8

751 Words
Bab 2: Pertemuan Tak Terduga (Lanjutan) Hari demi hari berlalu, namun bayangan pertemuan itu tetap membekas dalam hati Aria dan Keira. Meskipun mereka tidak lagi bertemu, rasa bahwa mereka terhubung begitu kuat, seperti benang merah tak terlihat yang tak pernah putus. Setiap pagi, ketika Aria membuka matanya, ia berharap mendapat kabar atau petunjuk baru tentang Keira. Begitu pula Keira, yang selalu menyimpan perasaan rindu tak terucap setiap kali memikirkan sosok Aria. Pada suatu sore, saat Aria sedang bekerja di toko, salah satu pelanggan mengobrol dengannya tentang festival yang akan diadakan di taman kota pada akhir pekan. Mendengar kata “taman,” Aria langsung teringat pada taman sakura tempat ia pertama kali bertemu Keira. Hatinya bergetar, muncul harapan baru bahwa mungkin ini adalah kesempatan bagi mereka untuk bertemu lagi. Tanpa ragu, ia memutuskan untuk pergi ke festival itu. Di sisi lain, Keira pun mendengar kabar yang sama dari Siska, sahabatnya. "Keira, kamu harus ikut! Festival ini seru banget. Katanya, ada pameran bunga sakura juga. Siapa tahu, kamu ketemu sama... siapa tuh, Aria?" goda Siska dengan senyum penuh arti. Keira hanya tersenyum malu. Meski ragu-ragu, perasaan dalam hatinya membawanya untuk ikut ke festival itu. Baginya, ini bukan sekadar keinginan untuk bersenang-senang, tapi juga harapan untuk kembali bertemu seseorang yang telah mengisi mimpinya selama ini. Akhir pekan pun tiba. Kota dipenuhi oleh hiruk-pikuk festival. Taman kota yang biasanya sepi, kini dihiasi dengan berbagai dekorasi dan warna-warni lampion yang tergantung di setiap sudutnya. Musik tradisional Jepang yang lembut mengalun, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Pohon-pohon sakura dihiasi dengan lampu-lampu kecil, memperindah taman itu dengan kilauan lembut di tengah senja yang mulai turun. Aria tiba lebih awal, berjalan-jalan sambil menikmati suasana sekitar. Ia berhenti di depan pohon sakura, pohon yang mirip dengan yang ada di taman tempat ia bertemu Keira dulu. Tatapannya kosong, terserap dalam kenangan manis yang terus menghantui pikirannya. Hati kecilnya berharap Keira akan muncul di antara keramaian. Di waktu yang sama, Keira juga tiba di taman, ditemani Siska. Mereka berdua berjalan-jalan sambil menikmati keindahan bunga sakura yang tertiup angin. Namun, di tengah keramaian, perhatian Keira teralihkan oleh sosok yang berdiri di dekat pohon sakura. Tubuhnya membeku saat ia mengenali Aria di sana, dengan tatapan kosong yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu. “Keira, ada apa?” tanya Siska, yang menyadari perubahan ekspresi sahabatnya. “Itu... Aria,” jawab Keira pelan, matanya tetap tertuju pada sosok pria yang berdiri sendirian. Tanpa pikir panjang, Keira melangkah maju, meninggalkan Siska yang terkejut dan hanya bisa melihatnya berjalan mendekati Aria. Dengan hati yang berdebar, ia mendekati pria yang telah menghiasi mimpinya selama ini. Saat merasakan kehadiran seseorang di dekatnya, Aria menoleh, dan matanya melebar saat melihat Keira berdiri di hadapannya. Keduanya terdiam, saling menatap dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Tidak ada kata yang keluar, tetapi mata mereka berbicara, menyampaikan kerinduan dan kebahagiaan yang tak terucap. “Keira…” Aria berbisik, suara lirihnya tenggelam dalam keramaian festival, namun cukup bagi Keira untuk mendengarnya. “Aria, aku tahu kita akan bertemu lagi,” jawab Keira dengan senyuman lembut. Mereka berjalan berdua di taman itu, melanjutkan percakapan yang dulu tertunda. Kali ini, keduanya lebih terbuka, berbicara tentang perasaan yang selama ini hanya terpendam dalam hati. Aria menceritakan perasaan rindu yang ia alami setiap hari, dan Keira mengakui bahwa ia pun merasakan hal yang sama. Keduanya semakin yakin bahwa pertemuan ini bukanlah kebetulan; benang merah takdir memang telah mengikat mereka sejak lama. Di bawah langit yang dipenuhi lampion, Aria dan Keira berhenti sejenak, memandangi pemandangan indah di sekitar mereka. Aria mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Keira dengan lembut, seolah-olah ia takut keajaiban ini akan hilang. “Keira, entah apa yang takdir rencanakan untuk kita, tapi aku ingin kita tetap bersama. Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu, lebih dari sekadar mimpi,” ucap Aria dengan suara yang penuh ketulusan. Keira menatap Aria, merasa bahwa inilah saat yang ia tunggu-tunggu. “Aria, aku juga merasakan hal yang sama. Aku percaya pada takdir, dan aku percaya bahwa benang merah itu akan selalu membawa kita bersama.” Di bawah pohon sakura yang berkilauan dalam cahaya lampion, mereka mengucapkan janji dalam hati untuk tetap bersama, apapun yang terjadi. Pertemuan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan yang akan mereka tempuh bersama, mengikuti arahan benang merah takdir yang telah menyatukan mereka. Di tengah keramaian festival, mereka merasa seperti satu-satunya orang di dunia, terhubung dalam keheningan dan keindahan malam itu. Dan meskipun mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, mereka yakin bahwa selama benang merah itu masih ada, mereka akan selalu dipertemukan kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD