Hana si Gadis Manja

1916 Words
            Hana belajar seperti biasa, menikmati semua proses belajar di sekolah ini. Sekolah yang membuat ia memiliki banyak teman sketeekaligus pesaing yang iri melihat ketenaran seorang Hana yang mmiliki paket lengkap, cantik dan juga kaya. Begitupun dengan banyak pria yang menggilainya hingga banyak siswi yang merasa iri karena mungkin salah satu penyebabnya adalah gebetan yang di taksir justru menggilai Hana. Hana tak ambil peduli, toh bukan mau dirinya bila ia di gilai siswa bahkan ada beberapa guru muda yang jelas-jelas menaruh hati pada dirinya. Namun lagi-lagi Hana memang tak mau mengambil risiko untuk menjalin hubungan dengan lelaki yang mungkin hanya memanfaatkan uangnya saja atau nginkan hal lain yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih. Bukan hal yang tabu, ketika pergaulan anak-anak sekarang sudah amat sangat bebas, hingga Hana pun harus membentengi diri dari segala pengaruh buruk yang hadir dan berusaha untuk selalu menggoda muda mudi sepertinya. Mama dan juga Papa pun selalu mengingatkan agar Hana bisa menjaga pergaulan dengan bak, karena sebagai kaum hawa banyak sekali kejahatan yang bisa menghampiri. Untungnya Hana masih bisa berjalan di jalur yang tepat, terlebih di pelajaran agama yang dipelajari di sekolah juga sudah menjelaskan Batasan sebagai perempuan. Hana hanya berusaha menjaga apa yang memang harus ia jaga dengan baik hingga saatnya tiba nanti.             Nyak dan bapak asyik bekerja tanpa sadar bahwa ada anak buah Pak Suryo yang masuk. Mungkin kendaraan yang ia naiki di taruh di depan pagar hingga nyak dan bapak tak sadar ketika ada orang yang masuk pagar.             “Sudah mau selesai ya pak?” tanya anak buah Pak Suryo sambil melihat-lihat pekerjaan yang dikerjakan oleh bapak. Nyak yang juga sedang menyapu ruangan di dalam rumah pun sesekali memperhatikan anak buah tuan rumah yang mengecek tiap inci agar semuanya terlihat sesuai dengan keinginan sang pemilik rumah. Mengecek bagian dalam hingga bagian luar rumaah dnegan teliti, membuat nyak dan bapak bahkan lebih tegang dibandingkan bertemu dengan pemilik rumah langsung seperti kemarin.             “Ia pak, sebentar lagi selesai. Paling lama besok sudah selesai. Tinggal sedikit lagi semuanya beres pak” ujar bapak Adit sambil menyeka keringat yang menetes dengan punggung tangan.             “Oh ia, karena besok saya ada kesibukan. Upah bapak saya berikan sekarang saja. Untuk kunci rumah dan pagar saya titipkan ke bapak saja, karena bos saya dalam beberapa hari ke depan akan pindah ke rumah ini. Nanti nomor hape bapak akans aya berikan ke bos saya untuk mengambil kunci kalau sudah hari kepindahahan bos saya. Gimana pak, bisa?” tanya anak buah Pak Suryo sambil melihat sekeliling rumah dengan saksama.             “Oh ia bisa pak, nanti semua kunci biar saya bawa nanti kalau perlu bisa hubungi saya saja” ujar bapak sambil mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.             Kemudian anak buah Pak Suryo menyodorkan sebuah amplop coklat yang cukup tebal. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih atas bantuan bapak dan nyak Adit yang telah membantu memugar sedikit rumah bosnya sehingga lebih rapi dan lebih nyaman untuk ditempati. Apalagi hasil pekerjaan yang rapi membuat bosnya menyuruh dirinya untuk memberikan komisi lebih. Pak Suryo menmang tidak pelit utuk urusan uyaang sesuai dengan kemauannya namun berbanding terbalik, ketika ada hal yang tak ia inginkan maka akan berdampak buruk juga nantinya. Setelah semua urusan beres, anak buah itu pun meninggalkan bapak dan nyak yangs edang bekerja.             Nyak dan bapak tampak berpandangan satu sama lain, membayangkan isi amplop yang belum berani di lihat. Sepertinya akan di buka di rumah saja. Hari semakin sore, nyak dan bapak memutuskan sedikit pekerjaan lain yang masih tersisa untuk dikerjakan besok sjaa. Mereka berdua kemudian memutuskan untuk pulang. Adit dan Adhim tak ke sini mungkin karena kelelahan atau juga karena tadi sempat di guyur hujan. Nyak dan bapak pulang dengan perasaan yang sangat senang. Belum di buka saja, sudah sangat membahagiakan apalagi nanti ketika sampai di rumah. Tak lama kemudian, nyak dan bapak sudah sampai di ruamh. Tampak Adit sedang menyapu lantai, Adhim mengisi air di belakang. Rasa lelah seakan sirna ketika pulang mendapati anak-anak yang begitu ikhlas membantu orang tua yang baru pulang bekerja.             Adit dan Adhim sudah rapi, masing-masing Sudha mandi. Tinggal nyak dan bapak yang bergantian untuk mandi. Ketika nyak sedang mandi, bapak mencoba melihat isi amplop yang cukup tebal. Setelah dikeluarkan ternyata isinya sangat banyak, diluar perkiraan bapak. Bahakna hingga dua kali lipat. Bila di hitung harian, pekerjaan yang dikerjakan mungkin akan mendapat sekitar satu jutaan di tambah dengan uang tanda jadi kemarin, justru yang didapatkan jauh lebih banyak. Ada uang dua juta rupiah yang di tambah uang tanda jadi kemarin sehingga total uang yang di dapat menajdi dua juta lima ratus ribu rupiah. Sungguh luar biasa rezeki yang telah di berikan, rezeki yang di dapat dengan tak di sangka-sangka. Ketika nyak masuk kamar dan selesai berpakaian, nyak melihat bapak yang tampak sumringah.             “Nyak, alhamdulillah upah yang kita dapat sebanyak ini nyak” ujar bapak sambil memamerkan uang lembaran seratus ribu yang berjumlah dua puluh lembar. Sungguh rezeki tak terkira dari yang kuasa, karena memberikan rezeki yang teramat banyak kepada keluarga ini sehingga sedikit demi sedikit nyak dan bapak bisa menabung untuk tambahan uang masuk universitas impian Adit. Sebenarnya Adit tak ingin membebani orang tuanya karena paham bagaimana kondisi keuangan keluarga namun sebagai orang tuan yak dan bapak juga memang berkeinginan agar Adit bisa sekolah lebih tinggi di bandingkan orang tuanya yang dulu bahkan hidup lebih susah sehingga ahanya bisa sekolah hingga SMA dan SMP saja. Untuk masa depan anak maka harus diusahakan sedemikian rupa agar anak-anak bisa menggapai cita-citanya setinggi langit. Rezeki yang di dapatkan pun sebagian di tabung dan sebagian lagi untuk keperluan rumah tangga.             “Alhamdulillah ya pak, padahal kita juga kerjanya nggak yang capek-capek banget” ujar nyak. Dalam benaknya terbayang masakan yang akan ia masak untuk sekeluarga, lama sudah mereka tak menyicipi daging, olahan dari daging yang diselimuti dengan bumbu rempah. Ya, nyak berniat untuk membeli daging satu kilo, dan akan di buat rendang untuk makan keluarga. Sudah terbayang lezatnya menu daging yang akan di masak. Besok setelah pekerjaan selesai, nyak akan ke pasar untuk membeli daging. Memasak rendang butuh waktu yang cukup lama, mulai dari mengolah bumbu hingga memasak daging dengan bumbu yang banyak hingga mengental barulah di angkat dan di sajikan untuk menu makan malam besok. Sudah terbayang betapa lezat dan betapa bahagianya ketika melihatAdit dan Adhim makan dengan lahap. Melihat masakan yang dimasak sepenuh hati dimakan dnegan lahap oleh anak dan juga suami adalah kepuasan tersendiri dari seorang ibu yang tak bisa di ganti oleh apapun. Melihat semua anggota keluarga menyantap makanan dengan bahagia dan menghabsikan semua masakan yang telah di masak mampu melenyapkan rasa lelah yang menggelayut ketika proses memasak yang memakan waktu cukup lama, belum lagi berbenah untuk membereskan perkakas dapur setelah proses memasak selesai.             Adzan magrib berkumandang, seperti biasa lelaki kesayangan nyak ketiga-tiganya itu berangkat ke musholla untuk menunaikan shalat magrib berjamaah. Nyak sedang tidak shalat karena sedang ada tamu bulanan. Nyak sedang menyiapkan makan malam dengan menu ayam goreng dan juga tumis kangkung serta sambal yang tak boleh ketinggalan karena di rumah harus ada sambal agar lebih nikmat ketika makan dan juga menambah nafsu makan lebih tepatnya. Menu sederhana yang membuat acara makan malam keluarga menjadi momen yang di nanti, sebab ketika anak-anak sekolah makan siang jadi tidak teratur, masing-masing makan ketika memang sudah merasa lapar dan memang sedang ada di rumah. Nyak menyiapkan semuanya dengan baik, selama menikah nyak berusaha untuk memberikan sajian masakan dari tangan nyak sendiri seperti yang selalu ditekankan oleh ibu nyak dulu agar membuatkan sendiri makanan yang akan di makan oleh semua anggota keluarga, dengan begitu keharmonisan akan lebih terasa ketika acara makan bersama. Ternyata itu benar, setelah berkeluarga momen speerti ini akan sangat di tunggu-tunggu. Momen di mana masing-masing saling berbagi cerita, menikmati makanan bersama walaupun dnegan menu makanan yang sederhana.             “Assalamualaikum, kami pulang nyak” ujar Adhim, diikuti oleh Bapak dan juga Adit. Tak berapa lama kemudian, mereka membentuk lingkaran di tengah ruang dan berada di posisi masing-masing. Masakan yang nyak masak terlihat lezat sekali dnegan asap yang mengepul dari nasi yang baru di angkat dari dandang. Maklum di rumah ini, memasak nasi masih menggunakan metode mengaron nasi di dandang, karena jauh lebih sehat dibandingkan memasak dengan bantuan magic com dan lain sebagainya. Seni memasak adalah dari prosenya tak hanya dari hasil akhirnya saja, begitulah yang sering ibu nyak katakan. Sehingga nyak jarang emnggunakan bantuan mesin untuk memasak keculai memasak dalam jumlah banyak hingga tidak memungkinkan untuk mengulek bumbu sehingga saat itulah blender diperlukan untuk mempermudah acara masak memasak dan juga lebih mengoptimalkan waktu agar tak terbuang percuma di slah satu step saja.             Hana sudah selesai makan malam kemudian ia menuju ke kamar untuk mulai membereskan beberapa barang lain yangs ekiranya bisa ia sisihkan lagi. Drai cerita mama dan papa kemarin, Hana mulai tertarik dengan keadaan di sana. Orang-orang yang ramah, suasana yang asri, berbeda jauh dengan suasana perkotaan yang cenderung panas, banyak polusi dan juga sulit untuk menemukan lahan terbuka hijau. Kalaupun ada, harus melipir ke sudut-sudut kota untuk menenangkan diri dengan melihat area persawahan atau ke puncak Bogor sekalian untuk melepas penat setelah sekian lama beraktifitas, entah sekolah, bekerja, dan lain sebagainya. Kadang mama dan papa mengajak Hana ke villa pribadi yang terletak di puncak, suasana yang syahdu, tenang dan juga memberikan sensasi tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Villa yang jarang mereka datangi, tapia da pegawai yang bertugas membersihkan villa yang papa beli khusus untuk kegiatan gathering bersama teman bisnis papa ataupun untuk refreshing bersama keluarga. Cukup banyak investasi yang telah papa siapkan untuk hari tua dan beberapa prperti yang sudah di beli untuk masa depan Hana nanti, tentu karena materi yang didapatkan sudah sangat berlimpah.             “Lohh lagi beres-beres. Bisa sendirian?” tanya mama sambil membantu Hana melipat dan menyisihkan beberapa pakaian yang jarang di pakai untuk dimasukkan dalam kardus yang telah disediakan.             “Bisa dong ma, gini aja mah kecil” ujar Hana smabil menjetikkan jari.             “Mama bantu sini, kemarin pas libur nggak beres-beres ya?” tanya mama Hana lagi. Hana menggeleng sambil memamerkan deretan gigi kelinci yang tertata dengan rapi.             Dua perempuan cantik ini masih asyik membereskan barang-barang di kamar Hana. Hingga tak sadar, papa melihat aktifitas mereka dan hendak ikut bergabung.             “Mau papa bantuin juga nggak nih” ujar papa Hana sembari duduk di kasur anak gadisnya itu.             Mereka bertiga saling membantu, kemudian saling menceritakan keadaan ketika mengecek keadaan rumah mereka yang sudah hampir selesai di cat dan juga di bersihkan dalam maupun di luar rumah. Mama dan papa Hana juga mengatakan anak lelaki seumuran Hana juga bersekolah di sekolah yang sama yang akan menjadi sekolah Hana yang baru. Mungkin Hana bisa berteman dnegan anak lelaki yang baik dan juga sopan, menurut papa. Lihat saja nanti, apakah emmang ia akan satu sekolah atau mungkin satu kelas dengan anak lelaki yang papa ceritakan barusan itu. Jarang-jarang papa mau membahas anak laki-laki yang tak ia kenal kecuali memang orang itu adalah orang yang baik.             Sudah cukup banyak kardus yang berhasil kami isi malam ini, ternyata kalau dikerjakan bersama-sama pekerjaan akan jauh lebih cepat selesai di bandingkan bila hanya dikerjakan sendirian. Hana pun berniat akan berusaha untuk sedikit demi sedikit membantu mama dan papa bila terlihat mereka berdua sibuk atau sedang membutuhkan bantuan. Memang Hana sadar bahwa waktu bersama orang tuanya tak begitu banyak, akrena kesibukan papa dan juga aktifitas mama yang cukup banyak, namun harusnya tak membuat Hana kehilangan figurorang tua yang begitu menyayangi dan selalu berusaha mewujudkan apapun keinginan Hana selama yag diinginkan masih mampu untuk di wujudkan. Memang terkadang Hana bersikap begitu egois, namun itu salah satu caranya untuk bisa sedikit mendapatkan sedikit perhatian dari mama dan juga papa.               
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD