BAB 9

1255 Words
Ansel pergi ke kamar dalam waktu yang cukup lama, dan Jessica juga merasa sangat bosan menunggunya. Ia sesungguhnya ingin bertanya kepada Ansel mengenai benda yang baru saja dirinya sentuh, dan gilanya benda itu sungguh terlihat aneh baginya. Jessica kemudian langsung saja berdiri, ia melangkah ke arah kamar mandi, dan segera mengetuk pintu. Jessica lantas berkata, “Apa kau masih hidup?” Tidak ada jawaban yang Jessica peroleh, dan hal itu membuatnya bingung. Jessica kemudian kembali mengetuk, dan masih tidak ada tanggapan sama sekali. Hah … apa yang sedang terjadi? Kenapa ia merasa jika Ansel dalam keadaan yang tidak baik? Jessica langsung saja menepis pikirannya itu, ia kembali ke ranjang, dan langsung saja berbaring. Matanya mengamati langit-langit ruangan, lalu menutup matanya itu sejenak. Ia merasakan sesuatu yang begitu menusuk di hatinya, ingatan masa lalu yang begitu kelam, dan membuatnya tidak berani untuk jatuh cinta sejak dulu. Jessica menghela napas, ia tak bisa terus mengurung diri. Wanita itu bahkan berharap Ansel bisa membuatnya keluar dari trauma masa lalu itu, sekaligus membuatnya bisa menyelesaikan novel romansa yang menjadi penentu kariernya di dunia literasi. ‘Memikirkannya saja tidak akan membuahkan hasil. Hah … aku memang harus mencoba semuanya, dan menjadikan semuanya bisa menarik bagi banyak orang.’ Jessica membuka matanya lagi, ia kemudian mengamati sekitar, dan merasa sangat kesepian. ‘Dulu aku punya banyak sekali teman untuk berbagi. Tapi … mereka semua pergi, bahkan tidak ada yang mau mengenalku lagi. Aku yang dulu sangat tidak berguna, jelas saja tidak akan menguntungkan bagi siapa pun. Tapi … tapi … tapi karena semua itu juga aku bangkit dari keterpurukanku.’ Ya … Jessica memang korban bullying di sekolahnya, ia bahkan menggunakan uang agar ada beberapa orang yang mau berteman dengannya. Tapi … jika dia tidak punya cukup uang, maka tidak akan ada yang mau menjadi temannya. Sejak sadar jika semuanya selalu salah, Jessica memutuskan untuk berdiri sendiri, tidak punya teman, bahkan keluar dari rumah kakek dan juga neneknya. “Aku kira kau tidak bisa melamun,” ujar Ansel.       Jessica langsung tersadar, ia membuka matanya lagi, dan memerhatikan Ansel yang sudah berhasil mengenakan pakaiannya dengan sempurna. “Kenapa kau hanya diam?” tanya Ansel. “Bukan urusanmu,” balas Jessica. Ia segera duduk, lalu berdiri, dan keluar dari kamarnya. Wanita itu kembali mengabaikan Ansel, memilih untuk melanjutkan pekerjaannya daripada bicara dengan Ansel. Keadaan hatinya tiba-tiba saja tidak dalam keadaan yang baik, luka masa lalu jelas saja membuat Jessica bisa berubah dengan cepat. Jika saja itu kenangan yang indah, mungkin akan ada alasan baginya untuk tersenyum. Hanya saja …ya … hanya saja itu kenangan buruk, kenangan yang memperjelas jika dirinya sangat bodoh. Ck … memikirkan tentang menggunakan uang untuk memiliki beberapa teman sudah membuat Jessica sangat merasa malu pada diri sendiri, apalagi jika dia ingat tentang beberapa hal lain yang akan membuat harga dirinya semakin hancur. Ansel yang melihat keanehan Jessica tidak bisa mengucapkan apa pun, ia hanya diam, dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Sepertinya dia memang harus mengerti masalah wanita terlebih dahulu, dan dia bisa dengan mudah mendekati Jessica. Jika terus seperti saat ini, maka misi untuk membuat Jessica jatuh cinta kepadanya hanyalah sebuah wacana, dan secara tidak langsung maka dia gagal dalam pekerjaannya. Ansel menarik napas, ia kemudian menghampiri meja rias Jessica, dan meraih ponselnya yang ada di sana. Langsung saja Ansel menghubungi temannya, berharap diberikan beberapa tips untuk meluluhkan hati seorang wanita. Tapi … bukankah dia Raja Host? Seharusnya ia tahu bagaimana membuat Jessica jatuh cinta kepadanya. “Bodoh,” ujar Ansel pada dirinya sendiiri. Hanya karena menghadapi Jessica ia bisa melupakan caranya membuat seorang wanita menjadi nyaman. “Halo, ada apa, Ansel?” tanya seseorang yang tadi ditelepon oleh Ansel. Ansel yang sedang merenung langsung saja tersadar, ia cukup kaget karena sambungan telepon begitu cepat disambut oleh temannya. “Ada apa denganmu?” tanya temannya lagi. “Tidak, bukan apa-apa.” Ansel langsung saja menutup sambungan telepon, ia kemudian menarik napasnya, dan langsung saja meletakkan ponselnya di atas meja. Mata Ansel terarah ke jendela, dan ia melihat cuaca yang tidak begitu baik hari ini. Sepertinya akan terjadi hujan deras, dan mungkin saja ia bisa membuatkan makanan atau minuman hangat untuknya dan Jessica jika itu terjadi. Ansel yang tidak ingin mengulur waktu langsung saja keluar dari kamar, ia menutup pintunya lagi, dan memutuskan untuk menemui Jessica di ruangannya. Semoga saja wanita itu tidak melakukan hal-hal aneh kepadanya lagi, atau semoga saja tidak ada pertanyaan yang membuatnya merasa tidak nyaman. … Jessica kini sedang duduk dengan ponsel yang berada dalam posisi miring. Ia sepertinya sedang memainkan salah satu game online, dan melupakan pekerjaannya sejenak. Yang jelas … dirinya sedang mencari penghiburan dari rasa lelah dan mencekik yang ada dalam keseharian bahkan hidupnya. Sejak tadi wajahnya sudah terlihat sangat serius, jempolnya juga bergerak dengan cepat, dan secara otomatis ia juga melupakan keadaan yang ada di sekitarnya. Bahkan Jessica sama sekali tidak sadar jika Ansel sudah masuk ke dalam ruangannya, belum lagi Ansel memerhatikannya dengan saksama. “Apa yang kau lakukan?” tanya Ansel yang malas menunggu Jessica menyadari jika dia ada di dalam ruangan itu. Jessica yang mendengar suara Ansel langsung saja menatap, ia menghela napasnya panjang. “Apa yang kau inginkan?” “Aku ingin bersama wanita yang sudah menyewaku beberapa waktu lalu.” “Ha?” Jessica merasa bingung. “Aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Ayo kita berkencan, dan aku tidak menerima penolakan darimu.” “Apa?” Jessica meletakkan ponselnya di atas meja. “Ayo kita berkencan. Sebentar lagi sepertinya turun hujan, aku ingin bermain hujan bersamamu.” Jessica masih belum memahami apa yang Ansel maksud, ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. “Apa yang ingin kau lakukan?” “Aku mengajakmu berkencan, aku ingin bermain hujan denganmu.” Jessica kaget, Ansel mengajaknya untuk pergi bersama, belum lagi bermain hujan. Ia merasa hal itu memang menyenangkan, tapi … tapi ia takut jika diantara mereka berdua ada yang akan sakit karena tidak bisa bertahan dalam cuaca yang begitu buruk. “Setelah bermain hujan, aku berjanji akan membuatkanmu minuman yang spesial. Apa kau suka cokelat hangat? Atau kau menyukai teh hangat? Katakan apa yang kau suka, aku akan membuatkannya spesial untukmu.” Mendengarnya jelas saja membuat Jessica terpaku, ia kemudian mengingat kejadian di masa lalu. Tidak … Ansel melakukan semua itu bukan karena pria itu mau, tetapi Ansel melakukannya karena dia sudah membayar. Hah ... lebih baik tidak sama sekali, biarkan saja terus seperti ini, biarkan mereka menjalani semuanya dengan perlahan, dan tidak perlu hal-hal konyol seperti itu. “Keluarlah, aku tidak ingin melakukan apa pun.” Ansel kaget, kenapa Jessica tidak ingin melakukan hal yang dirinya sarankan? Bukankah bermain hujan, berkencan, dan ya … misalkan saja membuat cokelat hangat adalah sesuatu yang terkesan romantis dan juga manis? Lantas … lantas bagaimana dia bisa membuat Jessica mulai merasa jika dirinya adalah pria yang baik dan pantas mendapatkan cinta dari wanita itu sendiri? “Kenapa kau hanya diam? Keluar, dan jangan ganggu aku.” Ansel yang tidak terima langsung saja mendekat, ia menarik tangan Jessica, dan menciumi bibir wanita itu. Ansel menahan tengkuk Jessica, dan tidak peduli dengan pemberontakan wanita itu. Yang jelas … ia melakukan semuanya karena ingin Jessica cepat jatuh cinta padanya, dan ia bisa kembali ke kehidupannya yang dulu. Oh … bukan hanya karena hal itu saja. Ansel juga tidak ingin nama baiknya sebagai Raja Host pupus begitu saja jika gagal dalam merebut hati Jessica. Hah … dia akan melakukan segala macam cara agar Jessica dengan senang hati memberikan hati dan cinta kepadanya. Ya … apa pun demi hal itu terjadi dengan cepat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD