Mungkinkah ada Hubungannya dengan Sumpit itu?

1083 Words
            “Ahh, gampang. Tinggal minta liburan atau beli diamond baru aja sama papa Hana. Masa anaknya aja yang dimanjain, istrinya nggak” harus di colek-colek dulu nih si papa biar peka kalau istrinya pun ingin dimanja-manja. Sudahlah tak di berikan kasih sayang secara batiniah lebih-lebih secara mumpuni lantas harusnya dimanjakan secara lahiriah agar tak cuma Hana yang mendapatkan semua kemudahan. Terkadang kasih sayang yang diberikan oleh papa Hana seakan tak adil, giliran untuk Hana semua diusahakan dengan baik. Mulailah mama Hana mendekati papa untuk merayu agar apa yang diinginkan bisa terwujud. Sepertinya tas baru oke juga nih, baru-baru ini ada postingan tas merk terkenal yang ia incar dengan model terbaru yang kebetulan ia lihat di postingan salah satu teman yang khusus menjual tas impor berharga fantastis.             Hana masih asyik memainkan mobil barunya yang teramat mewah untuk ukuran anak SMA. Mama Hana mencoba mendekati papa yang masih asyik berkutat dengan seabrek angka dan hitungan-hitungan yang sama sekali tak ingin ia ketahui. Malas. Urusan rumah tangga pun ia selesaikan dengan santai, karena pada dasarnya ia sama sekali tak mau heboh mengurusi seuatu. Malah bikin capke pikiran saja, kalau malas masak tinggal beli makanan jadi, malas nyuci ya tinggal bawa ke laundry. Ada satu asisten rumah tangga yang tidak menginap, jadi seminggu bisa dua sampai tiga kali datang ke rumah. Mobilitas keluarga yang terkadang sering pindah membuat mama Hana tak berani mempekerjaan asisten rumah tangga secara kontrak, begitupun dnegan rumah yang di tempati, biasanya mengontrak dalam jangka waktu tertentu. Sebenarnya ada rumah mereka yang mewah dan lebih besar daripada rumah yang ditempati sekarang, mungkin akan di tempati ketika papa Hana sudah tak berurusan dengan pekerjaan yang sekarang. Bila ada barang baru yang mesti di cari, dan barang tersebut berada tak jauh dari rumah biasanya papa Hana akan mencari sendiri bersama rekan yang lain namun bila tak memngkinkan mau tak mau Papa Hana memboyong smeua anggota keluarga untuk pindah selama beberapa lama tanpa tahu kapan akan pindah ke tempat semula. Capek, tentu saja. Harus membereskan banyak perkakas rumah dan t***k bengek yang lainnya.             “Pa, mama mau juga dong dibeliin sesuatu kayak Hana. Masa anaknya aja, mamanya yang cantik ini nggak dibeliin apa-apa?” rayu mama Hana.             “Mama mau apa sih?” jawab papa Hana smabil tetap mnegurusi pekerjaannya saat ini.             “Mau tas kremes baru pa, yang dijual sama Jeng Tita temen arisan mama, nggak mahal kok pa. Boleh ya” rayu mama sambil mengelus-elus pundak papa.             “Yaudah beli aja, nanti papa transfer ke rekening mama’ mama Hana riang bukan kepalang karena sebentar lagi koleksi tasnya akan bertambah, dan tentu teman-teman arisan akan iri melihat dirnya memakai tas mahal edisi terbaru.             “Makasih papa sayang” ucap mama Hana sambil memeluk suaminya yang sudah menemani dirinya belasan tahun yang lalu hingga sampai sekarang ini. Lelaki yang walaupun tak tampan, tapi bisa memenuhi apapun yang diinginkan oleh istrinya.             Adit sekeluarga sedang menikmati makan malam bersama, mereka duduk bersila sambil mengitari makanan yang telah selesai di masak oleh Nyak. Ada ikan goreng, sambal, tahu dan tempe serta lalapan yang sayurmya di ambil di kebun belakang. Ada lalapan terong, kacang panjang, cabe dan tomat pun yang tersaji dalam bentuk sambal adalah hasil dari kebun kecil yang lahannya tak seberapa luas namun lumayan membantu urusan dapur keluarga Adit.             “Wahh, enak bener nyak menu hari ini” ujar bapak sambil menyerahkan piring kepada nyak untuk diisikan nasi yang letaknya lebih dekat dari tempat nyak duduk sekarang.             “Oh ia dong pak. Masakan nyak mah juara” ujar Adhim yang kemudian diiringi tawa bahagia keluarga kecil mereka.             Adit senang melihat keadaan keluarga yang begitu akrab dan penuh rasa cinta. Kebahagiaan yang tak bisa dinilai dengan materi sekalipun. Tak bisa ia bayangkan bila dengan segala keterbatasan yang keluarga miliki, ada banyak cinta dan pelajaran yang bisa Adit ambil setiap harinya. Ocrhan dan celetukan yang terkadang bisa membangkitkan suasana, melepaskan Lelah setelah amsing-masing anggota keluarga sibuk berkutat dengan kesibukan maisng-masing. Bapak sebagai tukang ojek yang terkadang nyambi jadi tukang serabutan. Kalau da yang minta gali sumur, baikin genteng, ledeng air, semua bisa bapak kerjakan tanpa pernah mengeluh. Adit benar-benar kagum dengan karakter bapak yang tak mudah menyerah dengan keadaan, rajin bekerja dan juga berperan sebagai kepala keluarga yang benar-benar mengimami anak dan istri secara totalitas. Adit mengidolakan sosok bapak, dan berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi insan yang lebih baik lagi agar mampu mengangkat harkat dan derajat keluarga ini.             Nyak yang juga mesti bekerja keras membantu bapak dengan menjahit. Tak banyak memang namun cukup lah hitung-hitung ikut tambah-tambah uang belanja yang setiap hari bapak berikan untuk kebutuhan dapur dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Nyak yang memastikan seisi rumah bisa makan dnegan layak, tidur dengan nyenyak, yang bangun paling awal dan tidur paling akhir. Jadilah, Adit maklum kalau nyak terkadang marah dan cerewet kepada anak-anaknya tentu karena ia ingin anak-anak menjadi insan yang lebih baik, itu yang selalu nyak dan bapak Adit tanamkan kepada Adit dan juga Adhim.             Setelah makan bersama, dan telah masing-masing menunaikan shalat isya. Adit dan Adhim masuk ke dalam kamar. Nyak dan Bapak sempat heran karena jarang-jarang mereka berdua cepat masuk ke dalam kamar secepat ini. Biasanya nonton tivi bersama ataau mengobrol santai seputar keseharian di sekolah.             “Nyak, tumbenan anak-anak kita pada langsung ke kamar yak” tanya bapak heran.             “Ia ya pak, biasanya anak-anak pada asyik nonton. Kali aja lagi banyak tugas, makanya mereka pada buru-buru ke kamar” ujar nyak menambahkan.             Di dalam kamar, Adit dan Adhim sedang meng unboxing hape baru yang baru saja Adhim temukan di atas meja belajar sore tadi. Adit dan Adhim sangat bersemangat membuka kotak dan kelengkapan lainnyadi dalam kotak hape yang bergambar apel tergigit di bagian belakangnya tersebut.             “Bang, kereennn bener nih hape. Abang nemu di mana ni hape?”             “Emm, abang dikasih temen abang Dhim” jawab Adit sekenanya. Ia takt ahu harus memberikan alasan apa. Ia sendiri bingung setengah mati kenapa bisa ada hape terbaru di atas meja belajarnya. Padahal baru saja ia membayangkan kalau ia menginginkan hape yang memiliki kamera mumpuni agar lebih mudah dan kualaitasnya lebh mumpuni apabila digunakan untok mengabadikan berbagai kegiatan penting dalam bentuk foto. Astaga, Adit baru ingat. Mimpinya selama beberapa kali sempat mengatakan bahwa ia harus berhati-hati dnegan apa yang ia bayangkan karena akan menjadi kenyataan nantinya.             Mungkinkah semuanya nyata? batin Adit. Berusaha ia menepiskan kegelisahan atas kebetulan yang ia alami. Tunggu dulu, Adit mulai berusaha menyinkronkan semua kebetulan yang amat sangat menguntungkan dirinya itu dengan hadirnya sumpit unik yang baru saja ia miliki. Apakah ada hubungannya?                                     
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD