Seorang wanita dengan mengenakan pakaian kantor datang ke sebuah acara pernikahan. Seluruh tamu undangan yang ada di sana menatap wanita itu dengan penuh tanda tanya. Wanita itu berjalan menuju tempat dimana ijab kabul antara dua mempelai akan dilaksanakan.
Dua orang satpam mencoba memberhentikan wanita tersebut. Namun wanita tersebut memberontak.
"Randika! Jahat kamu! Habis kau nodai aku. Kau menikah gadis lain?! Dasar b******k!!" teriak wanita itu.
Seluruh tamu undangan terkejut bukan main mendengar perkataan wanita tersebut. Terutama kedua orang tua dari mempelai pria bernama Randika.
"Gakk! Lu boong 'kan?! Bang Dika gak mungkin kaya gitu!" bantah seorang gadis yang tak lain adalah adik kandung Randika. "Bang! Lu ngomong dong! Lu gak mungkin ngapa-ngapain sama cewe ini 'kan?"
Randika hanya diam membisu.
"Randika!" panggil Lena ibu kandung Randika. Lena menatap putra sulungnya tidak percaya.
"Dik, lu kok diem?" bisik Rosseta mempelai perempuan.
"Drama murahan macam apa ini?!" bentak Tari ibu dari Rosseta. "Randika benar kamu melakukan sesuatu dengan wanita itu?!"
"Benar, Tante," lantang Randika.
Semua orang yang ada di sana benar-benar syok mendengar jawaban sekaligus pengakuan dari Randika. Rosseta sang mempelai perempuan menutup mulutnya. Ia benar-benar kecewa dengan pria yang duduk di sampingnya.
"Gw gak nyangka, Dik. Gw mau nikah sama lu karena gw pikir lu cowo baik-baik. Gw juga kenal lu dari kecil, gw gak nyangka kalo lu b***t!" seru Rosseta sambil menitiskan air mata.
Lena langsung pingsan setelah mendengar jawaban putranya. Keadaan acara kali ini benar-benar kacau. Galang panik memapah istrinya yang pingsan dan membawanya ke salah satu kamar hotel karena acara yang tengah di laksanakan ada di aula gedung hotel.
Tari memeluk Rosseta erat. Ia mencoba menenangkan tangisan putrinya. Ethan selaku ayah dari Rosseta tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya tidak ingin putrinya menikah dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
"Mama minta maaf, Nak. Mama salah jodohin kamu sama Randika," lirih Tari.
"Nak Randika. Saya butuh penjelasan dari kamu," tuntut Ethan.
Plak
Jesslyn menampar pipi kakak laki-lakinya dengan keras. Ia menarik kerah jas Randika. "Bang! Lu gausah becanda deh. Gak lucu sumpah! Gw tanya sama lu. Siapa cewe itu?!"
Jesslyn menunjuk Wanita yang sedang ditahan oleh kedua satpam tadi. Randika tidak menjawab pertanyaan adik perempuan satu-satunya itu. Ia juga mengalihkan pandangan agar tatapan mereka tidak bertemu.
"Bang! Jawab gw! Lu gak kasihan sama Kak Rosseta? Lu gak kasihan sama ibu? Ibu pingsan, Bang!" bentak Jesslyn.
"Maaf," lirih Randika.
Jesslyn menarik kerah kakaknya lebih kencang. "Maaf? Abang ngomong maaf? Abang pikir dengan maaf semua akan selesai dan kembali kaya semula?!"
"Randika! Gw hamil anak lo Ran!" teriak wanita itu.
"Pak satpam lepasin gadis itu," ujar Ethan.
"Bang jelasin?!" cerca Jesslyn.
Randika menepis tangan Jesslyn dan mencekal pergelangan gadis itu. "Gw harus jelasin gimana lagi Jess?!"
"Gw udah bilang gw yang hamilin cewek itu! Udah jelaskan? Apalagi yang lu butuhin?!" bentak Randika. "Masih kurang jelas?"
Jesslyn syok dengan perlakuan kakaknya. Ia menarik tangannya yang di cekal oleh Randika. "Lu bentak gw? Bang! Lu bentak adek lu sendiri?!"
"Lu duluan, Jesslyn. Gw udah bilang iya ya iya. Masih kurang?" maki Randika.
"Sudah-sudah masalah ini kita selesai saja dengan kepala dingin. Kalau sama-sama emosi gak akan selesai," ujar Galang yang baru saja kembali.
"Apa lagi yang harus diselesaikan Pak Galang? Saya tidak ingin punya menantu laki-laki b******k seperti anak Anda," tekan Tari.
"Saya juga tidak mau menikahkan putri saya dengan laki-laki hidung belang dan suka main wanita, Pak," ucap Ethan.
"Iya saya tau, saya juga sudah dengar teriakan Randika tadi. Akan tetapi tidak enak juga jika kita bersitegang seperti ini," ucap Galang. "Dengan hormat saya meminta para tamu undangan sekalian untuk kembali ke rumah dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Saya ucap mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan para hadirin sekalian. Sekali lagi kami mohon pengertiannya."
Para tamu undangan sedikit demi sedikit pergi dari tempat tersebut. Sekarang tersisa Jesslyn, Randika, Rosseta, Tari, Ethan, Galang, Kakek nenek Randika, dan kakek nenek Rosseta. Ada juga beberapa kerabat dekat yang masih ada di tempat.
Galang berjalan mendekati wanita itu. "Siapa namamu?"
"Fahira,"
"Fahira ikut kami sebentar bisa?" tanya Galang.
"Tentu saja," jawab Fahira.
Mereka semua pergi menuju ruangan privat untuk berdiskusi. Keadaan di ruangan tersebut hening. Mereka menunggu Lena sadar dan datang ke ruangan tersebut. Tak lama yang ditunggu-tunggu akhirnya datang dengan langkah tergesa-gesa.
Brak
Lena membuka pintu dengan keras. "Randika!"
Wanita paruh baya itu langsung berjalan mendekati Randika. Wajah Lena merah padam karena marah, dadanya juga naik turun tidak beraturan.
"Randika! Jelaskan!" tekan Lena.
"Sayang, kamu tenang dulu ya," ujar Galang memapah istrinya agar duduk agak berjauhan dari Randika. "Biar Dika dan Fahira yang menjelaskannya pelan-pelan."
"Fahira yaa, nama lo Fahira 'kan? Gw gak yakin lu hamil anaknya bang Dika, pasti itu anak orang lain 'kan? Gak mungkin juga abang gw doyan modelan kek lu," hina Jesslyn. "Lagian mau dilihat darimana aja lu tu l***e. Bisa aja tu anak orang lain!"
"Jesslyn! Oma gak pernah ngajarin kamu bersikap gak sopan!" bentak omanya.
"Loh, orang dia duluan yang gak sopan. Mana ada cewe tiba-tiba dateng ke acara pernikahan trus teriak-teriak kalo dia udah hamil!" seru Jesslyn.
"Sudah.Fahira bisa ceritakan detailnya pada kami?" tanya opanya Randika.
Fahira mengangguk. "Bisa,"
***
6 minggu yang lalu...
Fahira sedang minum di sebuah bar bersama beberapa rekannya saat pulang dari kantor. Mereka ke sebuah bar untuk merayakan kenaikan jabatan salah satu rekan mereka.
"Fahira! Tambah lagi lah! Masa cuma segitu? Cepu banget!" teriak salah satu rekan Fahira.
"Tambahlah Reno ini yang bayar!" seru rekan yang lain.
Fahira tidak bisa melihat dengan jelas wajah rekan-rekan pandangan sudah mulai kabur. Ia sudah mabuk. Namun gelasnya terus menerus diisi alkohol oleh rekannya dan Fahira terus menerus meneguk minuman tersebut. Fahira segera berlari sempoyongan menuju kamar mandi karena ia merasa mual. Saat menuju kamar mandi Fahira menabrak seorang pria yang tak lain adalah Randika.
Fahira yang sudah mabuk berat pingsan dalam pelukan Randika. Ia tidak tahu kejadian selanjutnya. Yang Fahira ingat ia terbangun Fu sebuah hotel tanpa mengenakan sehelai benang pun dan diatas kasur tertinggal kartu tanda pengenal milik Randika.
***
"Jadi begitu ceritanya," ujar Fahira.
"Gak jelas banget sih! Masa cuma gara-gara kartu pengenal abang gw ada di situ lu langsung nuduh bang Dika sih?!" cerca Jesslyn.
"Jesslyn kamu diam dulu!" tegas Galang. "Randika apa benar kamu melakukan itu dengan Fahira?"