Rezeki dari Keluarga Pak Suryo

1066 Words
           “Sama-sama tante, Adit langsung pulang ya tan” tak lupa Adit menyalimi tangan mama Hana sebelum melajukan motornya kembali menuju ke rumah. Hari sudah cukup sore, semoga saja Adit tak di cariin, maklumlah nyak suka khawatir kalau Adhim dan juga Adit terlambat pulang ke rumah.            “Kok ngabarin Hana sih ma, kalau papa nggak bisa jemput. Untung Hana nggak kemalaman pulangnya kalo nggak bareng Adit pulangnya tadi” Hana menaruh tasnya sembarang di kursi ruang tamu. Ia masih kesal karena sudah lelah sekolah namun tidak dijemput, lagi-lagi amat snagat terbantu karena Adit.            “Mama juga nggak tahu kalau papa lupa ngabarin ke Hana, lagian mama pas mau nelepon tadi nggak di angkat” ujar mama lagi. Efek lelah membereskan barang-barang habis pindahan sehingga mama Hana tertidur dan telat untuk mengabari Hana bahwa papanya akan terlambat menjemput.            “Dit, kok baru nyampe rumah. Singgah ke mane aje?” tanya nyak sambil negdumel, maklum Adit pulang lebih sore dari biasanya karena memang ada  tugas tambahan yang harus ia kerjakan di sekolah, belum lagi harus mengantar Hana walaupun tak memakan banyak waktu namun tetap saja membuat Adit harus mengambil jalan yang berlawanan karena rumah Adit sedikit lebih jauh dari rumah Hana.            “Ada tugas tambahan di sekolah tadi nyak, makanya agak lambat sampe rumah nyak” ujar Adit yang kemudian langsung pergi mandi karena sudah gerah sekali. Adhim saja sudah rapi, tampaknya ia sudah mandi lebih dulu dan sekarang sedang asyik menonton televisi.            “Lohh, abang baru balik” tanya Adhim ke abangnya. Adit mengangguk kemudian emnuju ke kamar mandi yang letaknya terpisah dari bangunan rumah, tak jauh hanya beberapa langkah saja sudah sampai.            “Bagaimana, ada perkembangan, di mana barang yang kit acari?” tanya Pak Suryo pada anak buahnya.            “Untuk saat ini masih belum bos, kita masih mencari di mana tepatnya. Petunjuk yang ada masih harus kita telaah lagi.            “Oke, saya mau segera kalau bisa. Ini prospek bagus, jangan sampai kita kalah cepat dan justru digunakan oleh orang lain. Bisa rugi kita kalau memang begitu ceritanya” ujar Pak Suryo dengan menggebu-gebu. Padahal benda yang di cari telah bersama orang yang tepat, yang digunakan bukan untuk sesuatu yang buruk, di gunakan benar-benar sesuai kebutuhan. Bisa berbahaya seperti yang kakek misterius bila sampai di tangan orag yang tidak tepat. Justru akan menjadi bumerang bila tidak digunakan dengan bijaksana hingga rentan menimbulkan kerugian untuk orang lain. Hingga memang berbahaya bila sampai jatuh di tangan orang yang tidak tepat.            “Kalian harus gerak cepat ya, jangan sampai kecolongan. Ingat, bonus akan menanti kalian kalau bisnis ini sukses” lagi Pak Suryo mengingatkan anak buahnya untuk bersemangat mencari apa yang tmereka cari. Sebuah benda ajaib yang bisa membuat siapapun yang kelak memilikinya mendapatkan banyak kemudahan. Mungkin hal inilah yang Adit tak pergunakan dengan sebaiknya, ia hanya menerka saja bahwa segala keinginannya yang bisa dengan mudah terpenuhi karena ia memiliki sumpit ajaib. Hingga akhirnya sedikit demi sedikit Adit menyadari bahwa kebradaan benda ajaib tersebut cukup mempengaruhi apa yang ia pikirkan sehingga Adit bis alebih berhati-hati atas apa yang akan ia pikirkan.            “Hai sayang” sambil mengecup kening istri dan aka perempuannya secara bergantian.            Mereka bertiga sedang berada di ruang makan, telah terhidang beberapa jenis masakan lezat yang telah di masak sang istri tercinta. Oleh karena itulah, keluarga Hana hanya memiliki asisten yang biasanya tak menginap, kalaupun ada paling hanya untuk membersihkan rumah, urusan memasak biasanya mama Hana yang meng handle karena sedari sebelum menikah pun, mama Hana memiliki hobi memasak hingga ketika sudah menikah tidak bingung seperti beberapa orang yang justru baru belajar memasak ketika sudah menikah hingga terlihat canggung ketika memasak. Masakan mama Hana pun tak kalah enak dibandingkan dengan masakan rumah makan terkneal sekalipun. Hanya untuk urusan bersih-bersih mama Hana terkadang masih membutuhkan bantuan dari asisten rumah tangga sebab semakin besar rumah maka akan semakin melelahkan untuk membersihkan seisi rumah maupun sekeliling rumah. Memang rumah yang ditempati sekarang tak sebesar rumah sebelumnya, namun akan cukup melelahkan bila harus mengerjakan semuanya sendiri, maklum saja anak gadis satu-satunya yang merupakan anak emas di rumah ini enggan untuk ikut membantu sedikit meringankan pekerjaan mamanya sendiri.            Pak Suryo yang sudah diberitahu oleh sang istri bahwa anak tunggal mereka sedang ngambek gara-gara papanya lambat untuk menjemput. Oleh karena itulah, sang papa meminta maaf kepada putri kesayangannya dan akhirnya masalah yang tidak begitu besar itu pun menguap seiring canda tawa mereka ketika makan malam bersama.            “Nyak, makan malam kita kok keren bener yak” ujar Adhim ketika tersaji ayam goreng serta lalapan segar yang berasal dari kebun belakang rumah.            “Alhamdulillah bapak dapat rezeki waktu bantu-bantu Pak Suryo kemarin. Ehh, bapak di kasih uang lagi” ujar nyak yang terlihat riang sambil mengambilkan nasi untuk bapak. Tampak uap nasi yang menandakan nasi masih hangat dan tentu saja semakin sedap di santap dengan menu yang cukup mewah, ada ayam goreng, lalapan dan juga sambal yang bahannya sbeagian besar dari kebun belakang rumah.            Mereka berempat makan dengan lahap, menikmati suapan demi suapan rezeki yang begitu banyak Tuhan berikan pada umatNya, hingga tak ada alasan untuk tidak bersyukur dan membandingkan pencapaian yang telah diperoleh dengan pencapaian yang telah berhasil orang lain dapatkan. Hingga tak ada rasa iri, tak ada keinginan untuk kepo dengan kehidupan orang lain karena manusia telah memiliki takdir masing-masing, tinggal bagaimana menjalaninya dan menikmati semua proses yang ada di dunia fana ini. Begitupun dengan keluarga Adit, kesederhanaan yang dimiliki tak lantas membuat setiap anggota keluarga merasa terpinggirkan, wajar memang bila kadang terbersit ingin memiliki sesuatu yang orang lain miliki, merasa sedikit minder namun akhirnya dengan kesadaran bahwa apa yang sudah dimiliki berarti memanglah rezeki yang sudah di gariskan oleh Sang Maha Kuasa.            Usai makan malam dan juga menunaikan shalat isya berjamaah yang kemudian disusul dengan nyak dan bapak yang menonton televisi, Adit dan Adhim sednag menyiapkan buku pelajaran dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah atau sekadar membaca materi pelajaran esok hari.            “Pak Suryo dan keluarga baik bener, bapak aje nggak nyangka, dikasih uangs ebanyak itu pas bantu-bantu kemaren” ujar bapak kepada nyak yang asyok menatap layar televisi.            “Ya alhamdulillah pak, namanya orang kaya ya, uang segitu mah ngeluarinnya gampan. Lah kita mesti nyari berapa hari itu pak, hehe” canda nyak kepada bapak yang diiringi senda tawa mereka berdua. Tentu saja tiap lembar uang yang didapatkan bapak dari mengojek saja sudah sulit didapatkan apalagi lembaran uang merah yang cukup banyak dari hasil membersihkan rumah dan membantu Pak Suryo pindahan.                                                  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD