Hana si Anak Manja

1069 Words
            Adit benar-benar tak percaya awalnya, ia pikir ia sedang berhalusinasi tapi sayangnya tidak. Adhim memegang hape yang kalau ia sendiri beli tentu tidak akan mungkin karena harganya sangat mahal. Belasan juta harganya, dan bila uang sebanyak itu tentu akan sangat cukup digunakan selama berbulan-bulan guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.             “Wihhh, keren amat bang hapenya. Hape aipon kan ini bang” ujar Adhim sambil membalik-balikkan hape mahal yang sekarang ada di genggaman tangannya.             Lantas Adit harus memutar otak, alasan apa yang akan ia sampaikan ken yak dan bapak. Bagaiamana mungkin anak seumur Adit bisa beli hape belasan juta sedangkan ia sama sekali tak bekerja yang otomatis membuatnya tak memiliki penghasilan. Adhim masih asyik mengamuni hape mahal yang tiba-tiba tergelatak manja di atas meja belajar yang diapit oleh dua kasur berukuran kecil untuk Adit dan Adhim.             “Dhim, elu jangan cerita ken yak sama bapak dulu ya. Ini rahasia kita berdua. Mau kan lu, abang fotoin ama Bang Tora minggu nanti. Jadi jangan kelepasan cerita tentang ini ya” Adit memperingatkan Adhim agar merahasiakan hal ini. Bisa heboh ntar kalau ketahuan nyak dan bapak kalau ketahuan Adit punya barang mewah. Jadi panjang nanti urusannya.             Adhim mengangguk, tentu ia tak mau direpotkan untuk mengetahui hal ini lebih jauh. Meskipun sebenarnya Adhim penasaran juga, darimana sang abang mendapatkan barang mewah tersebut. Dipikir-pikir memang beberapa hari ke belakang, abangnya terlihat memang sedikit royal, namun Adhim tak begitu memikirkannya lagi karena ia memang sudah berjanji agar tak memberitahukan hal ini kepada nyak dan bapak.             Setidaknya untuk saat ini, Adit bisa sedikit bernapas lega karena Adhim mau menuruti permintaannya itu. Adit kemudian harus memikirkan bagaimana cara agar hape mahal ini tidak terendus keberadaannya oleh nyak dan bapak. Bisa gawat kalau mereka tahu dan justru berpikiran yang tidak-tidak perihal anak lelaki bujang yang tahu-tahu sudah bisa punya barang mahal, takutnya malah disangka jadi brondong simpanan tante-tante, kan nggak lucu, batin Adit dalam hati.             “Adit, Adhim buruan. Bapak sudah mau berangkat ke magriban noh” ujar nyak smabil menyibak tirai pintu yang kamar yang kebetulan tidak tertutup.             “Emmm, ehh ia nyak” ujar Adit terbata.             “Ia nyak, ntar lagi siap nih nyak” Adhim menengahi biar kegugupan abangnya tak begitu terlihat. Padahal di balik tangan Adit yang ia smapirkan ke belakang ada hape mahal yang jadi baha obrolan mereka berdua. Tak lama kemudian nyak berlalu dan kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Syukurlah, nyak sama sekali tak curiga dengan gelagat aneh yang Adit tampakkan tadi.             Adit dan Adhim kemudian berjalan bersisian. Menyusul bapak yang telah emnunggu di depan pintu. Berjalanlah mereka berdua menuju musholla terdekat.             “Hana, coba kamu ke depan. Ada dompet papa kayaknya yang ketinggalan di mobil. Tolong ambilkan ya. Papa lagi sibuk” ujar Pak Suryo kepada anak tunggal kesayangannya itu. Pak Suryo sedang mencatat beberapa barang antik yang berhasil ia jual baru-baru ini.             Sedikit terpaksa, Hnaa menuruti permintaan papanya tersebut walaupun sebenarnya ia tengah pewe memainkan hape yang sekarang ada di genggaman tangannya yang kebetulan ia tengah asyik melihat media sosial para artis yang memaerkan barang-barang mewah milik mereka. Tentu itu penting bagi Han, karena kiblat rule model nya adalah beberapa artis luar negeri yang di mix dengan beberapa artis dalam negeri yang cara berdandannya diikuti oleh Hana. Hana tentu tak ingin pamornya sebagai anak orang kaya nan modis digeser oleh siswa lain di sekolahnya yang bernama Jeni. Huhh, menyebut namanya saja Hana sudah kesal bukan main apalagi kalau sampai pamornya turun dan digantikan oleh gadis sok cantik itu.             Di parkiran mobil, matanya tertuju pada sebuah mobil baru yang dilihat-lihat sama persis seperti mobil yang ia inginkan dan ia tunjukkan pada papanya beberapa hari yang lalu. Ya, Hana akan pindah sekolah lagi karena tuntutan pekerjaan papa yang mengharuskan ia harus bisa beradaptasi dengan mobilitas yang amat sangat dinamis. Harus merasakan beberapa kali pindah sekolah karenanya. Mau tak mau Hana harus ikut, tapi setiap kali ia menolak untuk pindah, papa akan memberikan apapun yang Hana inginkan. Terakhir Hana ingin hape terbaru kala itu dan kemudian kali ini Hana ingin mobil keluaran terbaru dengan wara putih nan mewah yang cocok untuk digunakannya ke sekolah.             “Papaaaa, itu mobil buat Hana kan. Seriusan nih pa?” tanya Hana antusias sambil memeluk papa yang masih asyik berkutat dengan laporan dan hitungan penjualan barang antik. Mama Hana terlihat sedang duduk menemani papa sambil menuangkan segelas teh hangat ke dalam cangkir yang memiliki ukiran khas cina.             “Lohh, yang minta mobil siapa memangnya? Ya buat anak papa tersayang lah. Buat siapa lagi coba?” ujar Pak Suryo sambil membalas pelukan sang anak tercinta. Hana amat sangat senang karena apa yang ia pinta telah dikabulkan oleh papa. Mama ikut gembira melihat anak perempuannya bahagia. Papa Hana memiliki kulit yang cenderung gelap berbanding terbalik dnegan mama yang memiliki kulit putih bersih, namun tunglah kecantikan Hana terpancar dari kecantikan mama sehingga Hana dinobatkan sebagai siswi tercantik sekaligus sebagai siswa terkaya di sekolah. Siapa yang tak kenal Pak Suryo, di kota ini ia terkenal sebagai donator di beberapa panti asuhan, juga beberapa sekolah yang dbantu dari segi pembiayaannya hingga menjadi sponsor acara besar sehingga keberadaan Hana di sekolah menjadi cukup istimewa karena hal tersebut.             “Nih kuncinya, Hana mau cobain mobil baru kan? Ma, temenin Hana sana” perintah papa Hana sambil memberikan  sebuah kunci mobil baru untuk Hana.             “Yeyy asyikk, makasih papa sayang” ujar Hana sambil menciumi pipi papanya bertubi-tubi.             Hana dan mama menuju ke garasi mobil dan Hana mulai memanaskan mesin mobil baru. Hana bahagia bukan kepalang, mama sendiri memperhatikan Hana dari teras rumah. Ia tentu sennag melihat anak gadisnya bahagia. Walaupun ia terkadang tak setuju dengan kelakuan papa Hana yang begitu mudah memanjakan anak. Terkadang selisih paham bagaimana pola mendidik anak terjadi antara mereka berdua, papa Hana yangs elalu memanjakan anak dan selalu menuruti kemauan putrinya tersebut berbanding terbalik dengan amma Hana yang cenderung ingin Hana menjadi anak yang bertanggung jawab, tidak harus selalu cara kasih sayang ke anak dnegan cara memanjakannya.             “Ma, keren nggak mobil baru Hana?” tanya Hana yang masih asyik memainkan setir mobil dan mengecek fitur kelengkapan yang ada di dalam mobil barunya. Mobil ratusan juta yang tentu bukan hal sulit bagi papa Hana untuk mendapatkannya. Mama mengangguk, tak menampik bahwa mobil Hana bagus sekali, apakah aku harus minta mobil baru juga ya? batin mama Hana. Sepertinya sudah lama, ia tak membeli barang mewah. Masa anaknya saja yang di belikan, istri juga harus dimanjakan juga dong, pikir Mama Hana.                                                               
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD