Part 2 - Dinner

1102 Words
    Sinar matahari pagi masuk melalui celah jendela, menyilaukan tepat di depan wajah Levine. Ia menggeliat dan perlahan membuka mata. Kepalanya langsung terasa sakit dan ia mencoba untuk duduk dari posisi tidurnya. Kesadarannya masih belum terkumpul sepenuhnya tapi dia cukup sadar untuk mengetahui di mana dia berada sekarang.     Ini adalah apartemennya, Levine melihat sekeliling dan setelah kesadarannya sudah pulih ia pun semakin yakin kalau ini memang apartemennya.     "Kenapa aku bisa ada di sini?"     Levine sangat mengingat kalau semalam ia berada di kelab. Terlalu banyak minum, mungkin karna itulah dia mabuk, dan setelah itu dia tak mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia yakin sekali kalau semalam dia pasti tertidur di kelab. Dan sekarang Levine kebingungan karena tiba-tiba saat terbangun dia sudah berada di apartemennya. Terlebih lagi dia pun tidur di kamarnya.     "Seseorang pasti mengantarku ke sini." ucap Levine sembari meringis memegangi kepalanya yang berdenyut.     Dia berdiri, lalu berjalan keluar kamar, menuju ruang tamu.     "Ah ya, mobilku!" Levine baru ingat kalau semalam dia membawa mobil ke kelab.  Seketika Levine meraba saku celana dan mencari kunci mobilnya, dia cukup panik hingga menyadari kalau kunci mobilnya ternyata ada di atas meja bersama dengan dompet dan juga member card apartemennya.     "Siapa yang mengantarku semalam ya?" Dia benar-benar tidak mengingat apa pun tentang kejadian semalam.     Levine masih kebingungan dan tetap tidak bisa mengingat apa pun. Kemudian dia memutuskan pergi ke dapur untuk minum segelas air, demi meredakan rasa pusingnya. Setelah itu dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. ******     Levine sudah siap dengan setelan jasnya, seperti biasa dia akan berangkat bekerja ke kantor. Ke perusahaannya yaitu, Anderson Group. Setelah sekali lagi melihat penampilannya di cermin dan memastikan bahwa dia sudah benar-benar rapi, Levine pun keluar dari kamarnya dan turun menuju lobi.     Saat Levine melewati meja resepsionis dia teringat harus bertanya mengenai semalam, dia kembali ke meja resepsionis untuk bertanya.     "Selamat pagi Tuan Levine, ada yang bisa saya bantu?" sapa resepsionis seperti biasa.     "Dani, kau tahu siapa yang mengantarku kemarin malam?" tanya Levine pada Dani--petugas resepsionis.     "Semalam ada seorang wanita yang datang membopong Anda dan meminta member card untuk apartemen Anda, Tuan."     Levine menyerngit. "Wanita? Apa dia hanya sendirian, dan bagaimana ciri-cirinya?"     "Ya, dia sendirian. Ciri-cirinya berkulit putih, tubuhnya cukup tinggi, rambut cokelat, dan matanya berwarna biru terang, sama seperti Anda. Dia juga bilang bahwa kemarin Anda mabuk berat di kelab, dia khawatir karna tak melihat Anda bersama siapa pun, makanya dia mengantarkan Anda pulang." Jelas Dani panjang.     Wanita itu, bukannya yang kulihat semalam? Levine membatin.     "Maaf Tuan, apa Anda kehilangan sesuatu?" tanya Dani, nampak cemas. Mungkin dia mengira Levine kehilangan sesuatu karena perbuatan wanita itu.     "Tidak, semuanya baik-baik saja. Baiklah, terima kasih." Levine berdeham, dan langsung pergi. ******* Anderson Group,     Levine masih bingung, dia jelas ingat kalau semalam dia pergi ke kelab setelah dari rumah ayahnya. Mungkin dia terlalu banyak minum sampai dia tidak bisa mengingat apa pun setelahnya. Dan wanita itu, Levine masih belum yakin, apakah benar wanita itu yang telah menolongnya? Dan artinya wanita itu juga yang menyetir mobilnya dan membawanya sampai ke apartemen? Wanita itu pasti sangat bersusah payah untuk melakukan itu semua. Siapa pun dia, Levine harus menemuinya dan mengucapkan terima kasih nanti.     Saat ini Levine sedang berada di ruang kerjanya dan sekarang sudah jam delapan malam. Sebentar lagi dia akan pulang setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi. Tiba-tiba dia merasakan saku celananya bergetar, Levine merogoh dan mengambil ponselnya yang berbunyi.     Levine berdecak kesal begitu melihat nama siapa yang tertera di ponsel. Ternyata telepon dari Eric. Rasanya Levine benar-benar malas menjawab telepon dari ayahnya karena sudah tahu apa yang akan dia bicarakan. Ayahnya pasti akan membahas soal perjodohannya bersama gadis itu.     "Halo, ya Ayah ada apa?" Levine menjawab dengan ketus.     "...."     "Apa makan malam? Aku sama sekali tidak tertarik." Dugaannya benar, Eric memang membahas rencana perjodohannya.     "...."     "Apa aku harus sekali datang? Ayah saja yang menemui gadis itu, aku sedang sibuk."     "......."     "Baiklah baik, aku akan datang! Jam berapa?" Levine akhirnya emosi. Ayahnya benar-benar! Dia langsung mengancam dengan membawa-bawa nama ibunya. Salah satu kelemahan Levine.     "...."     "Ya aku akan datang nanti," Levine langsung mengakhiri telepon.     "s**t!"     Untuk apa Eric melakukan ini? Dan besok malam Levine terpaksa harus bertemu dengan gadis sialan itu.     "Siapa namanya Nadine... Naline... Na... ah! Entahlah aku tidak ingat!" Levine bahkan tidak mengingat nama gadis yang akan dijodohkan dengannya. Lalu, besok Eric akan mengadakan makan malam dan mengundang gadis itu.     Ayahnya itu memang benar-benar tidak sabaran. Apa dia harus melakukan semuanya secepat ini? Baru kemarin Eric membahas masalah ini dengannya dan sekarang? Dia sudah harus menemui calon istrinya? Yang benar saja! Kalau bukan demi ibunya, Levine tidak akan melakukan ini.     Levine menghela napas, dia menyandarkan diri di kursi sambil memijat pelipis matanya. Baiklah, jika memang ayahnya menginginkan makan malam. Tapi jangan salahkan Levine jika besok dia malah memberikan pertemuan pertama yang berkesan buruk pada gadis itu.     Ya benar, jika Levine memberi kesan buruk padanya, mungkin saja gadis itu akan membatalkan pernikahannya karena muak melihat sikap buruk Levine. ****** Di Kediaman Anderson,     Levine baru saja sampai ke rumahnya. Dan seperti yang dikatakan oleh Eric, hari ini mereka akan makan malam bersama keluarga Nadeline. Levine menghela napas kasar sebelum dia melangkah masuk melewati pintu rumah.     Dia langsung menuju ke ruang makan keluarga. Levine memerhatikan sekeliling, dia melihat Eric sudah duduk di depan meja makan, menunggunya. Makanan telah disajikan di atas meja, sepertinya Eric benar-benar telah mempersiapkan semuanya dengan sangat baik.     "Ah, Levine kemarilah!" panggil Eric bersemangat ketika melihat putranya sudah datang.     Levine berjalan mendekati ayahnya. Dan memilih untuk duduk di kursi seberang, hingga mereka berhadapan.     Dia tidak menjawab, hanya diam dengan tatapan dingin, sementara Eric kebalikannya, wajahnya begitu bersemangat seperti cahaya matahari. Dia nampak sangat gembira dengan rencana makan malam mereka, bahkan sejak tadi tidak berhenti tersenyum pada Levine.     "Sebentar lagi Nadeline dan pamannya akan datang. Dan aku ingin agar kau memberi kesan baik pada mereka," Eric menasehatinya.     "Ya Ayah aku tahu," Levine berdecak kesal. Lalu membuang muka, pura-pura memerhatikan para pelayan yang masih sibuk menyiapkan berbagai hidangan lainnya.     Sungguh dia sangat tidak peduli dengan etiket, bahkan dia sangat ingin mengeluarkan segala kejelekannya di depan gadis itu nanti.     Tidak berapa lama seorang pelayan datang.     "Tuan, mereka sudah datang," pelayan itu memberitahu bahwa keluarga Broodsky sudah sampai.     "Sambut mereka," Eric langsung mengangguk, wajahnya masih berbinar penuh kebahagiaan. Sementara Levine kembali menghela, dia sama sekali tidak tertarik untuk bertemu dengan gadis itu. Ataupun duduk satu meja dengan ayahnya.     Tidak lama, pelayan yang tadi datang lagi bersama dengan dua orang tamu yang mengikutinya dari belakang.     Eric menyambut keduanya dan berjabat tangan. Levine pun melakukan hal yang sama atas perintah Eric. Pertama dia berjabat tangan dengan seorang pria yang terlihat lebih tua darinya, kira-kira seusia ayahnya. Dan kedua dia berjabat tangan dengan seorang wanita, wanita yang mempunyai postur tubuh ramping dan tangan putih mulus. Levine tidak begitu memerhatikan wajah perempuan itu sampai...     "Tuan, Anda yang waktu itu kan?" tanya gadis itu tiba-tiba.     Dan Levine pun menyadari hal yang sama.     "Kau? Bukannya kau wanita yang kemarin?"   ******    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD