mereka bersama sama masuk ke dalam rumah.
setelah selesai sholat maghrib berjamaah, mereka bersantai sambil menunggu sang ibu memasak untuk makan malam, Maryam membantu ibunya didapur, sedangkan sang ayah dan Milan bermain bersama adik kecil
mereka, sedangkan Lala menonton tv sambil tiduran di paha Abang nya Hary yang sedang membaca buku karena beberapa hari lagi ada quiz disekolah nya.
sekitar setengah jam menunggu akhirnya makan malam pun siap dihidangkan dimeja makan sederhana itu.
"makan malam nya sudah siap" ucap Maryam memberitahu semua orang yang ada di ruang tv, "ayo makan" ucapnya lagi sambil berlalu pergi terlebih dahulu kedapur lagi.
Hary langsung menutup bukunya dan berjalan bersama Lala kedapur sedangkan sang ayah menggendong Adit yang belum genap satu tahun menuju kedapur dengan Milan disampingnya.
saat sudah berkumpul dimeja makan, Adit didudukkan dikursi makan khusus bayi.
sang ayah duduk dipaling ujung ditengah tengah, sang ibu duduk dikiri ujung, Lala diujung kanan dan disampingnya ada Hary, Milan berhadapan dengan Hary, Maryam berada disamping Milan.
mereka pun makan bersama dengan kesederhanaan tanpa ada keluhan, lima bersaudara tidak ada yang manja juga tidak suka bermain bersama teman teman diluar, dipikiran mereka bermain bersama saudara adalah hal yang paling menyenangkan.
setelah makan sang ayah membuka pembicaraan "ayo bersiap, habis isya kita akan pergi kepasar malam, kan besok hari libur" ucap sang ayah antusias.
"yeayyy" ucap serentak lima bersaudara kecuali Adit tentunya.
ayah dan ibu yang melihatnya tentu saja tersenyum bahagia.
semuanya pun bersiap siap, sang ayah membantu Lala dan Milan yang masih belum bisa bersiap siap sendiri, sedangkan sang ibu mengurus Adit dengan bantuan Maryam juga, Hary tentu saja bisa menyiapkan semuanya sendiri.
tak lama mereka keluar rumah, dihalaman mereka ada sebuah mobil yang baru saja dikeluarkan sang ayah dari garasi, mobil tersebut hadiah terakhir dari sang nenek sebelum berpulang.
sang ayah tentu saja duduk di kemudi, ibu disampingnya dengan Adit digendongannya, dibelakang Lala dipangku oleh Maryam sedangkan Milan disampinya dan Hary duduk dipaling ujung.
disepanjang perjalanan dipenuhi dengan canda tawa didalam mobil, mereka sangat antusias karena sudah lama mereka tidak jalan jalan keluar sekeluarga seperti ini.
sesampainya dipasar malam, ayah mengambil alih gendongan Adit dari sang ibu setelah memarkirkan mobilnya, karena ibu ingin membeli tiket untuk masuk kesana.
setelah sudah membeli tiket mereka masuk dan langsung saja mata kelima anak itu berbinar senang melihat banyaknya permainan didepan mereka juga lampu yang terang benderang membuat keramaian disana tampak jelas.
"jangan ada yang lari larian, dan jangan lasak ya nanti hilang" peringat sang ibu pada anak anaknya, mereka semua mengangguk mengerti.
sang ibu memegang tangan Lala dan Hary sedangkan sang ayah menggendong Adit dengan satu tangan, agar satu tangannya lagi berpegang pada Milan yang disampingnya ada Maryam.
"ayo kita naik biang Lala" ajak sang ayah setelah mereka berada dihadapan biang Lala tersebut.
"hm ayo" ucap sang ibu.
biang Lala itu sangat besar dan tinggi bisa untuk satu keluarga itu.
Lala yang melihatnya langsung ada rasa takut menjalar didirinya "Bun lala takut" ucap Lala dengan bahasa celatnya dengan tubuh sedikit bergetar.
"kita akan baik baik saja nak, nanti diatas kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa indah dan bulannya lebih terlihat jelas diatas sana" ucap sang ibu, ia berjongkok dihadapan Lala sambil mengelus pelan rambut lembut dan hitam anaknya itu.
Lala pun pasrah mengikutinya lagian ada keluarganya pikirnya dia kan tidak sendiri.
naiklah mereka ke biang Lala tersebut, Lala tentu saja diperlukan sang ibu, hary yang disampingnya selalu menenangkan nya. dihadapan mereka ada sang ayah yang menggendong Adit, bayi itu tampak senang, Milan yang disamping sang ayah sedikit ketakutan dia memeluk ayahnya dari samping, sedangkan maryam asik melihat pemandangan indah dari atas sana.
"lihat bulannya sangat cantik kan" ucap sang ayah saat mereka tepat dipaling atas sambil melihat kearah bulan penuh itu dengan cahaya terang yang menyinarinya.
semuanya pun melihat takjub bulan indah itu.
setelah bermain biang Lala, Maryam ingin memainkan satu permainan "Bun kakak mau main komedi putar" ucapnya pada sang ibu sambil menunjuk permainan tersebut.
"oh iya, siapa yang mau juga?" tanya sang ibu menghadap ke anak anak nya.
"Milan juga Bun" ucap Milan dengan antusias.
"oke, Milan sama kak Maryam aja nih?" tanya sang ibu sambil menghadap ke Hary dan Lala.
"Lala mau beli itu aja" ucap Lala sambil menunjuk gulali berwarna pink yang tak jauh dari sana.
"Hary menemani Lala saja Bun" ucap Hary tersenyum sambil merangkul sayang Lala.
"yaudah bang hary sama Lala beli gulali nya sana setelah itu ketempat komedi putar ya kami menunggu disana" ucap sang ayah yang diberikan anggukan mengerti oleh Hary sedangkan Lala matanya hanya tertuju ke gulali tersebut.
"yaudah ini uangnya" ucap sang ibu menyerahkan selembar uang untuk membeli makanan itu.
semuanya kecuali Hary dan Lala pun pergi ketempat komedi putar tersebut.
"ayo la" ucap Hary sambil menggenggam erat tangan adiknya yang sekarang tersenyum polos kearahnya.
jarak antara tempat gulali dengan komedi putar itu hanya sekitar 7 meter saja tapi karena ramainya orang bisa saja membuat beberapa anak tersesat jika berjalan sendirian.
"pak beli gulali nya satu ya" ucap Hary pada penjual yang sudah tua tersebut.
"iya dek" ucap penjual nya dengan tersenyum ramah.
"Abang!" panggil Lala setelah membeli gulali tersebut, sekarang mereka berjalan menuju ke arah yang lainnya.
"iya, Lala mau apa lagi hm?" tanya Hary lembut kearah Lala.
"Lala mau pipis" ucap Lala menunduk.
Hary pun bingung, matanya berkeliling menatap tempat itu dan terlihat toilet yang arahnya berlawanan tempat orangtuanya berada.
melihat Lala yang sudah menahannya dengan memegang pahanya dan menunduk, Hary pun memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu.
"ayo" ajak Hary , Lala pun menurut.
sedangkan di permainan komedi putar, sang ayah daritadi tentu saja mengawasi Hary dan Lala dari jauh, melihat mereka yang berjalan berlawanan membuat keningnya berkerut heran.
"Bun, ayah nyusul Hary sama Lala ya mereka" ucap sang ayah tanpa memberitahu bahwa anaknya itu Ntah kemana agar sang ibu tidak khawatir.
"oh yaudah yah, nanti kita berjumpa ditempat makanan disana ya" ucap sang ibu sambil menunjuk ke tempat yang banyak menjual beragam makanan, disana terdapat kursi untuk istirahat juga.
sang ayah pun mengangguk mengerti, dia pun dengan cepat berjalan ke arah yang kedua anaknya tuju tadi.
Di toilet Lala takut masuk sendirian ke dalam, membuat Hary juga ikut masuk kedalamnya setelah terlihat tidak ada orang disana, kalau ada orang Hary takkan diberi masuk karena itu toilet khusus wanita.
setelah adiknya selesai membuang air, Hary membantu adiknya menaikkan celana adiknya yang tampak kerepotan.
"udah ayo" ajak Hary menggandeng tangan adiknya, sang adik hanya mengikuti abangnya itu sambil menggenggam gulali di tangan satu nya lagi.
saat mereka keluar toilet, Hary pun langsung menarik pelan adiknya menuju tempat orangtuanya berada tapi setelah sampai disana tidak ada keluarganya yang lain membuat Hary sedikit panik tapi masih berusaha tenang.
"Abang mana bunda sama ayah" tanya Lala dengan celat dan nada yang takut.
"sepertinya mereka sudah pergi darisini, Lala tenang ya kita cari mereka sama sama, jangan lepas pegangan Abang oke" ucap Hary lembut menyembunyikan paniknya didalam hati.
Lala mengangguk polos, dia selalu percaya pada Abangnya yang satu ini.
setelah melewati beberapa tempat Hary tidak juga melihat orangtuanya, matanya sudah mulai berkaca kaca tapi tiba tiba
"Abang! Lala!" panggil seseorang tak lain adalah milan yang sedang digandeng oleh ibu mereka, sang ibu dan juga Maryam menoleh kearah yang dipandang Milan.
Hary yang mendengarnya langsung saja berlari pelan kearah sumber suara dengan Lala masih erat dipegangnya.
setelah sampai "loh ayah mana?" tanya sang ibu membuat Hary mengernyitkan dahinya heran.
"tadi kata ayah mau nyusul Abang sama Lala" ibu pun menjelaskan.
"ha tapi kami tidak melihat ayah daritadi" ucap Hary.
"Abang setelah beli gulali kemana?" tanya sang ibu yang mulai khawatir.
"Lala tadi pipis Bun" ucap Lala dengan celat dan menunduk.
sang ibu pun mulai khawatir dan frustasi kemana suaminya pergi, tapi tak lama dia lega karena melihat suaminya kini berjalan menuju kearahnya dengan Adit yang tertidur digendongannya.
"Abang tadi kemana sama Lala?" tanya sang ayah begitu sampai ketempat mereka.
"tadi Lala mau pipis yah, jadi ke toilet dulu" ucap Hary dengan rasa bersalah.
Sang ayah yang khawatir nya baru saja lega
"yaudah sekarang kita makan ini aja yuk" ajak sang ibu membuat suasana hangat lagi, dimeja tersebut banyak jenis makanan yang biasa ada ditempat seperti pasar malam.
mereka semuanya menikmati malam itu dengan beberapa permainan dan juga makanan, tanpa diketahui siapapun Hary memendam rasa takutnya tadi sendiri, semenjak hari itu Hary selalu menemani Lala, karena dia takut Lala berada di posisinya saat itu.
setelah puas bermain dan bersenang senang mereka pulang hampir tengah malam, kali ini di mobil Lala tertidur dipangkuan Hary yang terus mengelus wajah Lala dengan lembut, Maryam dan Milan tertidur disampingnya, sedangkan Adit tertidur digendongan sang ibu.
sesampainya dirumah, sang ibu masuk terlebih dahulu dan meletakkan Adit ditempat tidur bayinya, setelah itu ia menggendong Lala dengan Hary yang berjalan disampingnya mereka menuju kearah kamar Lala dan Hary.
sedangkan sang ayah menggendong Milan yang masih tertidur disampingnya Maryam yang baru dibangunkan tadi untuk menuju kamar mereka.
akhirnya jalan jalan di malam itu sangat diingat mereka semua karena malam itu adalah malam paling menyenangkan sebelum terjadinya tragedi menyeramkan yang menghampiri keluarga mereka.