2.

806 Words
Mobil yang dikendarai oleh Nizar berhenti di depan gerbang sebuah rumah yang bisa dibilang cukup megah. Ya, sekarang ia sudah sampai di rumah sahabatnya itu sesuai permintaan dari Althaf tadi siang. Tak menunggu waktu lama, satpam rumah Althaf segera membukakan gerbang agar mobil dari sahabat majikannya itu bisa segera masuk ke rumah. "makasih ya Mang." ucap Nizar ramah sambil tersenyum. "ya Mas. " jawab satpam rumah Althaf yang biasa dipanggil Mang Asep. Setelah memarkirkan mobilnya, Nizar segera turun dari mobil dan menuju pintu utama rumah megah itu. "Assalamualaikum.. " salam Nizar sambil memencet bel. "Wa'alaikumsalam, eh Mas Nizar udah sampai. Ayo silahkan masuk Mas. " ucap ramah seorang perempuan cantik yang tak lain adalah isterinya Althaf--Zahra. Setelah itu Nizar pun masuk ke rumah sahabatnya itu dan telah menemukan Althaf yang sedang duduk santai di atas sofa. "eh, Zar kirain lo bohongin gue tadi. " ucap Althaf seenaknya setelah Nizar ikut duduk di seberangnya. Sementara Zahra sudah menuju ke dapur untuk membuatkan beberapa suguhan untuk tamunya. "bohongin? Kapan gue pernah bohongin lo? Kemaren-kemaren tuh gue emang gak bisa dateng karna ker___" "iya-iya tau, kerjaan mulu di otak lo Zar. Cari jodoh sono, jangan kerjaan doang yang lo pikirin. " Nizar hanya bisa mendengus sambil menyenderkan punggungnya ke sofa mendengar ucapan sahabatnya itu. Entah untuk ke berapa kali ia mendengar ucapan itu dari banyak orang yang ada di sekitarnya. Dia pikir dia belum setua itu sampai-sampai semua orang beramai-ramai menyuruhnya untuk segera menikah. "terus mana adek lo Thaf? " ucap Nizar setelah beberapa saat hening. "belom dateng, ada operasi katanya. Tapi bentar lagi juga dateng kok. " "ohh." jawab Nizar. Ia sudah mengetahui kalau adik sepupu dari Althaf memanglah seorang dokter muda. Tak berselang lama, Zahra menghampiri kedua orang lelaki itu sambil membawa nampan yang berisi dua cangkir teh dan beberapa camilan. Nizar dan juga Zahra memang sudah cukup mengenal, dan hampir setiap hari pula Althaf membawakan bekal untuk Nizar yang itu adalah permintaan dari Zahra sendiri. Awalnya Althaf menolak, ia tidak terima kalau isterinya memasak untuk orang lain. Tapi kemudian Zahra menjelaskan kepadanya bahwa membantu sesama adalah kewajiban dari semua kaum muslimin. Dan apa boleh buat, Althaf pun tidak bisa melawan perkataan isterinya itu karena memang benar adanya. Sementara Nizar? Sudah pasti ia dengan senang hati menerima makanan dari sahabatnya itu. Maklum, dia jarang sarapan pagi selain roti dan s**u. Setelah cukup lama mereka berbincang, yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Thaf, kayaknya adek lo gak jadi deh. Gue balik aja ya? Udah malem nih. " ucap Nizar. "yaahh jangan dong Zar, tunggu bentaran deh. Ntar juga dateng kok Zar. Bentar ya? " "tapi gue ada meeting pagi besok Thaf. Ntar kalo gue kesiangan gimana? Lo juga kan yang rugi? " "......" tidak ada jawaban dari Althaf, dia mulai menimbang-nimbang ucapan sahabatnya itu. "udahlah gue balik duluan, lain kali juga kan bisa Thaf. " ucap Nizar akhirnya mengambil keputusan sendiri sambil berdiri dari tempat duduknya. "Ra, aku pulang duluan ya. Thaf gue balik. Assalamualaikum. " "Wa'alaikumsalam. " jawab keduanya bersamaan. Althaf hanya bisa menatap nanar punggung sahabatnya itu yang sudah mulai menghilang dibalik pintu. Ah, kesal sekali rasanya. Sudah percobaan yang keberapa ini? Tapi sampai sekarang pun Althaf masih belum bisa mempertemukan sahabat dan adik sepupunya itu. "sabar ya Mas, " ucap Zahra mengelus lengan suaminya. Ia tahu betapa besarnya perjuangan suaminya hanya untuk mempertemukan dua orang terdekatnya itu. "gatau lah Ra, kayaknya aku udah nyerah deh nemuin mereka berdua. " jawab Althaf lesu dan hanya mendapat senyuman dari Zahra sebagai balasannya. Setelah itu merekapun hendak masuk kembali ke dalam rumah tetapi urung karena ada suara mobil masuk ke dalam halaman rumah mereka. "Assalamualaikum Mas, Mba. " ucap orang itu yang ternyata adalah Nasya. "Wa'alaikumsalam. " ucap keduanya sambil berbalik arah. "kok baru dateng sih dek? Udah jam berapa ini? Kan kasihan sahabat aku nunggunya lama. " "ya Allah maaf ya Mas, ada operasi dadakan soalnya tadi. Terus Mas Nizar nya mana? Masih ada kan Mas? " Nasya memang sudah mengetahui nama dari sahabat kakaknya itu. Karena memang sudah sejak lama ia mendengar cerita tentang lelaki yang bernama Nizar itu dari kakaknya. "udah pulang." ucap Althaf sedikit kesal dengan adiknya itu. Ia sampai bingung bagaimana caranya mempertemukan kedua orang itu. Pasti sepeti ini kejadiannya. Kalau bukan Nizar yang tiba-tiba ada meeting mendadak pasti Nasya yang ada operasi mendadak atau banyaknya pasien yang tidak biasa. "yaahh maaf ya Mas, abis gimana dong. " ucap Nasya menyesal. "yaudah, mungkin emang belum jodohnya kali Mas buat ketemu hari ini. Lain kali kan bisa. " ucap Zahra dengan suara lembutnya. "yaudah Nasya nginep sini aja ya? Udah malem nih. " ucap Zahra pada Nasya lalu diangguki oleh Nasya. Mereka pun kemudian masuk ke dalam rumah.                                        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD