MEET KEENAN

1401 Words
Part 2 - Meet Keenan "Life is what happens when you're busy making other plans." - KeepInspiring.me - Udara dingin yang menerpa kulit Anya ketika keluar dari mobil Diva membuatnya mengusap lengannya yang polos. Karena Anya menggunakan gaun tanpa lengan yang anggun untuk hadir di pesta Sasy. Gaun berwarna hijau itu melekat pas mengikuti bentuk tubuhnya, membuat siapapun pasti iri dengan tubuh Anya yang proporsional. Gaun ini Diva yang memilihkan untuk Anya gunakan. Dan Anya hanya bisa pasrah memakainya, dari pada ia harus berhadapan lagi dengan ocehan Diva yang pastinya akan lebih panjang. Anya dan Sasy melangkahkan kakinya beriringan masuk ke dalam sebuah restoran mewah yang menjadi tempat pesta Sasy dan Dany. Mata Anya langsung menemukan sosok Sasy, sahabatnya yang cantik di samping tunangannya, Dany. Raut wajah Sasy begitu sumringah ketika ia mendapati Anya bisa hadir di pestanya. Ia segera berjalan ke arah Anya dan Diva di mulut restoran. "Wow! Kenapa lo lebih cakep dari gue?" protes Sasy melihat profile Anya dari atas sampai bawah. Anya hanya menghela napas sambil melengos ke arah Diva. "Temen lo ini nih yang dandanin..." "Ya biar langsung kecantol, kan?" sahut Diva memberikan tatapan 'gue bener, kan?' pada Sasy. Sasy mengangguk seraya menarik tangan Diva masuk ke dalam restoran membelah tamu-tamu yang lain. Anya tidak kuasa menolak keinginan Sasy. "Gue mau kenalin lo ke temennya Dany!" Ya ya ya, gue udah tebak akan begini jadinya, batin Anya pasrah. Sasy masih mencengkeram pergelangan tangan Anya ketika mereka tiba di depan kerumunan para pria yang sedang bercengkrama dan tertawa ringan. "Permisi..." ganggu Sasy, membuat semua mata pria itu fokus padanya dan pada Anya yang ada di sebelahnya. Bentar lagi gue kasih racun tikus si Sasy bikin malu gue kayak gini, batin Anya kesal dan malu. "Dany, mana Keenan? Ini Anya mau kenalan" ujarnya. Anya di sebelahnya mendelik dan mencubit lengan Sasy sekuat tenaga. "Gue?? Lo belum pernah nyobain petasan lemper ya Sy?" "Sssh...lo diem dulu..." bisik Sasy. Mata Dany mengedar mencari sosok Keenan, sahabatnya. "Tadi dia cari kamar kecil, sebentar lagi juga balik" Dany melihat ke arah Anya, "hallo, apa kabar Anya?" sapa Dany. "Baik" jawab Anya. "Nah! Itu Keenan!" seru Dany melihat ke arah bar. Mata Anya mengikuti kemana arah pandang mata Dany melihat. Profile pria tampan dengan tubuh tinggi, rambut coklat dan bermata biru sedang berjalan ke arahnya. Ia tersenyum pada setiap orang yang menegurnya. Tangannya memegang gelas minuman dan tangan satunya melambai pada Dany. Anya menelan ludahnya ketika sosok pria bernama Keenan itu berada di depannya. Berdiri dengan penuh percaya diri, tersenyum dengan menampilkan sebagian gigi putihnya, matanya tajam menatap lawan bicaranya. Ada getaran aneh di dadanya ketika melihat pria itu tersenyum padanya. "Keenan, kenalin ini Anya, sahabat Sasy" ujar Dany. Sekarang mata Keenan benar-benar fokus menatap Anya seraya menjulurkan tangannya. Anya menyambut tangan Keenan dan membalas senyuman Keenan padanya. "Anya" katanya. "Keenan" sahut Keenan. Dan lutut Anya seketika terasa lemas. Bukan hanya profile tubuhnya yang terlihat seksi, suaranya pun terdengar seksi di telinga Anya. Pria ini menggetarkan d**a Anya lebih dasyat ketika tadi ia bersentuhan tangan dengannya. Aneh, pikir Anya. Anya menelan ludahnya lagi ketika memberanikan diri menatap Keenan yang tidak mungkin dipungkiri ketampanannya. Sesingkat apapun bersalaman dengannya tadi, getaran listrik itu memang ada, merasuk ke dalam pembuluh darah Anya. Hawa hangat pada telapak tangan pria tampan bernama Keenan itu menjalar sampai ke d**a Anya.   "Ehem!" suara Sasy membuyarkan fantasy Anya tentang Keenan. Ia menoleh ke Sasy dan tersenyum. "Lo kenapa?" bisiknya. Anya hanya membalas dengan senyuman. Kemudian Dany dan Sasy mengajak teman yang lainnya menjauh dan memberi kesempatan pada Keenan dan Anya untuk saling mengenal lebih jauh. Walau Anya sebelumnya tidak mau melepaskan tangan Sasy, tapi dengan ancaman kecil yang terkesan mengada-ada, akhirnya Anya melepaskan tangan Sasy. Keenan mengajak Anya untuk mencari tempat duduk dan lebih leluasa bicara. Mereka menemukan tempat di sudut restoran dengan sofa sebagai tempat duduknya. Anya duduk lebih dulu dan disusul Keenan yang duduk di seberangnya. Sebelum duduk Keenan melepaskan jasnya. Mata Keenan terpaku pada pakaian yang membalut tubuh Anya. Gaun tanpa lengan dengan leher yang tinggi berwarna hijau, bajunya sangat memperlihatkan bentuk tubuh Anya dan Keenan merasa risih ketika mata pria lain melihat Anya dengan lapar. Anya sempat memicingkan matanya menatap Keenan yang tiba-tiba berdiri dan memberikan jasnya pada Anya. "Kamu pakai ini!" katanya terdengar seperti sebuah perintah. Anya tertegun beberapa saat menatap Keenan, "Aku enggak apa-apa kok, enggak dingin" sahutnya berusaha menolak dengan halus. Namun Keenan masih menyodorkan jasnya pada Anya, "Pakai saja, bulu kamu terlihat berdiri, berarti kan kedinginan" ujarnya dengan nada setengah memaksa. Loh kok maksa sih? Batin Anya. Tapi pada akhirnya Anya memakai jas yang diberikan Keenan karena menghormati usahanya. Keenan tersenyum aneh melihat Anya berbalut jasnya, dan lagi-lagi senyumnya membuat Anya meleleh. Haduuuh, seandainya senyuman itu adalah radiasi racun, pasti aku sekarang sudah sekarat karena terkontaminasi. Tolong jangan senyum begitu sih, gumam Anya dalam hati. Semakin gelap, suasana pesta sepertinya semakin ramai. Anya dan Keenan larut dalam pesta antar sahabat tersebut. Anya berkali-kali menahan diri untuk tidak jatuh ke lantai karena melihat Keenan tersenyum atau menahan senyum karena menyaksikan aksi beberapa sahabatnya. Sesekali mata mereka bertemu dan Keenan memberikan ekspresi yang menghantarkan getaran aneh ke d**a Anya. Ini pertama kalinya Anya merasakan gejolak aneh  yang melandanya sejak perkenalannya tadi dengan Keenan. Sahabatnya yang rusuh juga tidak luput menggoda Anya yang curi-curi pandang pada Keenan dan sebaliknya. Apalagi setelah Anya meletakkan kembali jas Keenan di kursi karena merasa aneh dengan penampilannya. Keenan bukan hanya tidak berkedip menatap ke arah Anya, bahkan sekarang sedang menuju ke arahnya. Diva, Sasy dan Lily berhenti menggoda Anya ketika Keenan sudah berada di depan mereka. "Aku antar kamu pulang sekarang" ujarnya dengan suara yang berat dan penuh penegasan merujuk pada Anya. Kembali terdengar seperti perintah lagi. Anya memberikan ekspresi bingung pada teman-temannya dan Keenan. "Huh? Pulang? Tapi aku belum mau pulang" sahut Anya. Keenan mengangguk dan meraih tangan Anya tanpa sungkan. Mata Anya mendelik dan menatap ketiga temannya yang hanya melongo melihat teman mereka digandeng pria tampan yang baru saja dikenalnya beberapa jam lalu. Keenan berjalan ke arah kursi menyambar jasnya dan menentengnya. "Sasy! Katakan pada Dany aku antar Anya pulang" ujar Keenan ditujukan pada Sasy. Sasy mengangguk dengan tatapan kosong. Anya menatap ketiga temannya sekali lagi dengan tatapan 'bantuin dong!' tapi ia menyadari ketiga temannya itu tidak membantu sama sekali ketika mereka bersamaan hanya mengedikkan bahunya. "Keenan, tunggu! Kenapa aku harus ikut pulang sama kamu? Aku bisa pulang sendiri kok!" tukas Anya tersadar akan hipnotis Keenan yang menariknya keluar restoran. Ia menepiskan tangan Keenan dengan pelan. "Kamu harus pulang" ujar Keenan, mata birunya menyorot tajam ke mata cokelat Anya. Tiga teman Anya yang masih menguping membelalakan matanya mendengar jawaban Keenan. Mata Diva malah tidak berkedip menatap Keenan. Mata Anya yang sudah bulat, makin membulat menatap Keenan dengan bingung. "Hah?" hanya itu yang keluar dari mulut Anya. Mata Keenan memicing dan wajahnya mendekat ke Anya, "Kamu sadar enggak? Kalau kamu itu jadi perhatian pria-p****************g di dalam sana?" dagu Keenan menunjuk ke area bar di dalam restoran sana. "Kalau kamu tahu apa yang ada dalam pikiran mereka, aku yakin kamu pasti ingin cepat-cepat pergi dari sini" ujarnya. Anya melihat ke arah dalam sambil bergidik. "Untungnya aku enggak bisa baca pikiran mereka, jadi aku enggak harus pergi kan?" Keenan menghela napasnya, "Kamu tetap akan pulang bersamaku" tegasnya. Mata Anya mendelik lagi, sebelum menjawab ia berpaling pada sahabatnya yang membeku melihat percakapan mereka berdua. Sasy mengangkat kedua tangannya tanda ia tidak tahu menahu. Anya menarik napas dalam, "Ck! Untuk ukuran baru kenal, kamu ternyata cukup agresif. Kamu itu bukan siapa-siapa aku, jadi kamu enggak bisa bicara dengan nada perintah seperti itu ke aku!" sembur Anya seraya hendak berlalu darinya. Ketiga temannya menahan napas merasa tegang. Keenan dengan cepat menangkap tangan Anya dan menariknya. Kemudian Keenan seperti akan bersimpuh di depan Anya, yang ternyata ia memeluk kaki Anya dan mengangkat Anya di bahunya. Ya, Keenan membopong Anya keluar restoran dengan Anya yang menjerit protes memukul-mukul punggungnya dengan tas tangannya. Anya berhenti melakukan itu ketika sadar bahwa jantungnya hampir berhenti merasakan tangan Keenan yang berarda di pahanya bagian belakang. Ketiga pasang mata yang daritadi memperhatikan mereka menelan ludahnya bersamaan, mereka saling pandang menggeleng. "Ya ampun, semoga gue enggak salah ngenalin Anya ke Keenan" Sasy merasa histeris sendiri. Yang lain mengangguk sambil berucap "aamiin" Sementara itu Keenan sudah mendudukkan Anya di dalam mobilnya. Anya menghela napas lega, "Kamu enggak boleh melakukan itu lagi!" sembur Anya. Sinting nih cowok sumpah! Maki Anya dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD