Jessica baru saja selesai dengan beberapa naskah novelnya, ia kemudian membacanya, dan merasa sedikit pusing. Sepertinya memang sangat sulit membuat novel romansa, apalagi jika masalah yang ada pada novel itu hanya hal yang biasa saja.
Wanita itu melepaskan kacamatanya, ia kemudian menggeliat, dan ingat jika saat ini ada Ansel di apartemennya. Sesungguhnya Jessica tidak begitu suka berbagi apa saja dengan orang lain, tetapi ia juga tidak punya pilihan. Jika dirinya tidak bisa merasakan apa itu jatuh cinta, maka ia tidak akan bisa menyelami adegan demi adegan yang ada di dalam novelnya.
Wanita itu kemudian berdiri, mungkin bicara dengan Ansel tentang beberapa hal adalah hal yang tepat. Kali ini ia harus melihat dengan jelas kemampuan Ansel sebagai seorang Host, memerhatikan fisik Ansel dengan saksama, dan itu juga demi menghidupkan karakter di dalam novelnya.
Setelah keluar dari ruang kerjanya Jessica menatap ke segala arah, ia kemudian melangkah lagi, dan mencari keberadaan Ansel di kamar tidurnya. Entah kenapa wanita itu yakin jika Ansel ada di dalam kamar, dan mungkin saja pria itu sedang tidur atau bermalas-malasan.
Tidak memerlukan waktu lama bagi Jessica untuk tiba di kamarnya, dan tanpa permisi ia langsung saja masuk. Matanya kemudian menatap ke berbagai arah, dan melihat Ansel yang sedang membaca salah satu komik yang ada di rak bukunya.
“Ansel,” tegur Jessica.
Ansel yang sedang membaca komik itu langsung saja menatap. “Ada apa?”
“Aku ingin bicara dan mencatat detail semua tentang dirimu,” balas Jessica.
Ansel langsung menutup komik itu, ia juga meletakkannya pada tempat semula, dan langsung menghampiri Jessica. “Di mana kita melakukannya?”
“Di kamar juga tidak masalah.” Jessica langsung menghampiri meja riasnya, ia kemudian membuka laci, dan mengambil pulpen, buku, lalu pengukur tubuh.
Ansel yang melihat hal itu hanya diam, ia tidak tahu apa yang Jessica inginkan, tetapi ia juga tak ingin berpikir buruk dan menarik kesimpulan jika Jessica akan melakukan hal yang aneh.
Jessica yang sudah selesai dengan semua persiapan kemudian menuju ke arah sofa yang agak jauh dari ranjang, ia kembali menatap Ansel. “Buka semua pakaianmu, dan jangan banyak membantah.”
“Apa?” Ansel merasa otaknya baru saja menyaring sesuatu yang aneh.
“Aku ingin kau telanjang di depanku,” balas Jessica tanpa ragu. Walau ia sebenarnya juga tidak menyukai pria telanjang bulat, tetapi demi kelancaran riset untuk novelnya yang baru tidak akan ada masalah dengan hal itu.
Ansel ingin mengatakan jika dia tak ingin melakukannya, tetapi saat melihat wajah serius Jessica ia menyerah. Ada kalimat legendaris yang menari dalam otaknya. ‘Pelanggan adalah Raja’ itulah kalimat yang menjadi pendorong untuknya.
“Cepat lakukan, aku tidak punya banyak waktu hanya untuk mendengar penolakan darimu.”
‘Apa dia wanita yang m***m? Apa dia pikir jika telanjang di depan seorang wanita itu adalah sesuatu yang mudah?’
“Ansel!”
Ansel yang sedang melamun langsung saja tersadar, ia kemudian menghela napas, lalu melepaskan satu per satu kain yang menutupi tubuhnya. ‘Wanita aneh! Dasar wanita m***m! Wanita gila!’
Jessica yang melihat Ansel melakukannya dengan perlahan hanya bisa menahan diri, ia menarik dan menghela napas, mencoba untuk tetap tenang. Ini pertama kalinya ia melakukan riset yang sangat parah, tetapi itu juga demi cita-cita dan juga kesuksesan novelnya.
“Lalu apa lagi?” Ansel membelakangi Jessica, ia belum siap untuk memperlihatkan tubuh bagian depannya.
“Kenapa kau malah membelakangiku?”
Ansel ingin sekali mengatakan jika apa yang Jessica minta adalah hal yang sangat memalukan untuknya. Tetapi ia juga tak ingin ada keluhan dari Jessica dengan kinerjanya. Dengan sangat terpaksa dia memperlihatkan tubuh bagian depannya, dan menahan rasa malunya.
Pria itu menghela napas, ia kemudian memerhatikan Jessica yang hanya menatap datar padanya. Apa wanita itu sedang menikmati pemandangan indah? Atau … jangan-jangan Jessica tidak tertarik pada tubuhnya?
Jessica yang sudah bisa menguasai dirinya kemudian berdiri, ia mulai mengukur tubuh Ansel. Dan mencatatnya dengan rinci pada buku. Wanita itu juga membelai kulit Ansel, kemudian mencatat apa yang dirasakannya kala menyentuh pria itu. Tidak sampai di situ saja, Jessica membelai rambut Ansel yang sedikit panjang, kemudian membuka ikat rambut pria itu, dan menghirup aroma yang menguar dari setiap helaiannya.
Ansel merasa sangat risi, tetapi ia tetap mencoba bertahan. Pria itu berharap Jessica tidak melakukan hal gila yang bisa membuatnya merasakan sesuatu yang tidak seharusnya.
“Aku ingin mengukur kejantananmu, dan aku juga tidak menerima penolakan!”
Ansel membelalakkan mata, ia langsung menjauhi Jessica. “Apa kau gila?”
“Tidak, aku sedang melakukan riset.”
“Tapi tidak perlu sampai seperti itu!”
Jessica menghela napas, ia kemudian menatap Ansel tajam. “Aku tidak tertarik padamu, dan kau tidak perlu berpikir macam-macam. Apa yang aku lakukan sudah disetujui oleh atasanmu. Dia tahu untuk apa aku menyewamu, dan aku tak ingin kau melawan semua kehendakku.”
‘Bos … aku mengutukmu!’ Ansel menahan rasa ngerinya, ia sungguh tidak menyangka jika Jessica bisa menjadi wanita gila dan tidak memikirkan perasaan seseorang.
“Ansel!”
Ansel yang sekali lagi mendengar kenyataan jika sang atasan sudah menyetujui semuanya hanya bisa diam, dan ia memejamkan matanya.
Jessica yang melihat hal itu merasa jauh lebih baik, ia kemudian menyentuh kejantanan Ansel, dan mengukurnya. Ada rasa gugup kala harus menyentuhnya, tetapi ia harus tetap kuat demi risetnya itu.
Ansel yang merasakan sentuhan tangan Jessica menahan napasnya, semoga saja kejantanannya tidak mengeras, dan tidak membuatnya menderita. ‘Tuhan … ini sangat memalukan!’
“Ansel, aku dengar benda ini bisa membesar. Apa kau bisa memerintahkannya untuk melakukan hal itu?”
Ansel membuka mata, ia kemudian melihat Jessica yang sedang menatap kejantanannya dengan saksama. ‘Dia sangat gila, dia ingin menyiksaku, dan dia … wanita yang sama sekali tidak mempunyai perasaan!'
Jessica kembali melakukan tugasnya, dan Ansel yang menjadi korban dari pekerjaan wanita itu hanya bisa berharap dunia segera berakhir saja.
“Kenapa kau tak melakukannya? Aku juga harus mengukur benda ini untuk melengkapi risetku,” ujar Jessica.
‘Dia benar-benar manusia aneh. Apa dia tidak memikirkan jika aku bisa saja melakukan hal buruk? Tunggu … apa dia juga tidak memikirkan penderitaanku jika tidak menuntaskan semuanya nanti?’
“Cepat lakukan, kita harus melakukan hal lain setelah mengukur semua bagian dari tubuhmu.”
Ansel langsung saja membuat Jessica terbaring, ia menindih wanita itu, lalu menyerang bagian lehernya. Mata Ansel terpejam, lalu tangannya menahan kedua tangan Jessica.
“Kau ingin melihatnya?” tanya Ansel dengan suara yang begitu parau.
Jessica memberontak, tapi Ansel yang tahu jika wanita itu akan berteriak segera membungkam bibir Jessica dengan bibirnya. Ansel melumatnya, lalu menggigit bibir wanita itu agar bisa memasukkan lidahnya.
Jessica yang mendapatkan perlakuan seperti itu memejamkan mata, dan ia menangis. ‘Lepaskan aku! Lepaskan!’
Jessica tetap melawan, ia juga merasa sangat kelelahan. Sedangkan Ansel yang sudah puas segera melepaskan Jessica, lalu memerhatikan wanita itu dengan saksama.
Jessica yang merasakan dirinya sudah bebas kembali membuka mata, ia bertemu tatap dengan Ansel, tubuhnya juga masih gemetar karena merasa sungguh ketakutan
“Kau bisa mengukurnya sekarang,” ujar Ansel. Ia sudah berdiri, dan membuang muka ke arah lain. “Aku melakukan itu agar dia bisa membesar, maaf … tapi kau yang meminta hal itu tadi.”
Jessica masih mengumpulkan tenaganya, ia kemudian duduk, dan menatap Ansel. Pria dengan tubuh sempurna itu kelihatannya juga berusaha untuk melakukan pekerjaan dengan baik, lalu Jessica yang melihat hal tersebut hanya bisa diam.
Wanita itu kembali meraih barang-barang yang ia gunakan, lalu dirinya juga dengan rasa gugup yang begitu besar segera mengukur kejantanan Ansel yang sudah begitu besar dan juga keras.
Tangan Jessica yang menyentuh benda tumpul itu terasa menggelitik bagi Ansel, tetapi ia tetap berusaha untuk tidak melampiaskan birahinya yang sudah memuncak kepada Jessica. Ia hanya berharap Jessica memberikannya waktu untuk ke kamar mandi, lalu menuntaskan hasratnya walau hanya sebentar saja.
Jessica mengamati kejantanan Ansel dengan teliti, setelah ia selesai mengukurnya juga segera menjauh dan kembali duduk.
“Aku ingin ke kamar mandi sebentar,” ujar Ansel.
Jessica mengangguk. Saat Ansel melangkah pergi lalu masuk dan menutup pintu dirinya langsung mengembuskan napas pelan.
‘Aku tak menyangka jika benda itu benar-benar bisa mengecil dan membesar.’ Jessica menyentuh bibirnya, lalu menatap tangannya. ‘Apa hanya karena ciuman dan posisi seperti tadi benda itu bisa mendapatkan nyawanya?’
Memikirkan hal seperti itu membuat Jessica hanya bisa termenung, ia menelan ludahnya beberapa kali, lalu tubuh sempurna Ansel menari-nari di benaknya.
‘Tidak … dia bahkan tidak sesempurna Undertaker! Apalagi sesempurna Sebastian!’ Wanita itu lalu menatap poster dua orang tokoh anime Black Butler. Ia merasa jauh lebih tenang, dan semakin tenang kala mengingat jika riset yang dilakukannya sudah sukses.