Rezeki dari Pak Suryo

1111 Words
           “Hana, nanti Adit jadi teman satu sekolah sama kamu nak” ujar papa ketika makan malam bersama.            “Ia kali pa, kan Hana belum berangkat ke sekolah baru” ujar Hana.  Terlihatia masih malas-malasan untuk makan malam. Ia masih enggan untuk menerima keadaan bahwa saat ini sudah berada di tempat yang baru. Mama dan papanya pun saling berpandangan, tahu benar bahwa sang anak masih enggan untuk ikut pindah ke tempat yang baru ini. Wajar memang, karena Hana sudah begitu betah di tempat sebelumnya, ada banyak teman-temannya juga yang sudah akrab. Tak menampik memang Pak Suryo juga merasa bahwa ia tak ingin berpindah-pindah namun apa mau di kata kalau akhirnya pekerjaan yang sedang ia jalani akan memberikan dampak atau hasil luar biasa apabila benar-benar di tekuni.            Anak buah Pak Suryo bahkan sangat berusaha untuk mencari tahu letak keberadaan sumpit ajaib yang mereka sudah usahakan untuk mencarinya selama beberapa tahun ke belakang, hingga akhirnya saat ini sudah mulai mendapati titik terang hingga meyakinkan diri untuk pindah ke tempat baru. Kalau bukan karena masalah barang antik yang bisa membuat dirinya kaya dan tak perlu bekerja lebih keras karena barang antik ini akan memberikan apa saja yang diinginkan hingga semuanya akan terasa lebih mudah. Dukungan istri yang membuat Pak Suryo berani mengambil sikap dan keputusan untuk beralih tempat tinggal dan harus berusaha untuk menyesuaikan diri kembali dengan lingkungan yang baru. Sesuatu yang tentu saja tak mudah, apalagi Hana, sang putri yang terbiasa tinggal di lingkungan yang serba ada, dan sekarang justru berbalik seratus delapan puluh derajat.            Malam harinya Hana sulit untuk memejamkan mata, hal yang biasnaya terjadi bila ia berada di tempat baru. Masih banyak barang yang belum dibereskan, rumah masih seperti kapal pecah, yang penting seperti kasur, meja makan dan dapur sudah terlihat sedikit lebih rapi karena fokus merapikan di tempat seperti itu dulu sisanya bisa di urus besok,lusa hingga beberapa hari ke depan. Untung saja, lusa Hana akan mulai sekolah biar ia bisa menghindar dari tugas merapikan rumah yang masih berantakan ini.            “Menyebalkan, harus beres-beres rumah lagi” batin Hana ketika harus membantu mama dan papa membereskan sekian banyak barang yang menumpuk jadi satu. Hingga melihatnya sjaa sudah membuat Hana mual. Akhirnya setelah menunggu beberapa saat, barulah Hana terlelap.            “Pa, Hana kayaknya masih berat hati kita pindah ke sini” obrolan mama dan papa Hana.            “Iya ma, papa tahu tapi seiring berjalannya waktu pasti Hana bisa menerima keadaan ini. Masa iya papa nggak mikiran kehidupan anak dan istri, seperti papa bilang. Ini juga akan berpengaruh untuk hidup kita ke depannya” ujar papa Hana. Ia kemudian mengecup kening snag istri sebelum mereka berdua memutuskan untuk segera tidur. Esok hari akan disibukkan kembali dengan deretan pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan, tak lupa pasti anak buah Pak Suryo akan ikut membantu hingga pekerjaan sedikit lebih ringan.            Ternyata keesokan harinya sudah ramai terdengar bahwa akan ada murid baru, pindahan dari kota yang akan pindah ke sekolah Adit. Entah dari mana asalnya, namun biasanya dari anak wakil Kepala Sekolah yang berada di kelas sepuluh. Luar biasa hiruk pikuknya, yang mereka tahu anak yang pindah nanti adalah anak perempuan, otomatis yang terpikir adalah anak kota yang kekinian, Adit pun hanya ikut mendengarkan, tak ingin tambah membuat keadaan makin riuh karena akan datangnya anak baru di sekolah mereka, padahal dirinya sudah tahu lebih dulu tentang sosok anak baru yang memang sangat cantik bernama Hana itu, namun kesan pertama ketika bertemu adalah Hana seperti anak-anak orang kaya yang tampak manja dan juga sedikit sombong. Mungkin itu hanyalah penilaian awal, karena bagaimanapun harus mengenal seseorang lebih jauh untuk tahu secara lebih detail sifat seseorang.            Sesampainya di rumah, barulah Adit tersadar bahwa ia menginginkan sesuatu yang baru, apakah seuatu tersebut adalah bertemu teman baru yang merupakan anak pindahan tersebut. Kali ini permintaan yang Adit inginkan apakah akan terasa lebih spesial atau justru biasa saja. Beberapa kali permintaan Adit bisa terkabul dnegan begitu mudahnya hingga Adit merasa amat sangat terbantu. Semoga saja takkan ada yang tahu keberadaan benda ajaibnya tersebut, karena speerti mimpi yang sering Adit alami, bahwa akan ada seseorang yang berusaha keras untuk mendapatkan apa yang Adit miliki hingga Adit snagat berhati-hati agar sumpit ajaibnya tersebut tak jatuh di tangan orang yang salah. Bagaimanapun juga Adit lah yang terpilih untuk mendapatakan sumpit ajaib yang sangat emmantu hingga Adit bisa memiliki benda yang awlanya teramat mewah hingga tak bisa ia miliki dengans egala kesederhanaan yang ia miliki.            “Nyak bapak ke mana?” tanya Adit ketika baru saja mengganti baju usai pulang sekolah.            “Bapak ke rumah Pak Suryo untuk bantu-bantu nak. Hbais pindahan mah sehari dua hari pasti masih banyak kerjaan” ujar nyak sambil membersihkan ruang dapur yang berukuran serba minimalis. Adit mengangguk-angguk tanda mengerti, apalagi memang ada banyak sekali barang yang harus di bereskan, kemarin saja mash ada banyak barang yang belum dipindahkan ke tempatnya, dan masih ada banyak juga barang yang belum dikeluarkan dari kardus. Dilihatnya sekeliling, rupanya Adhim tak ikut bersama bapak. Bisa riweh nanti kalo Adhim ikut, kadang banyak mainnya si bocah. Adit pun kembali ke kamar, hendak menyusul bapak namun ia juga merasa lelah setelah kemarin mengangkat cukup banyak barang di tambah hari ini juga sekolah dan ada banyak tugas yang diberikan. Hingga Adit memutuskan untuk tidak menyusul bapak.            Hari sudah semakin sore, tampak cahaya keemas an yang tampak di langit menambah indanya suasana sore ini. Pak Suryo tampak berbincang dengan Pak Suryo yang baru saja selesai membantu memindahlan barang dan membantu untuk menata, walaupun sebagai tuan rumah Pak Suryo tak lantas hanya bersantai saja, justru ia pun ikut turun tangan untuk membantu. Sang istri setia menemani, ya untuk snag putri Hana hanya sesekali membantu, kalau lelah ia akan berhenti. Lagipula Pak Suryo dan istrinya tak memaksa Hana untuk membantu. Maklum lah anak semata wayang hingga semua yang diinginkan oleh sang putri seperti sebuah keharusan. Sudah snagat bersyukur karena Hana tak berkeras hati untuk menolak kepindahan mereka ke sini, cukuplah dengan sebuah mobil keluaran terbaru yang membuat Hana mau tak mau untuk mengikuti kemauan kedua orang tuanya.            “Terima kasih ya pak, sudah membantu kami sampai hari ini” ujar Pak Suryo sambil menyelipkan beberapa lembar uang ketika mereka berdua bersalaman. Tampak Bapak Adit merasa tak nyaman dan berusaha untuk mengembalikan uang yang telah diberikan oleh Pka Suryo namun, Pak Suryo tetap kekeuh untuk memberikannya.            “Nggak usah repot-repot pak, saya ikhlas membantu bapak dan keluarga”.            “Saya dan keluarga pun ikhlas memberi ini pak, kami berterima kasih sekali, karena bapak sigap membantu dan akhirnya semua sudah selesai, bahkan jauh lebih cepat selesai di banding perkiraan kami” ujar papa Hana sambil mengangsurkan kembali uang yang ia selipkan dan mau tak mau harus di terima oleh bapak Adit.        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD