Hari Pertama Hana Sekolah

1046 Words
           “Hana ayo bangun nak. Hari ini sekolah kan, ayoo bangun Han” panggil mama sambil menggerakkan tangan Hana yang masih asyik memeluk guling. Hawa di sini memang sangat sejuk hingga membuat Hana tidur lebih nyenyak dan enggan untuk segera bangun dari tidurnya. Ia masih asyik memeluk guling tanpa mengindahkan panggilan mamanya.            “Bentar lagi ma, baru jam berapa juga ni” ujar Hana sambil menarik selimut.            “Apanya baru jam segini Hana sayang. Ini sudah hampir jam tujuh nak, nanti kamu terlambat sampai ke sekolah” ujar mama lagi.            Hana yang tersadar seketika langsung bangun, kemudian buru-buru pergi ke kamar mandi untuk sekadar membasahi tubuh. Ia mengutuki diri. Bayangkan saja, hari pertama turun sekolah namun ia sudah dihadang masalah yang ia buat sendiri. Apalagi kalau bukan bangun terlambat, ya mau bagaimana, cuacanya sangat mendukung untuk terus terlelap dan juga menarik selimut lebih lama.            “Hana berangkat ma” tak lama kemudian Hana pamit, tak sempat sarapan karena sangat terburu-buru berangkat. Bahkan ia sama sekali tak tahu letak sekolahnya di mana, untung saja papanya sigap untuk mengantar Hana di hari pertama Hana masuk sekolah, walaupun sedikit kesal karena sang putri yang di hari pertamanya namun sudah datang terlambat. Namun tak papa Hana utarakan, jelas saja tak akan didengar, apalagi sedang dalam kondisi terburu-buru seperti ini.            “Mau papa temenin masuk Han?” tanya papa ketika Hana baru saja tiba di pintu gerbang sekolah. Usai menjelaskan kepada satpam bahwa Hana putrinya adalah siswi baru dan terlambat datang karena memang baru saja pindahan beberapa hari yang lalu.            “Nggak usah pa, Hana bisa sendiri. Hana masuk dulu pa, I love you” tak lupa Hana mencium pipi sang papa yang walaupun menyebalkan tetap saja Hana begitu menyayangi papanya sebab bagaimanapun juga seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Terkadang apa yang diinginkan oleh seorang ayah bisa bertolak belakang namun yakinlah apapun yang seorang ayah lakukan, semua ia lakukan karena ia begitu mencintai anak perempuannya. Cinta kasih seorang ayah yang memang tak segamblang kasih seorang ibu, namun yakinlah perjuangan seorang ayah juga berat untuk bisa membahagiakan keluarga yang ia cintai.            “Anak-anak perkenalkan ini teman baru kalian, namanya Hana. Hana kamu bisa perkenalkan diri ke teman-teman di kelas ini” ujar Pak Diki, guru Bahasa Indonesia.            Hana pun mulai memperkenalkan diri, tentu saja semua mata tertuju pada Hana, gadis cantik yang dianugerahi wajah yang cantik sekaligus imut itu. Adit pun tentu terpana, Hana terlihat berbeda ketika di balut seragam putih abu-abu ini. Adit dan siswa laki-laki di kelas ini tentu terkagum-kagum dengan kecantikan Hana, hal inipun berlaku sama kepada siswa perempuan yang iri dengan kecantikan Hana, terlebih Hana tampak seperti anak kota yang modis, dan tentunya terlihat hingga keanggunannnya tampak jelas terlihat. Usai memperknealkan diri, hana duduk di baris ke dua di bagian tengah kursi depan. Setelah say hai dengan teman sebangku dan keadaan kelas sudah tidak riuh rendah ketika Hana baru saja masuk ke kelas baru. Ia juga sempat bersitatap dengan Adit yang ternyata satu kelas dengan dirinya. Lelaki yang setelah pindah ke daerah sini, adalah teman sekelas pertama yang ia temui. Setelahnya sesi pelajaran berlangsung seperti biasa, Hana, Adit dan siswa lainnya memperhatikan dengan saksama pelajaran demi pelajaran yang di sampaikan oleh bapak dan ibu guru.            “Hai, kita sudah ketemu ya waktu kamu bantu-bantu di rumah aku” tanya Hana ketika jam istirahat tiba. Kebetulan Adit di kelas saja, tidak ikut jajan seperti teman-teman lainnya. Adit sengaja menyisihkan uang saku untuk tambah-tambah biaya kuliahya kelak.            “Iya, kebetulan bapak aku yang bersih-bersih sebelum keluarga kamu pindah, jadi sekalian bapak aku bantu-bantu waktu pindahan” ujar Adit ramah. Ya, Adit adalah anak yang mudah bergaul hingga Adit memiliki banyak teman, apalagi ia bukan anak yang suka memilih-milih teman dan tentu saja Adit adalah salah satu siswa yang diidolakan oleh para kaum hawa di sekolah. Banyak yang menatap iri ketika Adit berbincang dengan Hana, baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Biasa lah kisah percintaan di kalangan remaja, di mana ada banyak rasa suka, kagum kepada lawan jenis. Hana dan Adit tampak mudah sekali akrab satu sama lain, obrolan merek mengalir dengan mudah, tak di sangka kalau anak orang kaya yang sekarang berada di hadapan Adit bisa satu frekuensi, mereka banyak membahas tentang kondisi di mana Hana tinggal sekarang, dan masih banyak hal lainnya yang juga mengalir seiring obrolan mereka, sesekali ada teman-teman lain yang ikut menimpali hingga Hana merasa tak begitu canggung.            Tak terasa pelajaran hari ini pun usai, Hana menunggu jemputan sang papa namun sedari tadi di telepon tidak di angkat. Apa mungkin papanya sedang ada kerjaan, Hana minta di antar hari pertama saja karena ia belum tahu letak sekolahnya, namun setelah tahu letak sekolahnya yang ternyata tak begitu jauh dari rumah Hana. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki kira-kira lima belas menit, mungkin besok Hana bisa menyetir mobil sendiri saja biar tak perlu repot menunggu jemputan seperti sekarang.            “Han, belum pulang?” tanya Adit. Ia baru saja berniat untuk pulang karena ada kegiatan yang harus ia selesaikan lebih dahulu.            “Ia nih Dit, lagi nunggu jemputan dari tadi. Apa mungkin papa lagi banyak kerjaan ya, soalnya aku telepon dari tadi nggak diangkat-angkat sama papa” ujar Hana sambil emmanyunkan wajah bibirnya.            “Yaudah bareng aku aja, nanti aku antar sampe rumah. Kalo mau sih, di bonceng motor butut aku” tanya Adit pada Hana.            “Yaudah ayook, takut kesorean kalo nungguin papa jemput. Iya kalo inget, hehe” canda Hana yang kemudian langsung duduk di boncengan Adit. Tak lama kemudian Adit membonceng Hana menuju pulang. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Hana telah sampai, ternyata memang benar rumahnya tak begitu jauh dari sekolah baru Hnaa.            “Eh, nak Adit. Makasih ya udah nganterin Hana pulang, kebetulan papa Hana lagi ada kerjaan jadi belum pulang jam segini” ujar mama Hana. Untung saja Hana menerima ajakan Adit untuk pulang bareng kalau tidak tentu akan memakan waktu lama untuk menunggu papa Hnaa menjemput.            “Kok mama juga nggak ngasih tau Hana, kalo nggak bakalan sampe magrib Hana nungguin papa” rajuk Hana ke mamanya.            “Mama ketiduran sayang, waktu mau telepon eh Hana nggak ngangkat, speertinya lagi di jalan bareng nak Adit. Duhh, tante ngucapin makasih banget ya Nak Adit mau nganterin Hnaa. Tnate belum hapal jalanan di sini, jadi nggak berani jemput Hana” tutur mama Hana.                                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD