Kepindahan yang Dimajukan

1073 Words
            Adit kemudian mandi, lalu dengan sedikit terburu-buru ia menunaikan shalat ashar. Tenang rasanya kalau sudah melaksanakan shalat, semua kegundahan tiba-tiba lenyap, semua masalah menguap begitu sjaa. Lalu, ia membantu nyak untuk menyiapkan makan malam. Membantu sekadarnya saja karena nyak terkadang lebih suka mengerjakan sendiri, namun terkadang kalau membutuhkan bantuan nyak sesekali menyuruh Adit atau Adhim untuk membantu.             “Assalamuaaikum” terdengar ucapan salam dari luar rumah, rupanya bapak baru pulang.             Bapak langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sebentar lagi wktu adzan magrib memang akan segera tiba. Adhim pun sudah bersiap, Adit hanya tinggal berganti baju saja. Selama di dapur, ia menggunakan kaus saja sedangkan bila pergi ke musholla ia menggunakan baju koko supaya terlihat lebih rapi.             Ketika adzan magrib berkumandang, ketiga lelaki tampan yang tinggal di rumah ini, berjalan menuju ke musholla secara beriringan.Di daerah tempat Adit tinggal, suasana beribadah dan beragama antar penduduk aagama lain sangatlah terjaga, kerukunan antar umat beragama pun berlangsung secara baik. Kampung tempat Adit tinggal walaupun tak didominasi rumah-rumah ebrukuran besar namun dengan penuh kesederhanaan membuat kehidupan antar bermasyrakat terjalin dengan kompak dan penuh rasa kekeluargaan. Bila ada tetangga yang tertimpa musibah, maka tak berpangku tangan para tetangga dan masyarakat sekitar. Itulah hal yang membuat Adit beserta keluarga bersyukur tinggal di daerah rumah tinggal mereka yang telah cukup lama orang tua Adit tinggali, pertama kali pindah ke rumah ini ketika Adit masih berumur lima tahun dan Adit sekarang sudah berumur hampir tujuh belas tahun.             Nyak telah selesai menata makanan di ruang tengah tempat mereka biasa makan bersama, tidak biasanya suami dan kedua anak lelakinya itu belum kembali ke rumah. Biasanya kalau telat pulang begini, ada pembacaan doa bersama untuk mendoakan seseorang yang telah meninggal atau ketika ada hajat yang terkabul. Biasanya ada penganan yang disediakan di masjid, Bisa berupa nasi kotak, atau kue-kue kecil yang dihidangkan.             “Assalamualaikum” terdengar ucapan salam dari ketiga lelaki kesayangan nyak.             “Waalaikum salam, kok baru pulang pak” tanya nyak ketika melihat bapak, Adit dan juga Adhim duduk mengitari menu masakan lezat yang nyak buat.             “Ada acara tadi nyak, nih bapak sama anak-anak bawain kue-kue sama nasi kotak. Lumayan bisa di makan malam ini dan sebagian buat sarapan pagi besok” ujar bapak sambil menyerahkan beberapa kotak kue dan kotak nasi, sebab ada tiga orang yaitu bapak, Adit dan Adhim maka masing-masing mendapatkan dua kotak yang berisi satu kotak kue dan satu kotak nasi per orang.             “Alhamdulillah, sebentar ya. Nyak sisihkan dulu, lauk, nasi dan kue-kue mana yang akan di makan malam ini” ujar nyak Nyak pun pergi ke dapur, ucapan syukur tak henti ia ucapkan ketika melihat isi kotakan nasi yang berisi potongan daging yang di masak bumbu lada hitam. Memisahkan lauk daging untuk menu sarapan atau makan siang besok, sedangkan kue basah akan di makan mala mini karena besok biasanya akan berubah rasa, kue yang berupa goreng-gorengan atau yang di panggang bisa di masukkan kulkas seperti onde-onde, kue sus, dan juga pie.             Di ruang tengah telah tersaji lalapan sayur beserta sambal tomat yang hampir smeua bahan-bahan masakannya di ambil di belakang pekarangan rumah, terkecuali ikan dan tempe goreng. Nyak membawa sepiring kue yang akan di makan sebagai camilan setelah makan malam, sedagkan isi nasi kotak tadi akan di sajikan esok hari saja karena menu makan malami ni sudah cukup tak perlu di tambah lagi. Akan mubazir bila ada kelebihan amkanan yang tidak habis dan justru malah terbuang, karena itulah nyak memasak dua sampai tiga kali sehari agak masakan yang di masak pas untuk di makan, jarang berlebih sehingga tidak ada makanan yang terbuang percuma.             Hana pun sedang makan malam, bedanya hari ini mereka bertiga makan malam di sebuah restoran mewah yang memang menjadi langganan keluarga Hana. Tampak papa, mama dan juga Hana tampil dengan penampilan yang benar-benar menunjukkan kasta sosial yang tinggi. Lagipula tempat mereka yang kunjungi sekarang adalah tempat berkelas yang hanya kalangan atas yang bisa datang karena harga makanan yang fantastis. Roman-romannya ada yang ingin papa sampaikan hingga mengajak Hana dan juga mama untuk makan malam mewah. Memang terkadang ketika ada momen khusus atas perayaan sesuatu atau ada hal spesial barulah papa mengajak kami ke tempat ini.  Dari sinilah Hana bisa menarik kesimpulan, mungkin makan malam kali ini ada hubungannya dengan kepindahan mereka sekeluraga ke sebuah sudut kota yang mungkin lebih tepatnya di sebut sebuah perkampungan di sudut kota yang masih tampak asri dengan banyaknya pepohonan yang mengelilingi. Kelihatan adem memang ketika Hana sepintas mengecek sekolah yang kata papa akan menjadi sekolahnya tempat untuk menuntut ilu dalam hitungan yang hanya beberapa bulan.             Makanan mahal telah tersaji di atas meja makan yang berbentuk bulat dnegan taplak meja putih nan elegan. Di atasnya terdapat tempat tissue dan juga vas bunga kecil yang makin mempercantik kondisi meja tempat di tata beberapa jenis makanan dan minuman yang terlihat sangat lezat.             “Pa, kok tumben ngajak kami makan malam di sini” tanya mama membuka percakapan. Padahal mungkin mama tahu sama seperti Hana bahwa suaminya itu akan membahas perihal kepindahan mereka mala mini.             “Ada yang mau papa omongin” sambil memotong steak daging sapi yang berharga fantastis. Kemudian menyuap potongan daging sapi itu ke dalam mulut dan mengunyahnya.             Hana dan mama mendengarkan dengan saksama, ketika papa Hana menjelaskan dengan saksama perihal apa yang membuat papa membawa ke dua perempuan cantiknya it uke restoran mahal. Tak mungkin mengajak kedua wanita kesayangannya itu bila tidak ada momen spesial yang ingin di rayakan.             “Sebentar lagi kita akan pindah, papa harap mama dan Hana bisa bersiap-siap. Awalnya Papa berniat awal bulan depan untuk, namun karena ada sesuatu yang urgent, sepertinya akan dimajukan saja menjadi akhir bulan ini. Mama dan Hana masih punya waktu sekitar dua minggu untuk bersiap-siap. Semuanya papa yang urus. Tempat tinggal selama di sana, sekolah Hana dan lain-lain. Mama dan Hana bantu beberes saja ya” ujar papa.             Hana dan mama mendengarkan saja, ingin memotong bahkan sekadar bertanya saja rasanya tak mampu karena apa yang diucapkan kepala keluarga di rumah itu seakan telah menyampaikan titahnya. Titah yang tak mungkin untuk di langgra, lebih tepatnya sebuah perintah yang amat harus di taati, di jalankan dengan sepenuh hati. Rasa makanan yang lezat seakan menjadi pahit dan sulit di telan, Hana merasa sangat sedih ketika memang harus benar-benar pindah lagi ke tempat yang baru. Membangun kembali pertemanan, lingkungan rumah baru yang harus membuat ia beradaptasi lagi dan lagi. Sedari dulu, Hana merasa amat iri dnegan keluarga yang hanya menetap di satu tempat tanpa harus nomaden seperti dirinya dan keluarga.                                                                                                                   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD