Hana jadi Siswi Populer?

1015 Words
           Adit yang tengah menyiapkan buku untuk hari esok kemudian celingak celinguk untuk memastikan keadaan sedikit jauh lebih aman untuk mengeluarkan benda ajaib yang berada di tempat yang memang hanya Adit yang tahu, bisa berabe urusannya kalau orang rumah yang menemukannya, hingga Adit menyembunyikannya karena seperti dari pesan yang kakek misterius itu berikan pada dirinya agar Adit bisa menyimpan sumpit ajaib itu dengan hati-hati agar tak ada yang menyalahgunakan. Tampak nyak dan bapak masih asyik menikmati tayangan televisi sedangkan Adhim ternyata sudah tertidur, mungkin efek kelelahan dan juga kekenyangan yang membuat Adhim lebih cepat tidur daripada sebelumnya.            Adit memegang sumpit yang ia ambil dari tempat persembunyiannya, setelah memastikan semuanya aman barulah Adit sambil membayangkan apa yang sekiranya ingin menjadi kenyataan. Sudah cukup lama rasanya, Adit tak meminta banyak hal, biasanya hanya satu dan bukanlah sesuatu hal yang besar seperti yang diidam-idamkan oleh orang yang mengetahui bahwa kegunaan sumpit ajaib ini sungguh luar biasa. Memang ada yang benar-benar mengincar sumpit ajaib milik Adit ini untuk dipergunakan dengan semena-mena agar apa saja yang diinginkan bisa diperoleh dengan cara instan tanpa harus berlelah-lelah bekerja. Kemudahan yang diberikan oleh sumpit ajaib inilah yang membuat ada segelintir orang yang memang mengetahui perihal keberadaan dan kegunaan sumpit ajaib yang bisa memudahkan siapapun yang kelak memilikinya. Selesai membayangkan apa yang diinginkannya, Adit pun beranjak untuk segera tidur, tubuhnya harus direhatkan dulu untuk menyongsong hari esok yang jauh lebih baik.            Hana mengecek ponselnya, terlihat teman-teman yang ia kira sahabat asyik berfoto di suatu kafe yang memang menjamur di daerah tempat tinggalnya dulu, Hana hanya melihat sekilas, karena kebetulan muncul di akun ** yang baru ia buka, selama pindah ke sini, Hana jadi lebih jarang menggunakan ponsel selain itu suasana tempat tinggalnya sekarang menyajikan banyak hal yang bisa Hana nikmati hingga ia tak begitu larut menggunakan ponselnya. Suasana yang lebih menenangkan, hingga dengan duduk di ayunan sambil memandang taman yang berukuran cukup besar atau nanti hanya sekadar duduk di teras menemani mama menikmati secangkir teh atau coklat panas.            Keesokan paginya, Hana berangkat sekolah dengan mengendarai mobil sendiri. Papa memperbolehkan Hana berangkat sekolah menggunakan mobil agar mood Hana bisa lebih baik karena biar bagaimanapun bukan keinginan Hana untuk ikut pindah ke sini, demi kelancaran bisnis sang papa hingga bisa berada di tempat ini, tempat yang cukup jauh dari keramaian. Jelas akan ada banyak perbedaan yang akan dialami oleh Hana, hingga bagaimanapun Hana harus di buat senyaman mungkin sebelum ia mengeluh tidak nyaman setelah di hari pertama ada kesalahan komunikais hingga Hana merajuk karena tidak dijemput oleh sang papa, jadilah hari ini Hana di biarkan mengendarai mobil sendiri ke sekolah, di tambah jarak yang tak begitu jauh hingga membuat mama dan papa Hana tak begitu khawatir, lagipula Hana juga sudah mahir mengendarai mobil.            “Wihh, anak baru bawa mobil tu Lis?” ujar Mira kepada Lisa. Anak tercantik yang di dapuk menjadi idola siswa laki-laki di sekolah ini. Tentu sjaa ia merasa tertandingi, setelah tahu ada murid baru yang setelah ia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Hana ternyata jauh lebih cantik di bandingkan dirinya sendiri. Standar kecantikan pun berubah, bayangkan saja yangs beelumnyya menganggap Lisa sebagai siswa tercantik dan terpoluer harus menyerahkan mahkota kebanggannya pada Hana.            “Ahh, biarin aja. Tetep aja kan aku yang terpopuler” ujar Lisa menggebu-gebu. Tampak Mira yang mengangguk terpaksa, walaupun seantero sekolah sekolah yang muridnya tak terlalu banyak ini seolah mendapuk Hana untuk menjadi siswa terpopuler. Mungkin hanya waktu yang akan menjelaskan bagaimana jejak Hana untuk menjadi siswi terpopuler tanpa harus ia bekerja keras untuk emndapatkan itu semua karena Hana seperti paket lengkap, tak hanya cantik, kaya dan juga pintar dalam bidang akademik.            Hana belajar dengan rjin, hari ke dua sekolah ini ia telah semakin banyak memiliki teman, memang Hana tidak memilih-milih teman sehingga teman-teman sekelas pun tak enggan untuk menyapa, di bayangan mereka anak orang kaya akan bersikap sombong namun nyatanya Hnaa tak bersikap seperti itu, Hana memang sedikit malas ketika di rumah, enggan membantu mama dan papanya namun ia adalah anak baik yang mudah bergaul dengan siapa saja tanpa terkecuali hingga jarang ia dimanfaatkan oleh teman sendiri namun Hana tidak menyadarinya. Sedikit banyak Hana merasa betah dengan lingkungannya sekarang, ketulusan begitu tampak dari sesame teman, lingkungan sekitar yang justru memberikan efek positif bagi Hana. Mulai merasa lega karena berada di iklim yang jauh lebih baik di bandingkan sebelumnya.            Beberapa kali Adit menatap Hana, menyadari bahwa gadis itu snagat menarik. Mungkinkah sesuatu yang ia inginkan di mana ia menginginkan sesuatu yang baru dalam kehidupannya, sebelumnya Adit tak penah merasakan akan rasa kagum yang seperti ini Adit menjadi salah tingkah ketika tanpa sadar Hana menoleh dan mereka berdua saling berpandangan. Adit langsung menatap ke depan karena kebetulan guru jam pelajaran selanjutnya sudah masuk, setelah jam istirahat beberapa saat yang lalu.            Maisng-masing menjadi salah tingkah, Adit yang seolah kedapatan sedang menatap Hana yang lagi dikerubungi oleh teman-teman baru kemudian Hana yang merasa salah tingkah ketika di tatap oleh Adit. Perasaan yang baru terjalin mungkin hanya sekadar kagum saja tanpa embel-embel yang lain, karena bagaimanapun mereka berdua masih baru saja saling kenal. Entah perasaan apa yang tiba-tiba muncul justru membuat Adit dan Hana seolah seperti sudah saling mengenal lama. Momen ketika pertama bertemu yang menimbulkan rasa berbeda bagi masing-masing pihak.             Semakin menguar informasi mengenai Hana yang tersebar sampai ke seantero sekolah, sehingga kehadiran Hana menimbulkan guncangan tersendiri di sekolah yang sebelumnya tak pernah di singgahi oleh siswa pindahan dari kota dengan segala kelebihan yang dimiliki.            “Dit, nggak bawa motor hari ini?” tanya Hana ketika mereka berdua jalan beriringan ketika jam pelajaran telah usai. Hari ini memang Adit di antar bapak, karena motor yang biasa bapak pakai untuk mengojek lagi rusak sehingga mau tak mau sementara harus menggunakan motor Adit terlebih dahulu. Adit merasa kasihan seklaigus merasa belum bisa banyak emmbantu, niatnya nanti kalau sudah bekerja, ia ingin membelikan bapak motor baru, ya walaupun motor bekas setidaknya lebih layak daripada motor yang digunakan sekarang. Motor yang usianya kurang lebih sama dengan umur Adit, sudah uzur dan juga memang layak untuk di ganti.            “Ia nih Han”.            “Bareng aku aja yuk, sekalian biar tau rumah kamu” ujar Hana.                                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD