Getar-Getar Rasa

1036 Words
           Malam harinya lagi Adut dan Hana berkirim pesan. Sudah seperti rutinitas sehingga kalau bukan Hana, Adit yang akan mengawali pembicaraan. Masing-masing seolah merasa nyaman dengan pembicaraan yang sedang di bahas, hingga begitu mengalirlah apa saja yang sedang mereka Bahasa. Seperti malam ini, tema yang di bahas adalah tentang persetujuan Nyak Adit untuk beekrja sebagai asisten rumah tangga di rumah Hana.            “Makasih Dit, akhirnya aku bisa ngerasain masakan ibu kamu tiap hari Dit” ujar Hana dengan begitu antusias ketika ia berkirim pesan dengannya malam ini.            “Oh ya jadi karena kiriman sop ayam kemaren ya?” tanya Adit yang sibuk menerka-nerka mungkin alasan inilah yang membuat orang rumah Hana memutuskan untuk menjadikan Nyak Adit sebagai asisten rumah tangga karena masakan Nyak sesuai dengan selera orang rumah Hana. Mungkin saja kalau seandainya Nyak tidak berniat untuk mengantarkan makanan hasil masakan yang telah Nyak buat. Perihal rezeki memang di luar dugaan, padahal taka da yang pernah menduga bahwasanya dari hal sepele yang dilakukan namun bisa menghasilkan sesuatu yang besar bagi keluarga Adit.            “Oke deh, sampai ketemu besok di sekolah ya” ujar Hana sambil menutup ponsel yang digunakannya. Setelah itu usai lah pembicaraan mereka malam ini. Esok hari akan bertemu kembali karena besok sudah masuk kembali ke sekolah. Adit pun berusaha untuk memejamkan mata karena sebenarnya ia cukup mengantuk namun berbalas pesan dengan Hana adalah sesuatu yang menyenangkan, apalagi terbiasa bertemu setiap hari membuat Adit seolah rindu dengan sosok Hana yang ternyata menyenangkan. Ketika pertama kali bertemu saat membantu Hana pindahan rumah saat itu. Di pikirannya saat itu Hana adalah sosok yang manja, pemilih, karena dari momen bertemu seolah Hana yang cuek sehingga Adit memilih untuk tak berharap banyak akan bisa berteman dengan Hana, yang notabene adalah anak orang kaya yang bahkan teman-teman di sekolah tak ada yang sekaya Hana hingga awalnya enggan untuk berteman secara lebih jauh dengan Hana yang notabene adalah orang kaya yang mungkin sebagian akan sedikit bertingkah bila ia merasa lebih di bandingkan teman sebayanya.              “Bang, ayo buruan, Ntar Adhim terlambat” ujar Adhim ketika mereka sedang berada di perjalanan menuju ke sekolah. Adit mengantarkan Adhim terlebih dahulu. Untung saja kali ini ia tidak bangun kesiangan, sehingga masih bisa menikmati perjalanan ke sekolah dengan lebih santai. Tak terburu-buru, hingga sampai ke sekolah ketika pintu gerbang masih terbuka hingga merasa lega karena bisa melewati hari ini dengan lancar.            Kadang kalau Adit terlambat, teman-teman dikelasnya sudah menganggap itu adalah hal yang bias,a namun justru sebaliknya apabila Adit tepat waktu, justru sekaan ada kejutana apakah di belakanggya, namun walau kadang bertingkah seperti itu Adit bisa dibilang anak yang cukup pandai nilainya pun masih terbilang bagus dan juga tidak jelek-jelek amat, masih tergolong siswa yang cukup pandai. Adit sendiri menyadari bahwa ia harus menjadi siswa yang terampil sehingga walaupun terkadang sedikit ceroboh dan juga kadang kenakalan lain khas anak remaja yang menjelang dewasa.            “Wihh, tumben lu dating pagi bener Dit?” goda Sabri teman Adit dari kelas sebelah.            “Wahh, woiaa dong” ujar Adit sambil cengengesan. Ia sendiri kadang merasa lucu bahwa akhirnya ia bsia seperti sekarang, mengenyam pendidikan dari tingkat dasar hingga bisa smapai ke jenjang seperti ini dan tanpa terasa sebentar lagi akan berganti menjadi anak kuliahan bila memang jadi dan ada rezekinya untuk bisa berkuliah nanti. Sesuatu yang benar-benar Adit inginkan, suatu keinginan besar yang ingin ia jadikan kenyataan agar bisa membanggakan kedua orang tua. Mengangkat derajat mereka sehingga bisa membungkam mulut orang-orang yang meremehkan bahwa seorang tukang ojek, pekerja serabutan bisa menguliahkan anaknya hingga sampai ke bangku kuliah nantinya.            “Han, ma uke aman?” tanya Afit ketika jam istirahat baru saja tiba. Adit mengira bahwa Hnaa ingin ke kantin, padahal Hana ingin pergi ke tempat lain.            “Mau ke perpus Dit, ada buku yang mau aku cari” ujar Hana.            “Oh gitu, aku ikut deh. Lagian malas mau pergi ke kantin” ujar Adit yang kemudian bangkit dari tempat duduknya untuk menyejajari Hana. Lelaki yang memiliki tinggi serratus tujuh puluh senti itu terlihat pas ketika bersisian dengan Hana yang juga memiliki postur badan yang cukup tinggi sehingga terlihat sangat serasi. Bagi mereka mungkin tidak, namun bagi orang lain tentulah akan menyadari bahwa mereka berdua terlihat sangat cocok. Pati ada saja yang akan emnyukai dan yang tidka menyukai, namun yakinlah bahwa dalam hidup ini tak semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginan kita. Pasti akan ada aral melintang yang membuat kehidupan ini tak akan berjalan mulus, itu pasti.            “Mau cari buku apa Hana?” tanya Adit ketika mereka sudah sampai di perpustakaan.            “Ini, mau cari buku biologi” ujar Hana sambil asyik mencari di lorong yang penuh dengan buku. Tampak ada beberapa siswa yang sedang asyik membaca dan Sebagian lainnya sedang mencari buku untuk di baca atau mungkin di bawa pulang. Adit yang memang jarang ke perpustakaan bahkan emrasa takjub karena ada banyak buku dan juga ruangan bersih yang juga menyejukkan karena efek beberapa pendingin udara di sekitar perpustakaan. Ia menunggu Hana di sebuah tempat duduk yang teretak di tengah ruangan perpustakaan, ada beberapa siswa yang menghabiskan waktu dengan membaca buku, rata-rata siswa yang memang pintar, tebalnya kacamata yang mereka gunakan sudah menunjukkan hal tersebut.            “Yuk Dit, aku sudah dapat buku yang aku cari” Hana kemudian mengajak Adit kembali ke kelas karena kebetulan jam istirahat sudah habis di tandai dengan bel sebanyak tiga kali.              Ketika Adit beranjak dari kursi tempat ia duduk, tak sengaja ia menyenggol Hnaa, hingga buku yang Hnaa bawa jatuh ke lantai, dengan refleks ia pun segera menolong Hana mengambil beberapa buku yang jatuh. Untung saja sedang tak banyak orang karena memang beberapa sudah ada yang kembali ke kelas.            “Maaf ya Han, aku nggak sengaja” ujar Adit sambil mengambil beberapa buku yang jatuh.            “Nggak papa Dit” ujar Hana sambil berjongkok menyejajari Adit. Mereka berdua bertatapan, masing-masing seolah sedang memikirkan apa yang sedang terjadi. Keduanya seolah sedang meyakinkan diri masing-masing bahwa seolah ada sesuatu yang sednag mereka berdua rasakan, maklumlah anak seumur Hana adan Adit pasti juga merasakan yang namanya bunga-bunga cinta sebagai anak remaja yang beranjak dewasa. Setelah beberapa detik kemudian, kalau tidak karena petugas perpustakaan yang menyadarkan mereka untuk masuk kelas mungkin mereka berdua akan tetap slaing bertatapan dan memunguti buku yang berserakan seperti di kisah-kisah sinetron.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD