Mimpi Hana

2439 Words
            “Jadi beneran pindah nih pa” Hana berharap bila ia salah dengar dan kepindahan ini bisa di tunda.             “Ya jadi lah sayang, papa sudah siapin semuany. Jadi mama dan Hana cukup bantu beres-beres barang yang mau di bawa ke rumah baru kita.             “Hana mengangguk, mama pun tampak tak banyak bicara. Ia lebih memilih diam saja karena yang papa utarakan amat sangat jelas. Tak perlu di snaggah, dan di beri saran ataupun yang lainnya karena sudah sangat jelas apa yang papa Hana maksudkan. Setengah hati mama dan juga Hana memakan makanan lezat yang ada di hadapan meereka sat aini. Apapun yang dikatakan oleh Papa Hana adalah sebuah keharusan yang wajib di jalankan.             Usai menikmati sajian lezat nan mahal berupa makanan dan minuman berharga fantastis yang juga ditemani lantunan nada-nada melankolis yang dimainkan oleh pianis di tengah ruangan restoran ini. Restoran kelas atas yang harga makanan dan minumannya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bahkan Papa Hana memiliki member card di restoran ini hingga pelayanan luar biasa akan ia terima ketika berkunjung ke tempat mewah ini.             Usai makan malam, Pak Suryo mengajak anak dan istrinya untuk belanja apapun yang mereka mau karena Tentu dengans ennag hati, Hana dan juga mama berbelanja apapun yang mereka inginkan. Beberapa kali masuk ke gerai merk luar negeri dan keluar dnegan tentengan yang cukup banyak, beli tas, sepatu, baju dan barang-barang lain di luar barang kebutuhan rumah tangga. Senang tentu saja, kedua perempuan kesayangan Pak Suryo itu sanagt di manjakan, apa yang mereka inginkan pasti di kabulkan, membuat karakter Hana menjadi anak yang manja walaupun sebenarnya pola asuh mama dan papa Hana berbeda, namun karena Hana lebih dekat dengan sang papa sehingga membuat Hana lebih dominan mengikuti kelakuan papa.             Cukup lama kedua perempuan cantik itu berbelanja hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir pukul setengah malam, jam operasional tempat perbelanjaan yang di datangi pun akan tutup. Lelah berbelanja, mereka pun pulang ke rumah. Mama dan Hana sepanjang perjalanan bercerita bagaimana serunya mereka berbelanja tadi, jikalau tak terhalang waktu yang sudah semakin larut, tentu mereka berdua akan menghabsikan waktu lebih banyak dengan berbelanja barang yang akan jauh lebih banyak daripada yang dibeli saat ini. Pak Suryo sama sekali tak pernah mempersoalkan bagaiamna istri dan anaknya menghabsikan uang, toh ia bekerja juga demi dua wanita kesyangannya itu. Sayang, kedua orang tua Pak Suryo tak sempat mencicipi sedikit kemewahan yang telah ia dapatkan karena mereka berdua telah meninggal sejak Pak Suryo masih berumur belasan tahun hingga ketika menikah pun, hanya Paman dari pihak ayah yang menjadi wali nikah karena sudah menjadi yatim piatu sejak umurnya masih muda. Tak apa, toh sekarang bergelimangnya harta akan ia bahagiakan istri dan anak semata wayang yang turut ambil bagian atas kesuksesannya sekarang. Bagaimana sang istri yang telah mendukung semua Langkah Pak Suryo untuk memulai bisnis barang antik, dulu ia dipandang sebelah mata namun sekarang kawan yang dulu tak pernah menyapa saja tiba-tiba menjadi dekat, lebih tepatnya pura-pura dekat. Ia tahu benar bagaimana membedakan orang yang tulus dan yang memang ada maunya untuk mendapatkan sesuatu. Banyak keluarga jauh yang tiba-tiba mendekat, hal yang lumrah memang bila terjadi hal yang seperti itu. Ketika kita miskin, jangankan orang lain, keluarga dekat saja rasanya enggan untuk kenal dengan si miskin. Berbeda jauh bila kita menjadi sosok orang yang berpunya tentu siapapun akan berusaha mendekat dengan ataupun tanpa ada alasan yang berarti.             Sesampainya di rumah, Hana dan mama meletakkan barang belanjaan di sofa ruang tengah kemudian membuka satu per satu barang belanjaan yang ternyata cukup banyak. Pak Suryo hanya bisa menggelengkan kepala melihat dua perempuan terkasihnya begitu antusias membuka barang belanjaan yang terbungkus paper bag dalam berbagai jenis merk. Ia kemudian berlalu menuju ke kamar karena kewajibannya membahagiakan istri dan anak sudah tuntas malam ini. Tinggal memikirkan bagaimana langkah selanjutnya agar bisa mendapatkan sumpit ajaib yang telah ia dapatkan di mana benda itu bisa di dapatkan. Tampaknya mama dan Hana mmasih asyik memeriksa belanjaan dan terkadang terdengar celotehan mereka berdua yang entah membicarakan apa, maklumlah laki-laki tidak paham denga napa yang dibicarakan oleh kaum wanita. Laki-laki lebih seka beraktifitas di luar rumah, mencari nafkah dan menghasilkan uang untuk anak dan istri agar tetap bisa makan dengan layak, berpenampilan yang glamor, perawatan kulit yang mumpuni hingga penampilan istri dan anaknya terlihat tampil paripurna dengan segala t***k bengek pelengkap yang cukup banyak dan mungkin tak terhitung itu.             “Loh, nyak belom tidur?” tanya Adit ketika mendapati nyak masih berada di ruang tengah sambil menyiangi sayur untuk di masak esok hari.             “Bentar lagi, nih nyak masih nyiangin sayur” ujar nyak.             “Oh ia nyak. Adit ke kamar dulu ya nyak” Adit baru saja dari kamar mandi, dan kemudian bergegas menunaikan hajat.             “Oh ia Dit. Nyak mau nanya sesuatu?” tanya Nyak. Adit tampak memutar badannya yang awalnya hendak pergi ke kamar.             Nyak kemudian menanyakan apa yang ia lihat tadi pagi di atas meja kamar Adit, sebuah paper bag yang terlihat di antara tumpukan buku dan peralatan sekolah Adit juga Adhim.             “Oh itu, punya temen Adit nyak. Pas Adit ada tugas sekolah, karena bawaan banyak jadinya beberapa buku Adit masukin ke dalam tas itu. Bukan punyaan Adit itu mah” ujar Adit smabil sedikit terkekeh. Bisa berabe kalau sampai nyak tahu kalau Adit punya hape mahal dengan cara apa ia bisa mendapatkan uang untuk membeli hape baru nan mahal yang kisaran harganya bisa puluhan juta. Tak terbayangkan kalau rahasia yang disembunyikan Adit sampai ketahuan oleh nyak. Untung saja nyak percaya dan tak banyak bertanya seputar paper bag yang telah nyak tanyakan tadi, setelah di rasa tak ada yang ingin dibicarakan oleh nyak lagi.              Di dalam kamar, Adit memasukkan paper bag ke dalam tas sekolah, Besok akan ia buang ke bak sampah saja agar tidak mencurigakan bila masih ada di rumah. Untunglah tadi nyak tidak banyak bertanya dan mudah percaya atas apa yang Adit ucapkan. Tak terbayang bila nyak bersikeras dan keras kepala meminta kejelasan dan bahkan mungkin curiga dengan penuturan yang Adit ucapkan hingga membuat nyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan lanjuta. Namun untungnya smeuanya bisa dikondisikan sehingga Adit bisa sedikit merasa aman karena nyak yang tak sampai berulang kali bertanya pada dirinya. Kemudian Adit tidur, karena besok harus berangkat sekolah seperti biasa.             Keeskokan Paginya, seperti biasa rutinitas Adit dan Adhim serta nyak dan bapak adalah shalat subuh, kemudian lanjut bersiap untuk kesibukan masing-masing. Bapak yang pergi mengojek serta Adit dan Adhim yang akan berangkat ke sekolah sebentar lagi. Sempat Adit melihat bapak memberikan dua lembar uang dua puluh ribu untuk belanja nyak hari ini. Satu hal yang selalu membuat Adit kagum dengan nyak adalah, sedikit banyak uang yang bapak beri, tapi nyak sellalu bersyukur dan menerima uang pemberian bapak dengan sumringah. Nyak pernah mengatakan bahwa sebagai seorang istri harus menghormati dan mengharagai suami dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Adit berharap bila ia sudah dewasa nanti akan emnemukan sosok pendamping seperti nyak yang bisa menerima kurang dan lebihnya pasangan, bisa menghargai pasangan dan juga pandai bersyukur dengan apapun yang telah di berikan. Nyak tak pernah mengeluh, justru dengan kekurangan yang ada membuat nyak menjadi sosok yang lebih kreatif dan tak segan membantu bapak agar bisa sedikit membantu keuangan keluarga. Bapak dan nyak adalah sosok luar biasa yang tak hanya memberikan banyak pengajaran untuk Adit dan Adhim namun juga mempraktikkannya dalam kehidupan.             “Alhamdulillah, makasih pak. Lumayan banyak ya pak dapet penumpangnya kemarin?” tanya nyak sambil menerima uang yang bapak berikan dan memasukkannya ke dalam dompet khusus dari dompet bekas belie mas dulunya. Padahal nyak tipikal orang yang tak suka pakai emas, nyak punya cincin dan gelang, khusus gelang hanya di pakai ketika ada acara-acara tertentu saja. Sedangkan cincin pernikahan selalu nyak pakai dan selalu melingkar di jari manis nyak.             Pendapatan bapak yang tak menentu membuat bapak dan nyak mesti berhemat dengan mengatur uang belanja agar cukup dan masih ada untuk di tabung nantinya. Itulahs ebab yang membuat nyak dan bapak memanfaatkan sedikit tanah di pekarangan belakang rumah untuk dijadikan sebagai apotek hidup, tak hanya rimpang-rimpangan yang di tanam namun juga ada beberapa jenis sayur, bumbu dapur dan buah. Lumayan amat sangat membantu, ketika harga cabai mahal, maka saat itulah pohon cabai yang ada beberapa pohon berbuah dan bisa dimanfaatkan sebagai penambah cita rasa pedas dalam masakan yang memang di sukai oleh smeua anggota keluarga di rumah ini. Tak begitu pedas memang, namun ada sedikit rasa pedas dalam masakan membuat nafsu makan menjadi meningkat. Setelah itu, bapak pergi mengojek, sempat terlintas sedikit bahwa nyak ingin dibawakan sesuatu kalau bapak punya rezeki lebih. Ya, Adit mendnegarnya, pelan namun bisa Adit dengar dengan jelas. Hanya permintaan sederhana bukan permintaan yang mahal namun mungkin karena penghasilan tak menentu membuat bapak jarang membelikan buah tangan untuk kami bertiga ketika pulang ngojek.             “Nyak, Adit sama Adhim berangkat ke sekolah dulu ya” ujar Adit. Pagi ini ia sudah memikirkan apa yang akan ia bawa pulang nanti untuk di berikan kepada nyak. Terlebih uang sakunya masih cukup banyak. Adit menympannya dnegan baik di tempat yang sulit untuk di temukan, sumpit ajaib selalu ia bawa kemanapun sehingga Adit tak perlu cemas nyak akan menemukan sesuatu yang menurut nyak aneh. Sumpit, siapa yang akan memakai sumpit di rumah, sedangkan kami sekeluarga saja jarang makan menggunakan sendok terkecuali menu makana yang berkuah macam soto, rawon, bakso barulah menggunakan sendok. Sedangkan bila menu makanan yang biasa nyak masak macam lalapan, tmisan, kami biasa makan menggunakan tangan saja. Lebih nikmat terasa ketika makan dengan menggunakan tangan.             Hana memulai hari dengan perasaan yang entahlah sulit untuk di jabarkan. Antara rasa sedih karena akan pindah ataukah harus merasa senang karena tidak akan bertemu dengan geng anak-anak menyebalkan yang merasa iri atas ketenaran yang di dapatkan oleh Hana. Segelintir para siswi yang merasa tertandangi dengan kecantikan, kekayaan dan semua yang diinginkan oleh anak perempuan lainnya. Sedangkan para siswa laki-laki, Sebagian ada juga yang tak menyukainya, karena HANA menolak denga terang-terangan permintaan cinta lelaki sumuran Hana itu. Entah tak speerti gadis SMA kebayakan, Hana tak mau buang-buang waktu menjalin hubungan dengan laki-laki kekanakan yang hanya ingin senang-senang. Sudah banyak contoh dari teman-temannya yang kalau lagi marahan dnegan kekasih malah bolos, nangis seharian sampai mata bengkak, atau saking keasyikan pacaran malah ada yang rela negbayarin semua keinginan sang pacar. No, gue nggak mau jadi bucin, batin Hana. Terlalu membuang-buang waktu bila ia meladeni urusan percintaan dengan lelaki yang jelas-jelas belum dewasa dan hanya mementingkan ego semata. Hana berpikir buat apa menjalin cinta bila hanya akan menimbulkan rasa sakit hati, kecewa dan juga kebimbangan ketika menjalin cinta. Sudah banyak contoh sehingga ia tak ingin menjadi salah satu orang yang akan terjebak cinta di usia remaja yang justru malah membuat rugi diri sendiri karena waktu yang terbuang percuma.             “Han, lu beneran mau pindah” bisik Melati ketika jam pelajaran telah usai dan para siswa berhamburan untuk segera pulang ke rumah.             “Ia kayaknya, lu nanyain itu mulu. Malah bikin gue kepikiran” cibir Hana sambil duduk di bangku taman yang dekat dengan parkiran.             “Gue bakalan kangen banget nanti sama lu, jangan pindah dong. Kita kan dah lama barengan” ujar Melati dengan wajah sedihnya. Ya, Melati dan Hana memang dekat. Biasanya mereka berdua selalu bersama-sama. Melati adalah salah satu teman sekolah yang kadang main ke rumah Hana, jalan-jalan berdua dengan Hana layaknya sebagai teman akrab yang selalu berkegiatan bersama-sama. Tentu ia akan merasa kehilangan ketika Hana memutuskan untuk pindah rumah dan juga pindah sekolah.             Hana memandang deretan kendaraan ssiwa dan beberapa guru yang masih terparkir di parkiran sekolah yang sebentar lagi akan menjadi salah satu tempat yang pasti akandirindukan oleh Hana. Kantin sekolah, pepohonan rindang yang biasanya menjadi tempat bersantai Hana dan teman-teman ketika jam istirahat tiba, juga teman-teman yang pasti akan ia rindukan. Entah bagaimana sekolahnya nanti karena Hana masih merasa setengah hati untuk pindah ke sudut kota yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti. Hana dan Melati berbincang sejenak, melepas rasa rindu karena sebentar lagi momen ini akan menjadi momen yang sangat dirindukan.             Padahal bukan hal yang baru bagi Hana, sejak dulu beberapa kali Hana harus ikut pindah kemanapun papa inginkan yang baisanya tentu berhubungan dengan pekerjaan papa yang memang mengharuskan untuk menjelajah daerah satu dengan daerah yang lain demi tuntutan pekerjaan. Hana dan mama pun bisa mengerti kala itu, namun sekarang Hnaa merasa kalau papa terkadang bersikap egois karena kami berdua harus selalu menuruti apapun kemauan papa. sebenarnya papa memang bukan sosok yang muluk-muluk, tapi sekali papa mengatakan A maka harus A yang kami kerjakan. Begitulah sifat papa yang sedikit banyak juga menurun pada Hana, sehingga mama Hana hanya bisa mengelus d**a ketika dua orang terkasih yang memiliki perangai yang kurang lebih sama walaupun secara lahiriah Hana memang lebih mirip dengan dirinya sebagai seorang ibu.             Hana kemudian pulang ke rumah, sepanjang perjalanan ia masih memikirkan bagaimana ekhidupannya di tempat yang baru. Memang seharusnya ia tak perlu memikirkan hal itu, namun sebagai manusia biasa, ia pun memiliki rasa kecewa bila memang tak sesuai dengan kehendaknya. Andai saja Hnaa bisa memilih tentu ia ingin menjadi anak dari kalangan biasa yang bisa tetap tinggal tanpa harus berpindah-pindah tempat seperti ini. Akan sangat melelahkan bila membiarkan kebiasaan ini berjalan terus tanpa tahu kapan akan berakhir. Ia melajukan mobil barunya dnegan kecepatan sedang, hingga tak lama kemudian mobil pun sudah terparkir rapi di garasi mobil.             Hana kemudian masuk ke dalam rumah, melihat mama sedang mengepak beberapa barang kesayangan. Hana tahu bahwa mama pasti sedang mencicil barang bawaan yang akan di bawa ke rumah baru mereka nanti.             “Mama ngapain? Kok sibuk banget?” tanya Hana.             “Nyicil ngepakin barang-barang sayang. Kamu nggak mulai nyicil ngepakin barang juga” tanya mama kepada Hana             “Nanti aja ma, Hana capek” ujar Hana sambil berlalu menuju ke kamarnya. Rasanya ia ingin segera tidur, terlelap dan kemudian terbangun dengan suasana baru yang mungkin akan jauh berbeda dari yang terjaid sekarang. Mungkin saja nanti ketika terbangun, Hana mendapati papa yang berubah pikiran hingga kepindahan ini tidak akan terjadi. Hana lantas merebahkan badannya ke atas kasur empuk tanpa melepas seragam yang sedari pagi telah ia pakai. Biarlah sekalian mandi saja nanti ganti bajunya. Tak lama kemudian, Hana pun tertidur. Ia bermimpi, dalam mimpinya ia bertemu dengan seorang anak laki-laki yan akan mengubah hidupnya kelak. Seorang lelaki yang akan menimbulkan suatu perubahan pada dirinya, seseorang yang akan bisa menjaga dan membuat dirinya menjadi lebih baik. Entah siapa sosok lelaki yang ia mimpikan itu, wajahnya tak tampak jelas, namun sepertinya ada penanda khusus yang bisa membuat Hana menakluan kekerasan hati papa.             Adit sudah sampai rumah, ia membawakan sesuatu untuk nyak. Cuaca hari ini cukup panas, beberapa hari ke belakang pun sama. Cuaca yang panas memang sangatlah cocok untuk menikmati yang segar-segar.             “Assalamualaikum nyak, Adit pulang”             “Waalaikum salam” ujar nyak yang sedang asyik menonton acara televisi.                                                                                                                                   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD