Bertemu Fikri

1468 Words
"Gue nggak bakal terlambat lagi!!!" Teriakan itu kian menggema pada ruangan sebesar kamar pada umumnya. Siapa lagi yang heboh pagi-pagi kecuali hanya Ella. Dia sudah bertekad untuk tidak terlambat lagi atau bahkan melakukan kesalahan-kesalahan. Senyum Ella mengembang, matanya tajam memandang ke arah depan. Ella baru saja mendapat sebuah peringatan karena dalam satu bulan ia sudah terlambat lebih dari 3 kali. Ya jelas ia langsung mendapat peringatan keras. Siapapun yang melihat ekspresi Ella sekarang pasti akan mengira bahwa kesehatan jiwanya terganggu. Dia sudah seperti seorang psikopat yang merencanakan berbagai cara untuk balas dendam. Ella menatap wajahnya pada cermin yang menggantung, dia mulai memakai pelembab wajah. Ella bukan orang yang pandai dalam hal merias, dia juga tidak hobi melakukan itu. Namun karena bekas jerawat begitu berkeliaran di wajah membuat dirinya mau tidak mau harus sedikit menyamarkan. Dia memang salah karena tangannya tidak bisa diam ketika jerawat mulai tumbuh. Ella selalu saja gatal jika tidak menyentuh jerawat tersebut. "Wah Lo memang cantik Ella," puji Ella sendiri sambil tertawa. Sebenarnya ia bingung, apa hanya dia yang sering memuji dirinya cantik ketika berkaca atau orang lain juga melakukan hal yang sama? Ella jadi penasaran sendiri. Nanti ia akan coba bertanya kepada dua orang temannya yaitu Diba dan Abel.  Atau mungkin Ella harus melakukan survei dadakan? Haha Pukul 06.30 Ella sudah bersiap-siap, dia memang sudah menyiapkan roti dan juga s**u kotak. Hal ini dia siapkan agar menghemat waktu. Dia tidak mau gajinya dipotong lagi jika sering terlambat. Bisa-bisa gajinya sudah tidak ada lagi nantinya. Rumah memang kosong karena Ayah dan Ibunya tengah liburan dadakan di tempat sang Abang yang berada di Yogyakarta. Ella melihat ponsel, ternyata grup keluarga yang mengheboh di pagi-pagi seperti ini. Alasan kehebohan tersebut bisa karena masalah keluarga atau karena pertandingan bola yang berlangsung dini hari. notif datang berulang-ulang kali. WhatsApp "Ganteng" Afzal : Wah keren banget MU mainnya tadi malam Baizhan : Nggak bisa nonton Mas, Akila lagi sakit Afzal : Kenapa bisa sakit? Baizhan : Nggak tahu, tiba-tiba badan panas Fikri : ??? Fikri : Wah keponakan unyu aku kok bisa sakit? Afzal : Anak Mas nggak Unyu fik? Fikri : Baperan ih, udah tua juga wkwkwk. Unyu kok unyu haha Baizhan : Kecapekan kali Fik Fikri : Read doang ya dek @Ella Baizhan : @Ella kemaren ada yang curhat karena habis di omelin sama atasannya wkwk Afzal : Serius? Siapa nama atasannya? Fikri : Dia ceroboh si, kapan ya si Adek dewasanya Ella : Pada sibuk bener, nggak pada kerja emangnya? Afzal : Mas masuk jam 8 kali Dek Fikri : Mas lagi ada di Riau dek Ella : Serius? Ihh mau shopping wkwkwk Baizhan : Kalau urusan begitu cepat banget ini anak, jangan mau Fik Afzal : Mas udah transfer ya di rekening adek duit, Alhamdulillah Mas menang proyek Fikri : Mau juga Afzal : Kamu laki-laki Fik Baizhan : Kasihan Ella : cup cup kasihan banget, makasih Mas Afzal muachhh. Aku kerja dulu Mamas-mamas ku yang baik takut nanti telat lagi. Ella menutup ponselnya. Dia segera beranjak untuk keluar rumah. Semuanya sesuai dengan apa yang direncanakan oleh Ella. Dia bisa datang tepat waktu ke kantor. Ella langsung saja menyapa rekan kerjanya baik senior maupun junior dengan senyum mengembang. "Senang banget nggak telat lagi," ujar Pak Edo sambil memberikan beberapa dokumen. "Iya dong Pak, malas banget kena marah tiap hari," balas Ella sedikit bercanda. Padahal itu memang karena kesalahan dirinya sendiri. "Bilang jangan kuat-kuat, nanti kedengaran lo!" Ella langsung membuat gerakan mengunci mulut. *** WhatsApp Fikri : Dimana dek? Mas di halte depan kantor kamu. Ella tersenyum membaca pesan dari abang kandungnya yang ketiga. Fikri memang belum menikah di banding yang abang-abang Ella yang lain. Menjadi abdi Negara membuat Fikri fokus pada karirnya. Umurnya 2 tahun di atas Ella, yang jadi pertanyaan kenapa sang abang tidak pernah ditanya kapan menikah. Hiks ingin rasanya Ella menangis. Ella : Aku belum keluar Mas, 10 menit lagi baru jam makan siang Fikri : Dasar, katanya jam 11.45 siang. Ella : Wkwkwk, tunggu bentar lo Mas yaa. Muachh Fikri : Mas sholat dulu ntar kayaknya. Siap sholat aja kita ketemu ya Ella : Siap Mas Ella menutup ponselnya. Dia sudah senyum-senyum sendiri. Apalagi yang paling menyenangkan dibanding menghabiskan uang dari abang-abangnya? Ella menyukai itu. Apalagi abang pertamanya baru saja mengirim deretan angka ke dalam rekeningnya karena proyeknya memang. Nikmat mana lagi yang Ella dustakan? "Senyum-senyum aja dari tadi, hayoo ada apa?" goda Mbak Nana. Ella membalas dengan cengiran khasnya. "Ada seseorang yang nunggu Mbak," jawab Ella ambigu. Siapapun akan berpikir bahwa Ella akan bertemu orang spesial. "Cie kirain nggak mau pacaran Ra?" "Bukan pacar ih Mbak..." ujar Ella. "Calon suami, atau kamu udah nikah diam-diam ya?" "Mbak bisa aja deh, Ella mau selesaikan ini dulu ya Mbak." Mbak Nana mengangguk dan tidak menggoda Ella lagi. Saat jam istirahat Ella langsung berlari ke luar kantor. “Woi kemana lu?” tanya Zaki yang berteriak. Niatnya ia ingin mengajak sang teman makan siang di kantin. “Eh kaum jomblo, sorry ya gue kagak mau makan sama lo!!!” tolak Ella langsung. “Idih siapa juga yang ngajak, geer lo!!” Zaki memasang ekspresi jijik. “Alah jangan bohong lu Ki, lo dari dulu suka sama gue kan?” Jangan heran jika Ella selalu berkata demikian. “Eh lo kok tahu? Mau nikah sama gue?” “Maaf ya, saya sudah punya calon suami!” tolak Ella dengan nada candaan. “Pokoknya kalau lo galau jangan cari kami ya,” balas Zaki. Ella tertawa dan langsung pergi meninggalkan Zaki. "Mas!!!" Panggil Ella sambil berteriak heboh. Ada beberapa orang yang melihat ke arah Ella karena suaranya cukup besar. Apalagi begitu banyak karyawan yang memilih untuk makan diluar kantor dibanding makan di kantin yang ada di dalam kantor karena alasan bosan. Fikri langsung menyentil kening Ella karena kebiasaannya yang bar-bar untuk ukuran cewek. "Auuu, sakit ih Mas," ucap Ella sambil menggosok keningnya. "Makanya suaranya jangan keras-keras gitu, kebiasaan!" Fikri langsung memeluk Ella karena mereka hampir enam bulan tidak bertemu karena jarak dan kesibukan kerja satu sama lain. Mungkin orang akan berpikir mereka seperti sepasang kekasih yang jarang bertemu. "Gimana kerja disini, enak?" tanya Fikri sambil mengelus pucuk kepala adiknya itu. Ella menampilkan wajah sedikit cemberut, "Ada enaknya, ada enggaknya." Fikri mengerutkan keningnya tidak mengerti, "Enaknya apa? Nggak enaknya apa?" Mereka berbincang sambil berjalan ke sebuah tempat makan yang tidak jauh dari kantor Ella. Ella menggandeng tangan Fikri tanpa ada jarak sama sekali. "Enaknya karena gaji besar, terus kerjanya okelah." Ella menjedah jawabannya sebentar, dia berhenti dan kemudian berjinjit agar mulutnya bisa mencapai telinga Fikri. "Nggak enaknya karena capek," bisik Ella. Fikri hanya bisa tertawa. Ada-ada saja kelakuan adiknya itu. Fikri seperti mengingat sesuatu, tapi dia lupa tentang apa. Daripada pusing memikirkan sesuatu yang tidak penting, lebih baik dia segera memboyong adiknya untuk mengisi perut yang sudah berdemo. Fikri dan Ella memilih tempat makanan yang lumayan ramai tetapi respon dari penjual tempat itu sangat bagus. Ella memesan menu makan siang untuk dua orang. Ella biasanya berpikir untuk membeli makanan karena mempertimbangkan harga. Namun karena ada bank berjalan yang sedang bersamanya, Ella malah bersikap bodo amat. Dia bahkan sempat-sempatnya memesan ice cream yang cukup terkenal di kalangan karyawan kantor. "Emang bakalan habis semua?” tanya Fikri memastikan. Ella mengangguk mantap. Dia begitu tergiur hingga hampir air liurnya keluar karena melihat begitu banyak makanan yang terhidang di meja mereka. "Akh iya, Mas baru ingat. Mas rasa ada teman Mas yang kerja di sana, tapi masih ragu sih." "Alaaah teman Mas yang mana? Teman Mas cuma om-om baju ijo doang pun." Ella seperti tidak ambil pusing. Mana mungkin abangnya itu punya teman yang bekerja di kantoran karena dia sejak lulus SMA langsung mendaftar menjadi Abdi Negara. "Iya deh iya, kayak Mas ni Cuma taunya tempat dinas doang ya dek." Ella membenarkan apa yang dikatakan oleh Fikri. Menjadi Abdi Negara bukan hal yang mudah. Orang tua mereka bahkan sangat khawatir dengan Fikri yang memilih jalan berbeda dibanding abang-abangnya yang memilih untuk kuliah. Meskipun begitu, Fikrilah yang pertama sekali mendapatkan gaji dibanding dengan Afzal, Baizhan ataupun Ella. Jarak umur keempat saudara itu tidaklah jauh. hanya berjarak satu tahun antara Afzal, Baizhan dan Fikri. Namun antara Fikri dan Ella terbentang jarak selama dua tahun. Ella makan dengan lahap. Dia bahkan memamerkan pada abang-abangnya yang lain. "Oh ya kata Ibu kamu dekat sama laki-laki?” Ella syok dong, ia tidak mau ketiga abangnya tahu dengan siapa ia tengah dekat. Pasti mereka akan menghubungi laki-laki tersebut. “Enggak kok, Ibu Cuma becanda tu!” elak Ella. “Oh gitu, ingat jangan pacaran!” “Iya iya!!” balas Ella. Fikri dan Ella kembali fokus pada makanannya. Fikri juga memberitahu bahwa dia akan pindah dinas ke Riau yang berarti akan lebih dekat dengan keluarga. Setelah selesai makan, Ella kembali masuk ke dalam kantor sedangkan Fikri kembali ke batalyon untuk mengurus segara macam dokumen-dokumen kepindahan ke Riau.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD