FIRST DATE

2279 Words
Part 3 - FIRST DATE Mobil Keenan menyusuri jalanan Jakarta yang lumayan masih ramai dengan kendaraan, ini Jum'at malam. Jadi jalanan pasti masih ramai sampai tengah malam seperti ini. Anya mendesis gemas, kalau Keenan bukan sahabat tunangannya Sasy dan tidak setampan ini, sudah pasti Anya akan menelepon pihak berwajib saat ini, melaporkan penculikan dan pelecehan. Anya akan membuat perhitungan dengan Sasy kalau ternyata Keenan hanyalah pria sakit jiwa yang tampan. "Kita mau kemana? " Anya bertanya. "Kenapa kamu enggak punya pacar?" Keenan malah bertanya pertanyaan lain, tidak menjawab pertanyaan Anya. Anya sempat tertegun sesaat, tapi kemudian ia menjawab, "Enggak mau" ujarnya santai, "tapi kita mau kemana Keenan? Arah pulang ke apartemenku bukan ke sini" Anya mengulang pertanyaannya. Keenan memacu mobilnya membelah jalan raya dengan lebih cepat. Awalnya Anya tidak khawatir walau tahu Keenan mengemudi dengan sangat cepat, tapi ekspresinya berubah panik saat melihat angka digital pada dassboard mobil Keenan menunjukkan kecepatan mobilnya berada pada angka 205km/jam. Ia memalingkan wajahnya pada Keenan dan menatapnya dengan intens, "Kamu sadar enggak kecepatan mobil kamu berapa???" tanyanya dengan nada cemas. Keenan malah tersenyum, "Kamu lihat enggak speed mobil ini maksimal adalah 310km/jam dan aku belum sampai pada maksimalnya" ujarnya santai. Ia malah menoleh ke arah Anya yang sedang memandangnya cemas. Anya menghela napasnya, "Kurangin kecepatan kamu Keenan! Aku masih ingin hidup!" sembur Anya berharap Keenan melakukan permintaannya. Dan syukurlan kecepatanya berkurang walau masih di atas 150km/jam. Anya menelan ludahnya. "Kamu bukan pembunuh berantai yang sedang menculik mangsanya kan ,Keenan?" tanya Anya dengan ekspresi serius. Keenan malah tertawa terbahak-bahak. "Kamu pikir ada pembunuh berantai tampan kayak begini?" selorohnya. "aku hanya ingin kita punya privasi bicara berdua" --- "setelah itu aku antar kamu pulang, janji" ujarnya menatap Anya dengan matanya yang tajam. "Lihatnya ke jalan Keenan!!" jerit Anya menyadari bahwa Keenan beberapa saat menatapnya tanpa berkedip. "Dasar gila" timpal Anya lagi. "Aku orang yang to the point dan tidak suka bertele-tele, Anya. Dan aku memang selalu memutuskan sesuatu menyangkut kehidupanku atau orang-orang di sekitarku" ujarnya menjelaskan sifatnya sendiri. Anya hanya berpaling sebentar melihat Keenan, setelah itu ia menatap lagi ke jalan di depannya. "Kita ngobrol sebentar di sini" Keenan baru saja memutuskan dan mengarahkan mobilnya ke sebuah Kedai Kopi yang masih buka. Anya mengangguk pasrah saja. Keenan memberikan lagi jasnya pada Anya. "Aku tidak mau mata orang-orang melotot melihatmu" ujar Keenan. Anya menerima jasnya dan memakainya lagi. Keenan melingkarkan tangannya di pinggang Anya ketika berjalan memasuki kedai kopi tersebut. Keenan menggiring Anya ke meja yang berada di pinggir kedai, yang tidak terlalu ramai. Pelayan menghampiri dan mencatat pesanan yang disebutkan Keenan tanpa bertanya pada Anya. Tapi Anya tidak memasalahkan hal itu, toh ia juga tidak ingin makan ataupun minum saat ini. "Dany bilang, kamu sudah lama bersahabat dengan tunangannya, Sasy" Anya mengangguk, "Ya, kami teman dari SMA" "Dari SMA belum pernah pacaran?" tanyanya lebih spesifik. Anya menelan ludahnya dengan susah payah, ia tahu kemana arah pembicaraan Keenan. "Memangnya ada masalah kalau aku belum pernah pacaran?" "Sama sekali enggak! Aku senang malahan kalau aku jadi pacar pertama kamu!" ujarnya dengan percaya diri. Anya terkekeh ringan. "Kenapa tertawa? Aku serius" "Aku ingin kenal dan lebih dekat denganmu, jadi besok aku jemput kamu, jam 8 pagi" sekali lagi Keenan tidak bertanya tapi memutuskan, ekspresi wajah Anya berubah aneh, dan Keenan menangkapnya. "Aku tidak suka bertanya, karena aku tidak suka mendengar jawaban tidak" ujar Keenan.   Anya tidak menjawab, ia hanya memicingkan matanya menatap Keenan. Keenan menghela napasnya, "Kamu jadi pendiam setelah tengah malam ya" ujar Keenan sambil melemparkan senyumnya pada Anya. Mata Anya langsung berpaling pada pelayan yang tengah meletakkan pesanan Keenan di atas mejanya. Ia merasa benar-benar bisa sekarat hanya karena melihat Keenan tersenyum seperti sekarang ini padanya. Sialan, maki Anya dalam hati lebih kepada diri sendiri. "Yang aku heran, kenapa pria tampan sepertimu juga masih sendiri?" "Aku baru saja sendiri lagi" jawab Keenan sembari menenggak minuman botolnya. Kepala Anya manggut-manggut. "Dan pasti kamu tipe yang enggak bisa sendiri terlalu lama ya kan?" tuding Anya. Alih-alih menjawab Anya, Keenan menyodorkan tangannya, "Sini ponsel kamu" pintanya.   "Mau apa?" tanya Anya. "Kita kan belum bertukar nomor ponsel" Anya merogoh ponselnya dari dalam tas tangan mungilnya dan memberikannya pada Keenan. Keenan malah menyeringai. "And By the way, aku enggak bisa besok pagi! Karena aku harus ke kantor, ada hal yang harus dikerjain. Kalau kamu mau jemput, ke kantorku aja jam dua belas!" jawab Anya. I like the way Anya replied, she can decide for her self, batin Keenan. Dan ia mengangguk setuju. >  >  >  Sinar matahari pagi sudah sepenuhnya menyinari Bumi, dan Keenan bersyukur dapat menikmati hangatnya mentari secara gratis setiap harinya di kamarnya. Jendela kaca yang menghadap ke timur selalu menyambut sinar lembutnya dan menghantarkan hangatnya untuk tubuh Keenan. Keenan tersenyum menyambut pagi indahnya dan membayangkan wajah Anya, senyum mengembang di wajahnya. Ekspresinya berubah heran ketika mendapati dirinya sudah siap bahkan sebelum jam sepuluh pagi. Keenan masuk ke dalam mobilnya dan memandangi dirinya sendiri di dalam cermin mobil, senyum masih menghias di wajahnya sejak bangun tidur pagi tadi. Something really big happens here! Gumamnya dalam hati. Keenan meraih ponselnya dan berniat untuk menelepon Anya. MY WIFE TO BE adalah nama Anya pada ponselnya. Senyum Keenan semakin lebar terbayang wajah Anya ketika menerima telepon darinya nanti. Ia tersenyum sendiri dan menekan tombol call pada layar ponsel. . . Sementara itu Anya yang masih berada di kantornya membelalakkan matanya ketika melihat tulisan yang muncul pada layar ponselnya. YOUR HUSBAND TO BE calling. WHAT?!! jeritnya dalam hati. Ini pasti kerjaan Keenan semalam waktu mengutak-atik ponselnya, pikir Anya. Walaupun jengkel tapi ada rasa aneh lain yang menjalar masuk ke dadanya. Husband? Ia menggeser tombol answer. "Keenan! Apa-apaan sih?! Kan sudah dibilang jangan nulis yang aneh-aneh" Anya langsung nyerocos sebal, tapi terbayang Keenan yang di seberang sana dengan senyum mautnya, mau tidak mau membuat Anya juga menyunggingkan senyum. "Hello Wife to be! Are you finished?" seperti biasa Keenan tidak menghiraukan pertanyaan Anya. Anya menggeleng putus asa. "Jangan aneh-aneh deh!" tukas Anya dengan mimik serius. Kenapa juga aku mau ketemu cowok sinting ini ya? Sesal Anya dalam hati. "Kamu akan segera jadi istri aku!" Anya hanya bisa menarik napasnya dalam-dalam. "I'm on my way now, will be there at 20 minutes! Wait for me, ok!" Keenan menutup teleponnya. Sementara Anya mengacak rambutnya frustrasi. Ya Tuhan! Beri saya kekuatan menghadapi pesona Keenan, doa Anya dalam hatinya. Menurutnya gaya bicara Keenan dengan menggunakan sedikit bahasa Inggris atau bahkan full english membuatnya malah semakin terlihat sexy, hot dan---haduh! Sumpah kacau, ini benar-benar kacau! Anya meremas-remas tangannya sendiri. Ia melirik jam di tangannya, masih jam 10.30 tapi Keenan sudah di jalan? Ck. "Anya! Aku duluan yah!" Rara, rekan kerja Anya berpamitan lebih dulu. Anya mengangguk dan tersenyum ke arah Rara. "Iya Ra, sebentar lagi aku juga turun" sahut Anya. Tapi Rara tiba-tiba berhenti di depan meja Anya demi melihat Anya yang senyum-senyum sendiri. "Kamu kenapa Nya? Mesem-mesem sendiri gitu, jangan-jangan-----" Rara berusaha menebak suasana hati Anya. Karena Rara tahu banget kalau Anya ini belum punya pacar. Anya menatap Rara yang kepo penuh. "Heh, memang sejak kapan mesem-mesem sendiri dilarang?" tukas Anya. "Habis kamu mencurigakan deh, kayaknya habis ketemu cowok yah?" tebak Rara lagi. Anya mengabaikan tebakan Rara, dia memeriksa lagi ponselnya. Belum ada berita lanjutan dari Keenan. Tapi Anya berniat akan menunggunya di lobi kantornya di bawah. Anya sendiri juga heran, kenapa dadanya terdengar hingar bingar ya? Hatinya terasa senang mau bertemu lagi dengan Keenan. Ck, padahal baru juga semalam bertemu, ia belum tahu banyak tentang Keenan. Apa latar belakangnya, berasal dari mana, anak siapa? Bagaimana kalau dia ternyata benar-benar pembunuh berantai berwajah ganteng yang seksi? Hiy, gimana kalo dia psycopath? Atau berkepribadian ganda? Ganda campuran? Hiiiiyyy, syereeem!! Batin Anya bergidik. Rara ternyata masih menatapnya penasaran, "Huuuuussh! Sudah sana pulang, kamu kepo aja deh!" usir Anya pada Rara. Kemudian Rara berjalan ke arah pintu keluar menuju lift. Dan ponsel Anya berbunyi bersahutan, sepertinya notifikasi Group chat-nya. GROUP DAMDUBIDUDAMDAM Sasy : Anyaaa! Panggilan buat Anya Larasati! Kenapa sampai siang begini belom ada laporan? Lily : Eeh iya gimana Anya? Anya : Apaan siih? Berisik deh pada. Anya : Sasy, sebelumnya terima kasih sudah ngenalin Keenan ke gue. Sumpah ya! Dia cowok terganteng yang pernah lo kenalin ke gue! Dan yang pernah gue kenal. Tapi semoga tu cowok sehat ya Sy! Belum apa-apa gue udah manggil gue girlfriend, terus dia nulis di ponsel gue dengan nama YOUR HUSBAND TO BE?! Sehat apa gila kalau begitu?! Sasy : Hah?? Serius Nya?? Nge-gas banget beneran si Keenan yah? Tapi Dany bilang, Keenan itu orangnya to the point banget Nya. Dia juga royal dan super baik! Dan gue rasa lo memang harus digebrak begitu Nya! Biar lo bergerak. Tapi beneran keren kan si Keenan Nya? Anya : Bangeettttss ^_^ Lily : Iiihhh Anya punya pacaaar, Ciiiieeeeh. Diva : Appaaa?? Keenan udah jadi pacar lo Nya?! Waaa jadi kita berhasil Sy? Aah gue mauuuuu juga dong dicariin yang kayak Keenan. Anya : Apanya yang berhasil? Gue belum pacaran ya. Itu baru Keenan aja yang ngaku-ngaku. Gilingan apa, baru juga kenal semalem masak langsung pacaran? Lily : Diva, lo kan banyak stock cadangan? Ngapain minta cariin juga? Diva : Yeee, cadangan juga bosen kan Ly! Sasy : Kalo lo insaf nanti gue cariin stock yang bener deh Va. Temennya Dany kan tajir-tajir tuh. Diva : Yess, asyik. Makasih mami Sasy #langsuginsap. Tapi request yang kaya Keenan ya mih! Sasy : Mami mami! Lo kira gue g***o! Anya : MY HUSBAND TO BE telepon nih. Cuzz dulu ya. Lily : Ciiieeee, cuit cuit. Sasy : Gutlak Anya. Diva : Anya, hati-hati ya. Lo masih polos, jangan sampai ternoda. Anya : Bye! Lily : Tenang, ada bayclin kalau ternoda Nya. Anya tersenyum sendirian membaca chat teman-temannya di grup, tapi ia buru-buru menjawab telepon dari Keenan. "Iyaa, aku turun sekarang ya" sahut Anya cepat, tapi tidak ada suara Keenan di seberang sana. Yang terdengar seperti suara orang lain sedang bertanya atau melakukan sesuatu, "hallo ...Keenan?" Anya menyahut sekali lagi. "Ehm, Anya I am really sorry, I might be late! I'm at the hospital right now" Keenan menjawab, dan membuat jantung Anya berpacu dengan cepat. "Huh? Kenapa kamu di Rumah Sakit Keenan?" Anya balik bertanya seraya berlari ke arah lift dan menekan tombol turun. "Rumah sakit mana?? Aku akan ke sana!" ujar Anya. "I'm fine Anya, really! Ini hanya kecelakaan kecil, aku tadi menabrak trotoar dan mobilku terbalik" Keenan dengan santainya bilang mobil terbalik itu kecelakaan kecil? Dasar cowok gila! Gumam Anya. Entah kenapa tiba-tiba Anya dilanda kepanikan luar biasa. Anya langsung menghambur ke luar dan mencari taksi. Mobil terbalik tapi bicaranya seperti cuma disenggol motor saja! Batin Anya. Keenan ini serius atau bercanda ya? Pikiran ini terus saja menghantui kepala Anya. "Ke Rumah Sakit Universe Pak!" Tapi supir taksinya malah balik menatap Anya dengan tatapan aneh. "Apa ada masalah Pak?" tanya Anya. Supir taksi menggeleng dan mulai menginjak gas, kenapa sih ni supir taksi? Pikir Anya. Selama dalam perjalanan, Anya masih saja memikirkan Keenan, kenapa pria itu bisa membuat jantungnya naik turun seperti ini. Belum lama begitu kesal karena sikapnya, sekarang malah panik memikirkan keadaannya. Anya merebahkan kepala di sandaran kursinya dan menghela napasnya teratur, inhale exhale untuk menenangkan dirinya. "Kita sudah sampai mbak" supir taksi itu menginformasikan dan menunggu Anya keluar dari taksinya. Sambil keluar dari dalam taksi, Anya membayar taksinya dan mengabaikan kembalian yang seharusnya diterima dari pembayaran tersebut, karena Anya langsung berlari menuju pintu masuk Instalasi Gawat Darurat. Anya bertanya pada penjaga di ruangan tersebut tentang Keenan, dan ia menunjukkan ruang Keenan mendapatkan perawatan. Kakinya melangkah dengan cepat ke ruang yang ditunjuk. Anya menhalau kordennya, "Keenan?" Anya segera menghampiri Keenan dan heran karena Keenan terlihat begitu bahagia melihatnya. "Anya! My wife!" lagi-lagi Keenan dan mulutnya membuat detak jantung Anya berantakan tidak karuan. Suster memalingkan wajahnya ke arah Anya dan sumpah Anya melihat ekspresi dongkol di wajah suster itu. Mungkin ia mengira Anya adalah istri sungguhan. Anya duduk di sebelah Keenan dan memperhatikan perawat yang sedang membalut tangan kekar Keenan yang patah. "Cuma patah sedikit, enggak sakit kok" ujar Keenan menjawab kecemasan yang terpancar dari ekspresi wajah Anya. "Tenang aja, aku masih bisa pegang tangan kamu pakai tangan yang ini!" timpalnya seraya mengangkat tangan kirinya. Perawat itu menatap Anya dari sudut matanya, tapi dengan ekspresi cemburu? Kok aneh ni perawat. Dia pasti berpikir yang bukan-bukan bisa berduaan sama Keenan di ruangan kecil begini. Anya merasa geram dalam hati dengan sikap perawat yang mencuri lihat ke arah Keenan. "Kamu yakin tangan kamu itu enggak perlu di scan atau apa gitu?" Anya bertanya serius, karena benar-benar tidak ada luka di tubuhnya kecuali tangannya itu. Dan Keenan bilang mobilnya terbalik? Entah mobilnya yang sangat canggih atau memang Keenan ada keturunan Ironman? "Sudah selesai Mr. Keenan" ujar perawat seraya memegang tangan Keenan dan bermaksud membantunya memasang Arm Sling Supporter pada Keenan. Tapi tangan Keenan yang satunya menahannya, "biar istri saya saja!" ujarnya asal dan membuat Anya mendelik bercampur senang, karena melihat perawat itu tersenyum kecut. Anya berdiri dan membantu Keenan memasangkan gendongan penyangganya. Perawat itupun pergi keluar dengan misuh-misuh. Isssh! Gumam Anya dalam hati. Gendongan penyangganya sudah terpasang. Dan Keenan menggunakan kesempatan ini untuk meraih pinggang Anya dan memeluknya dengan satu tangannya. "Keenan!" jerit Anya tertahan. Tapi Keenan malah menatap manik mata Anya dalam-dalam. Anya tersihir oleh tajamnya mata biru Keenan, sehingga ia tidak melakukan perlawanan atau memberontak. Sikapnya terbilang pasrah malahan. Tatapan mata Keenan turun dan terfokus pada bibirnya sekarang, intens. Jantung Anya berdentum keras, dan mata Anya terpejam dengan sendirinya. Keenan tersenyum melihat Anya di depannya. Namun tiba-tiba Anya dikagetkan oleh sebuah sentilan ringan di dahinya dan membuyarkan semua lamunannya! "Hey!We are going on a date! And I don't want our first date at the Hospital" Keenan sialan! Maki Anya dalam hati seraya membuka matanya perlahan dan menahan malunya.              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD