3.

1666 Words
Tinggalkan masa lalu dan bersahabatlah dengan kesalahanku kala itu, maafkan lalu lupakan. ••• Sesuai dengan apa yang Alex janjikan, hari ini Ara terus berbicara mengingatkan suaminya tentang janjinya. "Janji yah nanti siang kita jalan-jalan." Ucap Ara seraya mengantar Alex sampai di depan rumah. "Iya bawel ... ya udah aku berangkat kuliah dulu kalo gitu." Pamit Alex. "Kalo sekarang kuliah kamu ke kantornya hari apa aja?" Tanya Ara. "Kayaknya sih besok. Dan Papah bilang kalo emang aku gak bisa ngehandle aku bisa pilih salah satu nerusin kuliah aku di sini atau langsung bantu-bantu di kantor Papah." Jawab Alex menjelaskan. "Ouh gitu yah, ya udah berangkat gih." "Hati-hati di rumah, jangan keluar tanpa ada yang nemenin apalagi tanpa ijin aku." Peringat Alex sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan pekarangan rumahnya. Setelah Alex pergi, Ara pun kembali memasuki rumah dan memutuskan untuk menonton kartun kesayangannya. Drrrt ... drrtt ... Saat ponselnya berbunyi tanda panggilan masuk dengan segera Ara pun mengangkatnya. "Halo?" "Ara ini gue Wildan, gue baru dapet nomor lu Ra, gue kira lo masih di indonesia. Sumpah gue pengen banget liat lu nikah Ra ..." Ceroscos Wildan di sebrang sana. "Wiih ... sabar dong Idan haha, oh iya kapan lo mau main ke rumah gue? Gue bosen nih gak ada temen." "Nanti deh kalo gue libur dan harus di pastiin ada laki lo di sana, gue takut dia salah paham kayak yang dulu dulu haha ..." Tawa Wildan pecah membayangkan betapa sadisnya Alex saat cemburu. "Apaan sih lo elaah ... Tapi bener yah gue tunggu loh dan jangan lupa kalo ke sini bawa makanan." "Iya kadal dari dulu makanan gak ada habisnya." Sahut Wildan "Ra maaf nih, gue harus ngerjain tugas kuli dulu, enak jadi cewekmah udah nikah tinggal diem di rumah ..." Lanjut Wildan. "Haha yaudah bye!" Ara pun menutup panggilannya dan kembali menyimpan ponselnya di atas meja kemudian memfokuskan pandanganya pada sebuah acara televisi. Beberapa posisi sudah Ara lakukan untuk meminimalisir rasa bosannya, hingga akhirnya penantiannya berakhir karena jam sudah menunjukan pukul satu siang, di mana Alex berjanji akan mengajaknya jalan-jalan. Ara langsung saja bersiap-siap untuk menunggu kepulangan Alex. "Ara ak--loh kamu udah siap-siap ternyata, kita makan siang dulu abis itu baru keluar okay?" Ucap Alex yang saat ia membuka pintu rumah, Alex mendapati Ara yang sudah bersiap siap dengan pakaiannya. "Okay." Sahut Ara dan mereka pun berjalan menuju meja makan Di atas meja makan sudah tersedia menu makan siang untuk mereka. "Kuliah pertama kamu gimana?" Tanya Ara memecah keheningan. "Baik, semuanya baik." Jawab Alex sembari menyantap makan siangnya. Ara tersenyum tenang mendengar itu dan mereka pun kembali fokus untuk menghabiskan makan siang mereka. Hingga beberapa saat kemudian mereka selesai dan langsung bersiap-siap untuk pergi. "Kamu tunggu dulu di mobil, aku mau ganti baju dulu. Gak lama kok ..." Ujar Alex mencium pelipis Ara lembut. Ara menganggukkan kepalanya, "ya udah aku tunggu di mobil yah ..." Ara pun berlalu dan berniat untuk menunggu Alex di dalam mobil sesuai dengan apa yang Alex katakan. "Nunggu lama yah?" Ucap Alex sembari memasang seatbeltnya. Ara menggelengkan kepalanya, "nggak kok, yang pentingkan kamu jadi ngajak aku keliling London." Sahut Ara senang dan membuat Alex turut bahagia. Dengan tersenyum Alex pun melajukan mobilnya dengan kecepatan normal bahkan terbilang lambat agar Ara bisa menikmati perjalanannya. "Kamu mau ngajak aku kemana, Lex?" Tanya Ara "Aku mau ngajak kamu ke London eye." Jawab Alex. "Naik ke atasnya gak?" "Kenapa nggak sayang, apapun yang kamu mau selagi itu mampu aku lakuin pasti aku kabulin." Jawab Alex membawa lengan Ara ke dalam genggamannya dan mengecupnya dalam. "Emh ... boleh baper gak sih, manis banget suami aku ini." Ujar Ara mencubit pipi Alex dengan gemas. Ternyata benar apa yang orang lain pikirkan, Alex tidak akan marah jika Ara tidak membantah, Alex akan bersikap manis jika Ara tidak berdekatan dengan pria lain, selain dirinya. "Eh udah sampe yah Lex, ya ampuun tinggi banget yah biang lalanya ..." Pekik Ara saat ia keluar dari mobil. "Pasar malem kali ah," sahut Alex terkekeh geli. "Kamu mau naik kan?" Tanya Alex dan Ara langsung mengangguk dengan cepat. "Ya udah yuk!" Alex merangkul pinggang ramping Ara untuk melihat keindahan London dari atas London Eye yang mampu menampilkan sebagian besar kota London. Ara terlihat sangat senang setelah menaiki London eye, kemudian Alex langsung mengajaknya berkeliling sebentar di sekitar sana, hingga tak terasa hari sudah semakin sore dan jam pun sudah menunjukan pukul empat sore. "Alex liat topinya bagus!" "Kamu mau?" Ara menganggukkan kepalanya pasti. Alex tersenyum dan mengusap lembut kepala istrinya itu, ia rela membelikan apapun asalkan istrinya itu bahagia. "Okay kalo kamu suka, kita akan beli topi itu." Putus Alex yang membuat Ara mengulas senyum bahagianya. Setelah membeli topi tersebut Alex langsung saja membawa Ara kembali ke mobil. "Sekarang kita mau ke mana lagi?" Tanya Ara saat Alex membukakan pintu mobilnya. "Kita pulang sayang, udah sore loh ..." Jawab Alex menunjukan jam di ponselnya. "Itu ada pesan dari Roseta," bukannya jam yang Ara lihat, melainkan notifikasi pesan yang berasal dari Roseta. Alex langsung saja membuka pesan tersebut. "Ya udah sekarang kita pulang, Roseta baru aja ngingetin aku kalo besok aku harus ngasih data-data formulir aku yang lainnya jadi aku harus nyiapin dari sekarang. Soalnya aku juga lupa nyimpennya di mana." Ucap Alex memberikan penjelasan mengapa mereka harus pulang. "Ini masih sore Lex, mending jalan-jalan lagi, nanti malem aku bantuin kamu buat nyiapin datanya." Ujar Ara memohon karena ia benar-benar penasaran dengan tempat tinggal barunya ini. "Nggak bisa yaang mending sekarang kita pulang, besok kita lanjutin lagi kelilingnya." Sahut Alex. "Ayolah Lex ..." Rengek Ara. "Ara ini udah sore, dari pulang tadi aku belum mandi, belum--" "Tapi Lex aku masih suka di sini, di sini rame gak kayak di rumah ... sepi." Rengek Ara kembali. "Sekarang kan aku udah pulang, jadi gak bakalan sepi, yuk!" "Nggak, nanti pas di rumah kamu pasti sibuk sendiri. Sibuk ngangkatin telphone lah, inilah, itulah, aku dikacangin." Ucap Ara yang masih tidak mau pulang. "Ayo dong Ra, besok kita--" "Bentar lagi Lex ... yah yah?" Pinta Ara. "Ini udah sore Ra, aku cape dari tadi belum istirahat ..." Ucap Alex seraya mengusap wajahnya kasar. "Kamu pulang aja nanti aku minta Wildan--" "Bilang aja dari tadi kalo kamu emang mau main sama Wildan." Ujar Alex memotong ucapan Ara. "Kok jadi ke sana sih, kan kamu bilang kamu cape. Ya udah kamu pulang aja terus istirahat." Heran Ara yang tidak menyangka jika Alex akan berpikir ke arah sana. "Terus kenapa harus Wildan, kenapa buka. Keyla atau Roseta heum?" Entah karena kelelahan atau apa saat ini Alex mulai kehilangan kesabarannya, ditambah lagi Ara yang keukeuh tidak ingin pulang. Ara hanya diam mendengarkan apa yang Alex ucapkan. "Aku itu ngajak kamu tinggal di sini itu supaya kamu gak deket sama cowok lain." Lanjut Alex. Ara tersenyum miring mendengar apa yang Alex katakan. "Kamu gimana sih, bukannya kamu udah tau kalo aku sama Wildan itu cuma sahabatan dan kamu udah percaya akan hal itu." Ujar Ara. "Awalnya aku emang percaya, tapi mengingat persahabatan kamu sama Ali--" "Aku kira kamu udah maafin aku dan ngelupain masa lalu dengan memulai hal yang baru di negara ini." "Aku--" "Kalo gitu percuma kita pindah jauh-jauh ke negara lain buat membangun cerita baru tapi kamu sendiri yang ngungkit-ngungkit kisah lama." "Aku gak ngungkit-ngungkit apapun di sini, aku cuma mau ngasih tau alasan aku ngajak kamu ke negara ini." Ujar Alex. "Tapi cara ngasih tau kamu salah Lex, aku kira kamu udah bener-bener maafin aku dan lupain semua kesalahan aku. Kalo aku mau aku bisa aja ngungkit-ngungkit masalah Keyla yang dulu berhasil buat kamu jauh dan gak percaya sama aku." Sahut Ara. "Dan yah kalo kamu gak bisa percaya sama Wildan karena rasa takut kamu, terus gimana aku bisa ngajak main Keyla yang dulu udah terang-terangan mau rebut kamu." Sambung Ara. Alex mengusap wajahnya kasar,"Dia udah berubah Ra." "Dan Wildan? Dia gak pernah ngelakuin kesalahan apapun Lex." Bela Ara. Mereka saling membela sahabat mereka masing-masing dan harusnya mereka tidak memperdebatkan hal itu dalam rumah tangga mereka. "Sekarang kita pulang." Ucap Alex. "Aku--" "Pulang." Tekan Alex seraya menatap Ara tajam dan ia benar-benar tidak suka jika Ara mulai membantahnya kembali. "Terserah kamu mau pulang atau enggak, aku gak peduli." tekan Alex yang kemudian masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya dengan cepat meninggalkan Ara yang tengah merasakan sakit hati. Apa ia salah bicara sampai Alex harus mengungkit kesalahan dimasa lalunya. Ara memandang mobil Alex melaju meninggalkannya, kemudian ia memutuskan untuk duduk disalah satu bangku yang ada di sana. Ara menyandarkan tubuhnya, ia menatap jam di ponselnya yang ternyata sudah menunjukan pukul setengah lima. Ara memandang langit yang terlihat gelap siap untuk menjatuhkan butiran air hujan menuju bumi. Dan benar saja, rintik hujan mulai berjatuhan, karena takut kehujanan Ara langsung bangkit dari bangku tersebut dan memutuskan untuk masuk ke dalam salah satu cafe, hanya untuk memesan kopi panas dan menanti hujan reda. Ara duduk disalah satu meja yang menghadap persis keluar. "This is your coffee miss!" Ucap salah satu pelayan cafe tersebut seraya memberikan pesanan Ara. Ara melirik kesekelilingnya dan tidak ada satupun yang ia kenal. Ia hanya bisa berdiam diri seraya memandang ke arah luar dengan harapan bahwa Alex akan datang kembali untuk menjemputnya. Ara benar-benar ingin menangis untuk saat ini, ia tidak mengenal siapapun, bahkan bahasa inggris pun ia pas-pasan, alamat rumah sendiripun ia tidak tau karena Alex belum sempat memberitahunya. Ara terus menatap ke arah jalanan yang di basahi oleh air hujan, kini ia menundukkan kepalanya di atas meja kemudian ia mulai menangis. Di saat Ara menundukkan wajahnya tibahtiba saja mobil Alex kembali dan berhenti. Dengan Alex yang keluar dari mobilnya, terlihat dari wajahnya bahwa Alex tengah mengkhawatirkan seseorang yaitu Ara, Alex terus mengedarkan pandanganya tapi nihil ia tidak menemukan istri keras kepalanya itu. "Aarrghh!" geram Alex frustasi kemudian kembali masuk ke dalam mobil dan berlalu meninggalkan jalanan tersebut. Bersamaan dengan itu, Ara mengangkat pandangannya. "Alex, tadi aku ngerasa kalo Alex ada di sini ..." Gumamnya dan terus mengedarkan pandanganya tapi sama sekali tidak ada Alex di sekitarnya. Ara kembali menangis dengan menatap keluar cafe. "Alex ak--aku takut ..." Lirihnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD