Perjuangan Nyak dan Bapak

1083 Words
            Setelah sempat berbincang sejenak dengan anak semata wayangnya, mama Hana kembali ke kamar. Suami terkasih sudah terlelap dengan nyenyaknya. Mama Hana pun kemudian merebahkan diri di kasur empuk dan berusah untuk memejamkan mata karena hari sudah semakin larut. Ia butuh istirahat agar siap menjalani esok hari dengan segala kejutan yang mungkin akan menghampiri.             Adit terbangun lebih pagi, pola tidurnya membaik saat ini. Lumayanlah sebab ia tidak akan dimarahi karena alasan terlambat datang ke sekolah. Usai menunaikan shalat subuh, ia dan Adhim membagi tugas, ada yang membantu nyak di dapur, ada pula yang menyapu lantai. Kemudian setelah selesai barulah sarapan pagi bersama. Bapak pun tampak bersiap untuk pergi ngojek, biasanya kalau hari kerja, bapak lumayan banyak dapat penumpang yang minta di antar ke tempat kerja, atau ibu-ibu yang minta anaknya diantarkan oleh bapak. Di bandingkan hari libur, bapak biasanya memang lebih banyak mendapatkan             “Hari ini, nyak nggak bikinin bekal ya Dhim. Nyak lagi banyak jahitan yang mau di ambil cepet. Jadi nggak sempet bikinin bekal” ujar nyak sambil menyuap sesendok nasi goreng yang masih hangat.             “Iya nyak, nggak papa. Adhim kan udah sarapan, tengah hari juga dah pulang. Aman aje nyak” ujar Adhim yang tengah asyik menghabiskan sarapannya pag ini. Adit pun makan dengan lahap, masakan nyak memang tiada duanya. Jadi, bisa di bayangkan kalau nyak sakit otomatis ketiga lelaki yang berada di rumah ini akan mengambil alih tugas nyak untuk memaska dan barulah rasa maskaan yang etrsaji tak seenka buatan nyak. Walaupun bumbu, dan cara mengolahnya sama tetap saja ada perbedaan dari segi rasa.             Setelah selesai sarapan, Adit dan Adhim berangkat bersama ke sekolah. Bapak sudah lebih dahulu berangkat ngojek karena lebih pagi biasanya akan lebih banyak dapat penumpang.             “Assalamualaikum nyak, Adit smaa Adhim berangkat ya” ujar Adit dan Adhim. Tak lupa menyalimi nyak dan kemudian melajukan motor yang telah dipanasi sebelumnya. Adit dan Adhim pun berangkat ke sekolah, setelah itu barulah nyak membereskan bekas sarapan pagi dan berbenah sebentar untuk kemudian menyelesaikan orderan dari beberapa pelanggan yang akan di ambil hari ini. Lumayan pikir nyak untuk tambah-tambah uang dapur, walaupun kadang rasa lelah mesti ia singkirkan. Duduk terlalu lama di depan mesin jahit dan menggerak-gerakkan mesin jahit dengan kaki tentu membuat badan terasa pegal. Apalagi nyak yang sudah semakin tua, akan lebih mudah merasa lelah bila terlalu banyak aktifitas yang dikerjakan. Dulu, sebelum bapak Adit di rumahkan dari pekerjaannya terdahulu, keluarga mereka bisa dibilang lebih berkecukupan di bandingkan sekarang, dengan gaji bulanan yang pasti di terima setiap awal bulan, nyak tak perlu bersusah payah menjahit. Hanya fokus mengurus urusan rumah tangga, namun ketika sang suami mengalami masalah nyak pun ikut berjuang untuk membantu ekonomi keluarga supaya tidak timpang. Tak ada keluhan, tak ada rasa sedih karena keadaan tak seperti sebelumnya. Bilapun ada sebenarnya wajar asal jangan terlalu lama meratapi kesedihan dan terlarut dalam keterpurukan. Untung saja Nyak bukan tipila perempuan yangpantang menyerah, sehingga ia berusaha keras untuk berinisiatif untuk mmbantu suaminya mencari rezeki walau hanya bekerja dari rumah.             Hana pergi ke sekolah mengendarai mobil baru, sejdari memasuki gerbang sekolah saja sudah banyak mata memandang. Mungkin menerka-nerka siapakah gerangan yang mengendarai mobil baru yang berwarna putih bersih itu. Tak lama usai memarkirkan mobil di parkiran, Hana turun dari mobil dan memasang wajah sok cool seperti biasanya, persis seperti pemeran wanita di sinetron televisi.Tak usah menunggu lama, teman-teman Hana banyak yang mengerubungi ketika tahu bahwa Hana yang mengendarai mobil baru itu.             “Wiihhh keren banget lu Hna, mobil baru lagi?” tanya Susan si gadis berkacamata yang tetap modis walaupun kacamata membingkai wajah ovalnya.             “Hebat lu Han, gue mau dong kayak lu bis agonta ganti mobil” ujar Melati, padahal ia sudah tahu Hana punya mobil baru namun ia tetap takjub melihat Hana yang emmbeli mobil bak membeli kacang goreng saking nudahnya bagi Hana untuk membeli barang-barang mewah. Terlebih hape baru, sudahlah kalau ada hape berloga apel tergigit keluaran baru, Hana pastilah orang pertama di sekolahnya yang akan menggunakan hape tersebut dan akan menjadi pioneer agar bisa di ikuti oleh anak-anak yang lain. Biasanya anak-anak di kelas lain yang merupakan saingan Hana, akan berusah mengikuti keglamoran Hana walaupu tak semuanya bisa menjiplak gaya Hana yang seperti sekarang ini, Walaupun juga banyak yang mengidolakan, tak sedikit juga yang diam-diam tak menyukai Hana. Sayangnya Hana tak mau ambil pusing, menurutnya selama ia tak merugikan orang lain, sudahlah cukup bagi dirinya untuk menjadi sosok seperti sekarang ini.             Adit sampai ke sekolah tepat waktu, tak ada adegan terlambat seperti sebelum-sebelumnya. Adhim pun sudah di antar terlebih dahulu sbeelum Adit berangkat e sekolah, sebab sejalur maka Adhim berangkat bersama Adit, kadang di antar bapak kalau bapak sedang dalm keadaan luang.             “Wahh tumben lu on time” ujar Soni temen sekelas Adit yang bertemu di parkiran tadi.             “Woiaaa dong, masa telat mulu” ujar Adit smabil terkekeh geli. Mereka berdua pun beriringan menuju ruang kelas.             Adit melewati hari ini dengan rasa yang berbeda, lebih bersemangat menjalai hari. Uang saku ada, hape baru ada walaupun tak ia tampakkan secara terang-terangan daripada nanti malah jadi bahan gossip di seantero kelas. Hari ini ia bisa ikut makan siang di kantin seperti teman-teman yang lain. Uang yang ia dapatkan beberapa hari yang lalu dari keisengannya membayangkan uang saku untuk belanja justru terkabul sehingga masih ada beberapa lembar uang yang bisa ia sisihkan sebagai uang saku.Jumlahnya yang lumayan bisa untuk jatah uang saku dan kuota selama beberapa minggu asal Adit menggunakannya dengan bijak.             Jam pelajaran terakhir pun telah usai, Adit bergegas untuk pulang ke rumah. Ia tak perlu menjemput Adhim, karena jam pulang sekolah emreka berbeda, Adhim pulang lebih dulu. Terkadang di jemput bapak, kadang juga ia jalan kaki dengan teman-temannya yang rumahnya tak begitu jauh dari rumah Adhim. Adhim memang lebih senang berangkat atau pulang sekolah bersama teman-temannya, namun karena kalau berangkat banyak teman seusianya yang diantar oleh orang tua amsing-masing, maka barulah bisa Adhim bersama teman-temannya menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan berjalan kaki bersama.             Sesampainya di rumah, Adit mengucapkan salam. Tampaklah nyak yang masih asyik di depan mesin jahit, tampaknya emmang harus dikerjakan semua har ini, sehingga nyak terlihat kewalahan.             “Masih banyak nyak, ada yang bisa Adit bantu nggak nyak?” ujar Adit.             “Kagak usah, bentaran juga kelar. Udeh istirahat aja, ni tinggal dikit juga dah kelar” ujar nyak smabil meneruskan jahitan. Nyak memang begitu, walau selelah apapun, ia tak akan emmbiarkan anak-anaknya ikut lelah seperti dirinya. Nyak sama sekali tak mau mengganggu kesibukan Adit dan Adhim, apalagi kalau mereka berdua kelelahan baru pulang sekolah atau sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD