Hello 02 - Ketos Idaman

1835 Words
"Loh, Bianca?" gumam Fenia terkejut saat ia melihat Bianca yang tengah sibuk dengan buku catatannya. Gadis itu meski di hari libur pasti tidak akan pernah absen untuk mencatat materi yang ia dapatkan. Bianca memiliki kebiasaan untuk mencatat berbagai materi dan wawasan yang ia dapat dari banyak sumber. Bianca menengok sebentar dan kembali fokus pada catatannya. Dua minggu lagi ia akan menghadapi ujian dan sudah sepatutnya ia mempersiapkannya dari jauh-jauh hari. Ia harus mencari lebih banyak referensi dari materi yang diberikan oleh ibu dan bapak gurunya di sekolah. "Kenapa lo enggak di sana aja, lihat penampilan peserta lain gitu?" tanya Fenia sambil melirik pada gaun yang telah tergantung rapih di salah satu sudut tembok kelasnya. Fenia duduk di samping Bianca. Ia memperhatikan dengan jengah Bianca yang masih saja sibuk dengan catatannya. Berkali-kali gadis itu menggulir layar ponselnya dan mencatat apa saja yang ia anggap penting. "Bianca," panggil Fenia lagi saat tak mendapati jawaban dari Bianca. Bianca memang seperti itu, jika sudah belajar dia akan mengabaikan banyak hal. "Dua minggu lagi ujian, Fen. Gue mau belajar, gue enggak mau nilai gue sampai turun," jawab Bianca sambil melirik malas pada Fenia yang mendengus kesal mendengarnya. Fenia kemudian melirik ke arah pintu saat Tania dan Siska memasuki kelas sambil membawa nampan yang berisi beberapa mangkuk bakso. Ia memberi kode pada Siska dan Tania agar meletakkan bakso yang mereka pesan di atas meja. "Bianca, makan dulu, nih! Dari tadi lo belum makan, perut lo pasti kosong. Apa lagi sekarang udah masuk jam makan siang," ujar Siska sambil menyodorkan semangkuk bakso untuk Bianca. Bianca mengangkat kepalanya dan dengan cepat menggeser bukunya. Ia memberikan jarak sejauh mungkin antara buku dan mangkuk baksonya. Jangan sampai bukunya terkena noda dari bakso yang ia makan. "Thanks, tapi kenapa cuma tiga?" tanya Bianca heran saat ia hanya melihat ada tiga mangkuk di depannya. Ia menaruh sendok yang tadi sempat ia pegang dan menjauhkan mangkuk baksonya lagi. "Tadi kita pesen tiga karena gue kira lo ada di sana. Biasanya lo selalu bersosialisasi sama perwakilan sekolah lain. Eh ternyata, pas gue ke sini lo malah ada di sini juga. Ya udah baksonya buat lo aja, gue bisa pesen lagi," jelas Siska sambil memperhatikan Bianca yang terus mempertahatikan wajah teman-temannya. Bianca mengangguk paham. "Iya, lo bener. Cuma dua minggu lagi mau ujian dan gue harus menyiapkannya dari sekarang. Jadi, gue udah minta Argaf untuk mewakilkan gue dulu sementara. Gue juga mau ada olimpiade satu bulan lagi dan menurut gue dengan gue yang ikut serta di dalam lomba udah cukup memenuhi tanggung jawab gue. Lagi pula pertandingan kali ini enggak formal banget, cuma buat seru-seruan aja." Semua memang benar. Sebagai ketua osis yang bertanggung jawab, Bianca biasanya selalu menghadiri setiap acara yang melibatkan osis di sekolahnya. Ia selalu menjalin hubungan pertemanan dengan perwakilan osis dari sekolah yang lain. Jika sedang ada perlombaan seperti ini, Bianca biasanya selalu berpisah dengan mereka karena teman-temannya itu bukanlah anggota osis. Bianca akan berkumpul dengan perwakilan osis lainnya dan membicarakan banyak hal. Namun kali ini, Bianca memilih untuk tidak terjun langsung mewakili sekolahnya. Ia hanya ikut dalam sebuah lomba sebagai formalitas saja karena memang saat Bianca sedang belajar, ia tidak bisa diganggu sedikit saja. "Ya udah, lo pesen lagi, gih! Kita makan bareng aja," putus Bianca sambil melirik Siska yang langsung berdiri dan berjalan keluar kelas. Suasana hening saat Siska pergi meninggalkan mereka karena di antara mereka yang paling banyak bicara memanglah Siska. Siska memang tidak pernah diam. Bisa dibilang pecicilan dan tidak seperti ketiga temannya, yaitu Bianca, dan si kembar Fenia dan Tania. Tidak butuh waktu lama bagi Siska untuk kembali ke kelas karena bu Nirah—penjual bakso—sudah sangat hafal dengan tabiat Siska yang pecicilan dan suka sekali menyerobot antrian. Mereka makan bersama setelah Siska duduk dengan sempurna. Namun di tengah-tengah acara makan mereka, Siska kembali beraksi sehingga membuat teman-temannya yang sedang nikmat menyantap bakso itu pun terkejut. Brak!  "Bianca! Gue dapat berita!" pekik Siska heboh saat ia menatap Bianca yang kini menatapnya tajam. Ia membulatkan matanya saat ia mengingat jika tadi Bianca santer diberitakan. Bahkan Siska yakin jika semua penggibah berkumpul saat itu juga. Bianca akan selalu menjadi perbincangan hangat mereka. "Bodo! Gue kaget!" balas Fenia dan Tania bersamaan. Dua gadis kembar yang sama sekali tidak mirip itu benar-benar merasa terkejut dan jantungan secara tiba-tiba karena pekikan Siska yang berhasil membuat bakso yang akan Tania suapkan ke dalam mulutnya jatuh ke lantai. Tania menatap Siska kesal karena sang pelaku justru menyengir lebar karena telah menjatuhkan baksonya. "Kurang ajar lo! Bakso gue jatoh, kan!!" Siska menyengir semakin lebar. Ia meminta pertolongan pada Bianca yang masih menatapnya tajam. Ditatap seperti itu oleh Siska membuat Bianca menghela napasnya. Selalu saja seperti ini. Siska akan selalu menjadi biang keributan di antara mereka. "Udah jangan ribut, yang jatoh cuma satu baksonya. Nih, gue kasih bakso gue buat lo!" lerai Bianca sambil memberikan satu baksonya sebagai pengganti bakso Tania yang jatuh karena Siska. Di antara mereka memang Biancalah yang paling dewasa. Ia selalu bersikap tenang, tetapi tidak menakutkan. Maksudnya, Bianca selalu berhasil membuat orang yang berada di sekitarnya merasa hangat dan senang. Bianca seperti tidak pernah emosi berlebihan seperti anak remaja kebanyakan. Ia selalu tenang dalam menghadapi berbagai permasalahan. Dan hal itulah yang membuat pesona seorang Bianca Frischella Adrienne semakin bersinar. "Berita apa yang lo dapat?" tanya Bianca saat mereka telah menyelesaikan makan mereka dan menumpuk mangkuk bakso itu di atas nampan. Siska mendekatkan wajahnya pada Bianca. Ia menatap Bianca penuh selidik. "Lo habis ngobrol sama ketos dari SMA JUARA, kan?" tanya Siska penuh selidik. Mendengar pertanyaan Siska, Tania dan Fenia yang tertarik pun ikut mendekatkan wajah mereka. Mereka tahu betul siapa yang tengah Siska maksud. Bianca menaikkan sebelah alisnya. "Lo tahu?" tanya Bianca balik sambil menyadarkan punggungnya di kursi. Mendengar hal itu, Siska pun menggeleng pelan. "Terus?" tanya Bianca, Fenia, dan Tania bersamaan. Siska menjadi salah tingkah. "Gue denger beritanya aja, bukan lihat langsung. Gue cuma mau mastiin aja, lo bener ketemuan sama pangeran dari SMA JUARA?" tanya Siska lagi. Jika memang benar hal ini terjadi, maka berita ini mungkin akan menjadi berita paling hangat yang akan terjadi beberapa waktu ke depan. Primadona sekolah dan pangeran sekolah. Cocok sekali! Bianca mengangguk membenarkan. "Ya, ternyata dia orang yang teriak pas gue lagi tampil," jawab Bianca membuat Siska dan si kembar menahan napas mereka. Ini seperti mendapatkan harta karun! "Gila, sih. Lo keren banget bisa dapat kesempatan deket sama itu cowo yang katanya, sih, dingin enggak ketulungan. Eh, btw kalian cocok, loh! Dia cakep, pinter, berprestasi dan lo juga sama. Paket lengkap pokoknya!" celoteh Siska mendapat anggukan penuh semangat dari Tania dan Fenia. "Menurut gue biasa aja karena gue enggak berniat untuk deket sama dia. Gua cuma menjalankan kewajiban gue doang!" Siska pun mendengus jengkel. Jika saja ia berada di posisi Bianca, sudah ia jerat lelaki itu. Tidak akan ia biarkan pergi sebentar saja. Meski Bianca banyak disukai lelaki dan tak jarang dari mereka mengejar Bianca, Bianca tetap saja menjaga jarak. Bianca masih terlalu fokus pada pendidikannya karena ia tidak ingin jika pendidikannya akan menjadi nomor yang ke sekian saat ia telah mengenal cinta. Pendidikan tetap nomor satu! ***** "Selamat Bianca. Lagi-lagi kamu memenangkan olimpiade dan berhasil mendapatkan juara satu. Kamu membuat kami semua bangga!" puji kepala sekolah saat melihat Bianca yang tengah memegang pialanya. Gadis itu tampak sangat senang dan berbunga-bunga saat lagi dan lagi dirinya berhasil memenangkan perlombaan yang ia ikuti. "Terima kasih, Pak," balas Bianca sambil menjabat tangan gurunya dengan satu tangannya yang tidak memegang piala. Ia kemudian mengangkat pialanya tinggi dan menunjukkan pada semua orang yang saat ini tengah berkumpul di lapangan. "Kak Bianca hebat!" "Selamat Kak Bianca!" "Gila, keren banget!" Bianca semakin melebarkan senyumnya saat mendengar berbagai pujian yang dilontarkan padanya. Bianca merasa sangat bangga karena ia kembali membawa nama sekolahnya dengan prestasi yang ia dapatkan saat ini. Bianca benar-benar tidak menyangka jika ia akan mendapat juara pertama dalam olimpiade kali ini karena menurut Bianca, saingannya sangat sulit untuk dikalahkan. Namun, rupanya Biancalah yang menang. Ia tetap bisa menjadi juaranya meski Bianca sendiri benar-benar merasa sulit membagi waktunya. Setelah itu, Bianca pun turun dari podium dan langsung mendapatkan sambutan yang jauh lebih meriah saat ia telah berada di tengah-tengah murid sekolahnya. Mereka menyambut Bianca dengan heboh dan penuh semangat. Bianca bahkan diangkat oleh beberapa temannya. Bianca sempat memekik terkejut, tetapi ia terkekeh senang setelahnya. Saat Bianca terkekeh, hampir semua orang terperangah. Bianca tampak sangat cantik dengan rambut panjangnya yang diikat, wajah naturalnya, dan bibirnya mungilnya yang terkekeh kecil. "Bianca! Bianca! Bianca!!" teriak mereka kompak. Para guru yang melihat hal itu pun hanya bisa memakluminya karena hal ini memang akan selalu terjadi jika Bianca berhasil memenangkan sebuah perlombaan. Anak-anak muridnya itu akan selalu bertingkah heboh jika mendengar berita yang berkaitan dengan Bianca. ***** "Lo keren banget, Bianca. Sekali lagi lo berhasil bikin keributan," puji Siska setengah mendumel saat ia kembali menerima teguran dari para guru karena beberapa penggemar Bianca memasuki kelasnya dan membuat keributan. Bianca memandang Siska dengan kasihan. Ia merasa bersalah. Jujur saja, Bianca tidak ingin terus merepotkan Siska, tetapi ia juga tidak dapat bertindak apa-apa. "Maaf, ya," ucap Bianca. Siska mengangguk malas mendengarnya. "Gue maafin, tapi traktir gue, ya?" pinta Siska memanfaatkan kesempatan sehingga membuat Fenia dan Tania mendengus mendengarnya. Siska pasti selalu memberikan embel-embel di akhir katanya. Benar-benar menyebalkan! "Oke, gue traktir. Sekarang kita ke kantin, gue bakal beliin apa aja yang kalian mau!" Agar adil, Bianca memilih untuk memberi traktiran pada ketiga teman dekatnya. Ia tidak ingin dinilai pilih kasih karena menurutnya mereka bertiga sama saja. Mereka pun langsung pergi ke kantin saat mendengar bel istirahat berbunyi. Jujur saja, mereka merasa bosan karena tadi guru mereka tidak hadir dan hanya memberikan mereka tugas sehingga mereka tidak memiliki pekerjaan lain selain duduk diam menunggu jam istirahat. Meski Fenia, Tania, dan Siska tidak serajin dan sepintar Bianca, mereka tetap lebih suka jika guru mereka ada di kelas dibanding jam kosong dan hanya diberi tugas karena bagi mereka sama saja, mereka akan tetep terjebak di dalam kelas yang sangat membosankan. Mereka butuh hiburan! Bruk!  "Akh!" pekik Bianca saat ia harus terjatuh karena lantai yang ia injak teramat licin. Bianca meringis kesakitan di tempatnya. Ia perlahan-lahan berdiri dengan bantuan teman-temannya yang masih setengah terkejut karena memang tadi Bianca berjalan di depan mereka. Melihat Bianca yang terjatuh, orang-orang pun berkumpul dan langsung melirik horor pada seorang gadis yang tengah berdiri di dekat pintu dan tengah memegang tongkat pel beserta sebotol cairan pembersih lantai. Gadis itu menunduk dalam karena ia benar-benar ketakutan saat ini. Ia tanpa sengaja telah membuat ketua osis yang begitu dihormati itu terjatuh karena kecerobohannya. Bianca yang menyadari hal itu pun lekas mendekati gadis yang saat ini tampak ketakutan. Ia mengelus bahunya lembut membuat gadis itu dengan spontan menunduk beberapa kali. "Maaf, maaf, Kak! Aku bener-bener enggak sengaja!" pintanya berkali-kali sambil terisak pelan. Ia semakin takut saat ini. Bukannya marah, Bianca justru tersenyum lembut. "Enggak masalah. Ini salahku juga yang enggak lihat-lihat padahal kamu lagi ngepel tadi. Maaf, ya, karena aku udah injak lantainya sebelum kering." Dan setelahnya, suasana pun menjadi riuh karena para penggemar Bianca kembali bersikap heboh. Bianca benar-benar idaman!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD