2.

2274 Words
Sore ini Ara terlihat tidak bersemangat. Jujur saja, ia sangat bosan terus berdiam diri di dalam rumah. "Sore sayang, maaf yah lama tadi abis dari kampus langsung ke kantor ..." Ucap Alex seraya mengecup bibir Ara singkat. Setelah mengantarkan Ara berbelanja Alex langsung saja mengantarnya pulang, sedangkan ia berpamitan untuk pergi menguruskan pendaftaran kuliahnya. Apalagi universitas tersebut termasuk salah satu universitas yang banyak di minati jadi akan lebih sulit untuk bisa di terima di sana. Untungnya tidak hanya uang yang Alex miliki, tapi kecepatan dalam berpikirnyapun bisa di acungi jempol, Alex terhitung cukup cerdas dalam pelajaran berbeda dengan Ara yang biasa saja. Namun masalah bantah membantah Ara lah juaranya. "Kamu gak pa-pakan, Ra?" Tanya Alex. Ara menganggukjan kepalanya, namun tak ada senyuman yang tercetak di wajahnya. "Gimana? Kamu suka kan tinggal di sini?" Tanya Alex seraya mengelus lembut helaian rambut istri cantiknya itu. Ara mengerutkan keningnya bingung, namun didetik kemudian ia mengulas sebuah senyuman. Prok.. prok.. prok ... Ara bertepuk tangan lalu mencium pipi kanan Alex dengan gemas. "Ya ampuun sayang, aku itu suka banget tinggal di sini, aku bisa liat London eye, aku bisa liat menara big ben aku bisa berlayar di sungai thames ... Emh indah banget ...." Oceh Ara yang berhasil membuat Alex tersenyum seraya mengangguk paham. Alex mengacak gemas rambut istrinya itu dengan terkekeh geli, "Saya mencium bau-bau kode minta jalan-jalan!" Canda Alex membuat Ara mencebikan bibirnya. "Pftt.. hahaha kamu lucu tau kalo lagi manyun-manyun kayak gini, jadi pengen cium ..." Goda Alex dengan mengerlingkan matanya. "Ya ya ya ..." Sahut Ara seraya berjalan menaiki tangga dan pergi ke kamar. "Abis makan malam aku janji-- "Kamu mau ngajakin aku jalan-jalan? Serius?" Pekik Ara menebak dengan semangat dan kembali menghampiri Alex yang baru saja melangkah di anak tangga pertama. Alex menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali. "Aku--" "Yeay! Makasih yah sayang ~cup ~cup ~cup!" Senang Ara seraya mencium wajah suaminya itu berkali-kali. Karena menerima kecupan itu akhirnya Alex tersenyum dan menganggukkan kepalanya pasti, rasa lelah yang ia rasakan pun menghilang di saat melihat senyum bahagia seseorang yang di cintainya. "Apasih yang ngggak buat kamu." Sahut Alex, kemudian merangkul Ara dan berjalan menuju kamar mereka. Sesampainya di depan kamar mereka, Alex menyuruh Ara untuk masuk lebih dulu karena ia harus mengangkat telphonenya sebentar. "Bentar yah." Ucap Alex. "Di sini aja nelponnya, aku gak bakalan berisik kok," ujar Ara membawa Alex masuk ke dalam kamar dan kemudian menutup pintunya. Alex yang masih setia mendengarkan seseorang yang menelponnya, hanya bisa menuruti istrinya dan masuk ke dalam kamar. Alex mengusap punggung Ara dan memberikan isyarat bahwa ia akan mengangkat telphone di balkon saja. "Okay." Ucap Ara mempersilahkan. "Tumben," pikir Ara yang kemudian mengangkat bahu ringan. Sembari menunggu Alex selesai mengangkat telphone, ia pun memutuskan untuk berbaring di atas tempat tidur seraya memainkan game di smartphonenya. Ara terus saja memainkan gamenya namun karena bosan ia pun memutuskan untuk membuka instagramnya dengan sesekali melirik suaminya yang masih berbicara dengan seseorang di sebrang sana dan entah siapa namanya. Alangkah menyesalnya ia setelah beberapa hari tidak membuka instagramnya dan saat ia kembali membukanya di suguhkan oleh berita yang mungkin terlalu alay untuk ia merasakan sedih. "Oh god!" Gumamnya yang kemudian langsung saja ia keluar dari media sosialnya itu. "Fyuuh sabar Ra sabaar ... Alex kamu ngobrolin apasih lama banget." Akhirnya Ara memutuskan untuk pergi ke dapur saja Selepas Ara berlalu meninggalkan kamar,bbeberapa menit kemudian Alex selesai mengangkat telphone dan hendak menemui Ara yang bisa ia tebak telah menunggu cukup lama. "Ara! Raa! Sayang!" Panggil Alex yang tak melihat keberadaan Ara di dalam kamar. Ia memutuskan untuk mencari di mana keberadaan istrinya itu, di simpannya ponsel di atas tempat tidur dan kemudian berlalu dari dalam kamar. Sembari menuruni anak tangga ia terus mengedarkan pandangannya mencari sosok yang sedang dicarinya. "Den Alex di dapur non Ara-- "Didapur? Ya udah makasih ya Bi." "Jadi dia di dapur!" gumam Alex tenang. "Iya dan tadi tiba-tiba saja Non Ara menangis," ujar Bi Dijah membuat rasa tenang Alex berubah menjadi kekhawatiran dan dengan segera Alex pun melangkahkan kakinya menuju dapur untuk melihat keadaan istrinya. Alex mengusap punggung Ara dengan lembut dan mengambil posisi duduk di samping istri manisnya itu "Aku minta maaf ..." ucap Alex seraya membawa tangan Ara ke dalam genggamannya. Ara mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa minta maaf?" Herannya. "Maaf karena aku telponannya lama." Jawab Alex. "Kenapa harus minta maaf, aku gak pa-pa kok." Ucap Ara dan sekarang Alex yang bingung. "Terus kenapa nangis?" Tanya Alex sembari mengusap-usap punggung Ara dengan lembut. Ara menggelengkan kepalanya, "Gak pa-pa kok"jawa Ara "Kalo gak pa-pa kenapa nangis?" "Ck. Idola aku gak sengaja nabrak taksi. Banyak banget yang nyalahin dia ... Pada--padahal dia itu ngehindarin mobil yang parkir sembarangan, makannya ngelewatin garis kuning ..." jawab Ara yang membuat Alex menatapnya datar. "Bagus kalo gitu, berhenti jadi fangirl. Ngestan si A, si B. Udah nikah ini," ucap Alex. "Ck. Kok bagus sih. Jungkook itu gak sepenuhnya sal-- ya udah deh iya, aku berhenti deh. Eh bentar lagi mau makan malam, aku mau bantu Bi Dijah masak dulu, sambil belajar juga." Ujar Ara seraya berdiri dari duduknya untuk membantu memasak. "Kamu bantuin cuci sayur sama buahnya aja, jangan ikut masak." uca Alex yang masih setia duduk sembari menatap punggung istrinya yang tengah mencuci sayuran. "Kok gitu sih, kalo gak ikut masak gimana aku mau bisa bikinin kamu makanan." Protes Ara dan akhirnya Bi Dijah pun datang. "Non Ara sedang apa?" Tanya Bi Dijah yang melihat Ara dan Alex yang berada di dapur. "Eh ini Bi, aku mau bantuin Bibi masak buat makan malam..." Jawab Ara. "Memangnya Den Alex sudah ngasih ijin sama Non Ara?" Tanya Bi Dijah. Ara menganggukkan kepalanya pasti, "aku  kan belajar masak buat dia juga iya kan sayang?" Alex tersenyum dan menghampiri istrinya itu, kemudian memeluknya dari arah belakang. "Jangan goreng ikan atau daging, nanti tangan kamu kena minyak." Ucap Alex seraya menyimpan dagunya di atas bahu Ara. Ara melepaskan pelukan suaminya itu dan kemudian berbalik menatapnya. "Alex aku itu cuma mau masak, bukan mau pergi perang." Ujar Ara sedangkan Bi Dijah hanya bisa mengulum senyumnya. "Bi itu minyaknya udah panas?" Tanya Ara seraya berjalan menghampiri Bi Dijah. "Iya Non, ini buat goreng ikan." Jawab Bi Dijah. "Sini biar Ara yang masukin ikannya Bi!" Pinta Ara dan Bi Dijah pun membiarkan Ara mencoba memasukan ikannya ke dalam penggorengan. Dengan perlahan Ara mencoba memasukan ikannya ke dalam penggorengan dan saat ikannya menyentuh minyak panas Ara kaget dan hampir saja terkena cipratan minyak panasnya. "Aw aw ish, kaget!" Pekik Ara menjauh dari kompor. Alex yang ikut kaget pun menarik Ara. "Aku bilang juga apa, mending sekarang kamu tunggu di meja makan." Ujar Alex seraya membawa Ara pergi dari dapur. "Eh tapi tanggung Lex," "Lain kali kan kamu bisa belajar lagi yaang," ucap Alex. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk menunggu makan malamnya di meja makan dengan obrolan yang selalu saja menghadirkan perdebatan kecil jika Ara tidak berhenti untuk mendebatnya. "Ini dia makan malamnya, silahkan di nikmati ...." Ucap Bi Dijah dengan di bantu dua asisten rumah tangga lainnya untuk menyiapkan menu makan malam di atas meja. "Makasih yah semuanya," ucap Ara berterimakasih. Bi Dijah dan dua orang lainnya pun kembali ke dapur untuk membereskannya. "Mereka berdua itu sodaranya Bi Dijah, Lex?" Tanya Ara. Alex menganggukan kepalanya, "Iya dan mereka ikut ke sini biar bisa nemenin kamu sekalian bantuin Bi Dijah." Jawab Alex dan Ara mengangguk paham. Tak terasa, waktu makan malam pun tiba. Baik Ara maupun Alex terlihat tenang ketika melangsungkan makan malam. Mungkin Alex terlalu lelah untuk menjahili istri manisnya ini. Waktu makan malam pun sudah selesai, bahkan saat ini Ara sudah merengek menagih janji untuk pergi jalan-jalan keluar menghirup udara segar. "Alex ayoo!" Ajak Ara pada Alex yang masih berkutat dengan ponselnya. "Iya ay--ganti celana kamu baru kita keluar!" Titah Alex saat melihat Ara hanya mengenakan celana di atas lutut memperlihatkan kaki jenjang nan mulusnya. "Ih udah ah lama ayoo!" Tolak Ara yang sudah tidak sabar ingin pergi berkeliling. "Nggak, kita gak akan pergi sebelum kamu ganti celana kamu, diluar gak sepanas di jakarta sayang dan ya aku gak suka kalo ada pria lain yang---" "Iya iya bawel!" Dengan segera Ara mengganti celananya dengan celana panjang. "Ayo!" Ajak Ara yang sudah siap untuk berkeliling. Alex menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya dan merangkul pinggang Ara kemudian keluar dengan membawa kunci mobilnya. "Masuk," ucap Alex mempersilahkan Ara masuk ke dalam mobil. "Siap!" Ara masuk dan kemudian di susul oleh Alex yang duduk di depan kemudi. "Jadi?" Tanya Ara saat Alex sudah siap untuk menjalankan mobilnya. "Aku mau ngajak kamu buat liat sungai Thames kalo gak kemaleman kita terusin ke Tower bridge." Ucap Alex seraya melirik Ara sekilas dan kemudian tancap gas. Di sepanjang perjalanan Ara benar-benar tidak bisa melepaskan pandanganya dari jalanan. Ia benar-benar di buat jatuh cinta oleh ibu kota inggris ini, dari mulai suasananya dan sangat sedikit sekali di sini ia melihat ibu-ibu yang bergosip di depan rumah, bahkan bisa di bilang tidak peduli dengan apa yang orang lain lakukan, karena itulah kenapa negara ini liberal. "Kalo udah sampe queens walk kamu pasti bakalan suka karena disana suasananya tenang di tambah aliran sungai thames yang tenang dan bersih." Ucap Alex yang mengerti betapa nyamannya istrinya itu menatap jalanan London pada malam hari. "Jadi gak sabar." Sahut Ara semangat tanpa mengalihkan pandangannya. "Kacanya tutup sedikit yaang, nanti kamu bisa masuk angin ..." Ucap Alex. Ara mengangguk dan menurut. Dan akhirnya mereka sampai, Alex langsung saja memarkirkan mobilnya di tempat yang seharusnya. "Dari sini kita udah bisa mulai jalan, kita bisa nikmatin taman ini dan ya ... Sungai ini juga," ucap Alex seraya keluar dari mobil. Dengan semangat Ara langsung saja turun dari mobil dan kemudian menggandeng lengan Alex dengan erat. "Ini sungai yang aku maksud, nanti kalo ada waktu senggang aku akan ngajakin kamu buat naik perahu di sini, dengan naik perahu kita bisa ngikutin arus sungai dan berjalan di bawah tower bridge." Ucap Alex seraya melepaskan pegangan Ara dan beralih merangkul pinggangnya erat. "Duduk di sana yuk!" Ajak Alex dan Ara hanya ikut-ikut saja sembari mengedarkan pandanganya menikmati suasana tempat itu. Alex langsung saja duduk di kursi taman tersebut sedangkan Ara, ia hanya berdiri di tepi sungai Thames yang di batasi oleh pagar tembok. "Alex kalo mau ke bawah lewat mana?" Tanya Ara. "Di sebelah sana ada tangganya, yaang." Jawab Alex. "Aku mau--" "Ini udah malem Ra, pulang yuk udaranya juga makin dingin." Senyuman Ara luntur begitu saja. "Nanti dong Lex, baru juga nyampe. Abis ini kita jalan-jalan lagi yah ..." Pinta Ara yang kini duduk di samping Alex. Alex memandang jam di tangannya, "ini udah malem Ra," "Alex baru juga jam 10, lagian liat tuh di sini 24 jam rame." Ujar Ara. "Nggak 24 jam juga yaang, ya udah tapi jangan lama kar-- bentar Ra, kayaknya itu temen aku deh." Ucap Alex menyipitkan matanya untuk memperjelas seseorang yang tengah mengobrol tidak jauh dari mereka duduk. "Yang mana?" "Itu tuh, ke sana dulu yuk soalnya aku belum ngenalin kamu ke dia." ajak Alex yang langsung saja mengajak Ara untuk mendekati orang tersebut. "I know but i can't do-- "Ekhem." Dehem Alex membuat orang tersebut memandang ke arahnya. "Eh Alex? Ini Alex kan? Ya ampuun long time no to see you... tuan perfect!" Pekik seseorang tersebut yang langsung saja menjabat tangan Alex dengan senang. "Gue kira temennya yang cowok, ternyata yang perempuan..." gumam Ara dalam hati. "Rose," panggil sang pria pada gadis yang tengah menjabat tangan Alex dan ternyata namanya adalah Rose, Roseta Cataliya. "Ya?" Sahut Rose. "I have to go," pamit sang pria dan Rose pun mengijinkannya kemudian pria tersebut berlalu meninggalkan mereka bertiga. "Hai!" Sapa Ara seraya mengulurkan tangannya pada gadis yang belum juga melepaskan jabatan tanganya dari Alex. "Eh halo, Roseta ..." Balasnya menjabat uluran tangan Ara seraya menyebutkan namanya. "Arana." Balas Ara menyebutkan nama. "Dia Ara, istri aku." Ucap Alex melengkapi. "Seriusan? Ya ampuun ternyata istri kamu cantik yah, maaf loh waktu itu gak bisa dateng soalnya tunangan aku lagi ngadat haha ..." Sahutnya dengan sedikit candaan membuat Alex dan Ara ikut terkekeh pelan. Karena sudah lama tidak bertemu akhirnya mereka mengobrol terlebih dahulu, dari mulai menanyakan kabar, keluarga dan lainnya lagi. "Aku harus pulang nih, maaf yah ... Daah! Ara see you next time yah!" Pamit Rose kemudian berlalu meninggalkan Ara dan Alex. Ara memandang Alex dengan alis yang dinaik turunkan, "Yuk jalan-jalan lagi?" Ucapnya. Alex melirik jam ditanganya, "Besok aja yah, udah mau jam sebelas." Ucap Alex lembut agar Ara mau mendengarnya. "Tadi kan sebelum nemuin temen kamu kita mau lanjutin jalannya, kok gak jadi," ujar Ara mengingat ucapan suaminya tadi. "Ya kan tadi masih jam 10, tapi karena tadi kita ngobrol dulu jadi--" "Bukan kita tapi kamu yang ngobrol, kamu yang ngobrol kok jadi jalan-jalan aku yang batal." Kesal Ara. "Besok juga bisa Ra, lagian tadi itu temen lama aku yang tadi sore telphone." Ujar Alex. "Yang telphonenanya lama? Udah telphonenan lama, tadi ketemu ngobrol lama dan endingnya ck. Jalan-jalan aku gak jadi." Sahut Ara dengan tangan yang tidak bisa diam membentuk gambar abstrak di udara. "Besok deh aku janji, okay?" Ara menatap suaminya itu, "sekarang aja, besok lagi ..." "Besok aja sekalian Ra udah malem," "Kalo besok jalan-jalannya beda lagi, Lex ..." Rengek Ara. "Kamu aja sendiri, aku mau pulang." ucap Alex berjalan dengan harapan Ara akan mengikutinya tapi ternyata tidak. Ara hanya terdiam memandang ke arah sungai dengan pemandangan di belakangnya yang indah. "Ya udah pulang aja sana!" Sahut Ara kesal. Alex kembali berjalan ke arah Ara, kemudian tanpa pemberitahuan ia langsung memangku Ara ala bridalstyle, membuat Ara dengan refleks mengalungkan tangannya di leher suami tampannya itu. "Awshh Alex kaget, gila!" Pekiknya sembari memencet hidung mancung milik Alex. "Makanya jangan ngeyel." Ucap Alex seraya berjalan menuju mobilnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD