Gamis Baru Nyak

1353 Words
Bapak kemudian menutup telepon dan mengatakan pada Adit dan juga Adhim bahwa Nyak akan pulang terlambat karena orang tua Hana alias Pak Suryo beserta istri sedang ada keperluan ke kota. Mereka berangkat siang tadi hingga kemungkinan mungkin malam baru sampai. Bapak sendiri pun tak cemas kalau sudah tahu kabar Nyak, Adit dan Adhim pun masing-masing berbagi tugas agar Nyak ketika pulang nanti sudah tak lagi mengerjakan sisa pekerjaan rumah yang mereka tinggalkan sebelumnya. “Ayo Dhim, kita bersihkan rumah. Kasian Nyak, kalo pulang ke rumah tapi masih ada kerjaan” ujar Adit. Ketiga lelaki tersebut pun saling membahu mengerjakan pekerjaan yang masih tersisa walaupun dari pagi, bahkan siang karena Adit tadi kesiangan bangun pun ia membantu pekerjaan rumah yang sekiranya bisa ia kerjakan. Padahal sudah tahu Nyak bekerja di rumah kediaman Hana, namun ada kalanya Adhim bahkan bapak keceplosan mencari Nyak. Maklumlah biasanya Nyak ada saja di rumah dan jarang berkgiatan di luar sehingga mudah di temui. Terlihat bapak sedang memasak nasi, sisa nasi yang ada tak cukup bila di mkan untuk berempat nanti toh walaupun tak habis sekalipun bisa di masukkan ke dalam kulkas untuk di makan esok hari setelah dipanasi terlebih dahulu. Adit dan Adhim punmenyelesaikan apa yang bisa di selesaikan, seperti beberapa piring ataupun gelas kotor yang belum sempat dibersihkan. “Bik, maaf ya. Kami jadi bikin bibik lambat pulang” ujar istri Pak Suryo yang baru saja masuk ke dalam rumah. Sang suami masih memarkirkan mobil. Tampak beberapa tentengan yang berisi barang belanjaan yang di bawa pulang. “Bawa apa ma?” tanya Hana ketika melihat snag mama baru saja pulang. Setiap anak pasti akan selalu sumringah ketika orang tuanya baru pulang belanja ataupun sedang keluar karena biasanya akan ada saja yang mungkin akan di bawa pulang. “Mama belikan makanan kesukaanmu Han, mumpung ke kota jadi ada banyak yang mama beli nih” ujar sang mama. Tampak beberapa kemasan merk terkenal yang mama beli, maklumlah selama tinggal di sini, kebiasaan belanja mama Hana tertahan. Untuk pengiriman ke sini pun cukup jauh dan belum tentu menjamin barang yang sampai akan baik-baik saja tanpa ada lecet sedikitpun. Oleh karena itulah mama Hana memanfaatkan waktu sekalian ada urusan hingga memutuskan untuk memanjakan diri dengan berbelanja. “Bik, ini ada oleh-oleh untuk di bawa pulang, sama lauk di dapur kalau masih ada bibik baw apulang saja, saya dan papa Hana sudah makan”. “Wah, makasih bu. Banyak sekali ini bu” ujar Nyak Adit. Ada beberapa bungkusan yang isinya cukup berat. Di tambah lauk makan siang tadi di suruh bawa pulang, cukup banyak memang karena hanya Neng Hana yang memakannya saja. Tentu saja karena sudah dipersilakan, Nyak Adit pun senang karena bisa membawakan makanan yang lezat untuk suami dan anak-anak tercinta yang sudah menunggu di rumah. Tak lupa Nyak mengabari bapak untuk bisa menjemput karena Pak Suryo dan istri sudah sampai di rumah. “Nyak, udah pulang” ujar Adhim ketika mendengar suara motor bapak dan bergegas membukakan pintu. Terlihat snagat riang, seolah rindu karena tak bertemu seharian. Ya, Adhim memang dekat dengan Nyak, apalagi di usia yang masih anak-anak sehingga anak laki-laki biasanya lebih dekat ke ibunya. Nyak kemudian meletakkan barang bawaan yang di bawa tadi, makanan di lainkan dan sudah diletakkan di piring sjai untuk makan malam bersama, untung saja Nyak mengecek kalau nasi cukup untuk makan mereka berempat. Terlihat tampak antusias Adhim membantu Nyak membuka bungkusan yang Nyak bawa. Bapak dan Adit sambil memperhatikan kiranya apakah yang ada dalam bungkusan tersebut. “Waahhh, ada baju gamis nih Nyak, gamisnya bagus banget lagi Nyak” seru Adhim yang tak kalah girang di bandingkan Nyak yang senang karena mendapatkan gamis cantik yang tampak cantik dengan motif bunga yang selaras dengan warn agamis yang tekstur kainnya lembut. Pasti mahal harganya, gumam Nyak dalam hati. Dari kainnya saja dan sepertinya berasal dari merk ternama, maklumlah Nyak jarang sekali membeli baju atau gamis terbaru karena uang yang ada hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk urusan pakaian pun, kalau sudah tidak layah barulah di ganti. Lagipula karena jarang kemana-mana, pakaian yang terbilang baru pun nyaris tak ada, kalaupun ada biasanya pemberian sanak saudara yang kebetulan masih layak pakai, untuk momen lebaran biasanya akan menjadi hal yang menyenangkan bagi Adit dan juga Adhim untuk membeli pakaian baru, itupun mereka harus sadar diri bahwa uang yang ada tak cukup bila mereka menginginkan pakaian yang berharga mahal. Adit tersenyum, ia pun ikut merasa senang melihat Nyak begitu gembira mendapatkan gamis nan indah pemberian dari orang tua Hana. Adit bersyukur sekali karena orang tua Hnaa pun memperlakukan Nyak dengan baik. Awalnya Adit mengira bahwa kebanyakan orang kaya dan beruang akan sering bertindak semena-mena namun ternyata orang tua bahkan Hana sendiri adalah orang yang baik, dengan kelebihan harta yang dimiliki tak menjadikan lupa diri hingga tetap bisa memanusiakan manusia dengan cara yang baik. Baks inetron terkadang kehidupan seorang ART tak selalu menyenangkan pasti akan ada pasang surut yang dialami, maklum saja bekerja sebagai karyawan nyatanya mungkin sjaa berselih paham dengan atasan dengan berbagai macam alasan. Mama dan papa Hana menemani Hana yang sedang makan malam dnegan menu makanan yang sengaja mama belikan karena tahu Hana pasti menyukainya, dengan alasan bahwa tak selalu bisa berangkat ke kota maka apapun yang ingin mama Han beli maka ia beli saja tanpa berpikir panjang, toh papa Hana tak pernah mempermasalahkan. Oleh sebab itulah, papa Hana bekerja dengan giat hingga yang saat ini menjadi beban pikirannya adalah mengenai barang antic yang katanya sudah dekat dengannya namun masih tersembunyi entah dengan siapa. Penerawangan dukun yang memang direkomendasikan oleh anak buahnya itu. Jika benar adanya, berarti benda yang ia cari tersebut lantas tak berada jauh dari tempatnya berdiam saat ini, namun masih saja belum ia temui. Anak buahnya pun terus mencari namun belum membuahkan hasil, terkadang Pak Suryo emosi melihat kinerja para anak buanya yang menurutnya terkesan lambat, namun apa mau di kata kalau memang tak smeudah yang dibayangkan untuk mendapatkan apa yang ia cari. Petunjuk dari dukun yang memang sengaja ia datangi tadi ketika snag istri meminnta untuk dibiarkan ke mall sendiri untuk perawatan dan juga belanja barang-barang bermerk lainnya membuat Pak Suryo bisa leluasa untuk bertemu dengan dukun dan anak buahnya yang kebetulan sudah berada di kota, meminimalisir kecurigaan snag istri. Maklumlah, istri dan anaknya hanya tahu bahwa pekerjaannya seputar barang antik namun tak tahu begitu jauh bahwa sebenarnya pekerjaannya jauh lebih dari itu. Menyingkirkan pesaing dengan cara yang cenderung kejam pun menjadi tak masalah, sudah menjadi hal yang lumrah. Persaingan antar lawan bisnis merupan asam garam dunia bisnis, hingga seolah-olah menghalalkan segala cara untuk memuluskan apa yang diinginkan. “Ide mama atau papa ya, kok tumbenan belikan gamis buat Bibik Ma?” tanya Hana ketika ia baru saja menyelesaikan makan malamnya. “Ide mama, kasian aja ngeliat pakaian yang Ibunya Adit pakai sepertinya layak untuk di ganti. Bukan nggak pantes, tapi mumpung mama belanja ya mama belikan sekalian” senyum manis terpatri di wajah mama Hana yang memang cantik. Mama Hana juga baik hati walau kadang bersikap manja kurang lebih sikapnya seperti Hana. Kecantikannya pun di turunkan pada Hana, hingga Hana memiliki wajah perdauan mama dan papanya. Sempurna, dengan kulit putih, rambut hitam lurus di tambah tubuh ramping dengan tinggi badan yang proporsional membuat Hana begitu menjadi sosok yang memang nyaris sempurna, di tambah berasal dari keluarga yang mapan dan terhormat. “Han, makasih ya. Salam buat mama papa kamu. Nyak aku senang banget sama gamis yang dikasih tadi” tulis Adit di aplikasi hijau yang biasa di gunakan untuk berbalas pesan. “Sama-sama Dit, aku juga sennag banget kalau ibu kamu senang” balas Hana tak lama setelah Adit mengiriminya pesan, Kebetulan Hana sedang memegang ponselnya hingga tak butuh waktu lama untuk Hana membalas pesan dari Adit. Hingga obrolan lain pun mereka bahas. Maklum saja Adit jarang sekali bisa di hubungi kalau siang hari, entah apa alasannya. Jadi biasanya hanya malam dan malamnya pun biasanya tak tentu, kadang sekitar jam delapan, kadang jam sembilan hingga Hana paham dengan kebiasaan Adit. Tak leluasa menggunakan ponselnya membuat Hana pun tak bisa sering-sering menghubungi Adit, hingga ia bersabar menunggu pesan yang pada awlanya kirim kadang pagi, atau siang, baru malam barulah di balas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD