada di dalam mobil. Sesekali memang Hana menatap ke luar jendela mobil sambil memindai sekiranya ada yang menarik, memang tampak teduh dan juga rindang ketika telah keluar dari pusat kota, sekarang mereka bertiga telah memasuki area pedesaan yang menyejukkan tentu sjaa berbeda hawanya dengan di kota yang cenderung panas dan pengap. Hana tak menyadari bahwa kini ia terlelap padahal sebentar lagi mobil yang dikendarai oleh papanya tersebut akan segera sampai. Iringan mobil pengangkut barang telah lebih dulu sampai, setelah sampai barulah sedikit demi sedikit di turunkan barang-barang yang cukup banyak. Bapak dengan sigap membantu menurunkan barang, di bantu anak buah Pak Suryo serta para supir yang membawa barang-barang tersebut.        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD