Cold and Smart

900 Words
akhirnya Revaldo dan Maryam terpilih menjadi pasangan ketua dan wakil ketua OSIS. gadis itu mulai profesional menjalani tugasnya, bahkan tak pernah membahas apapun kecuali tentang sekolah pada revaldo dan anggota OSIS lainnya, gadis itu sangat profesional. "bagaimana kak?" tanya Hary, mereka berdua sekarang makan bekal di kantin seperti biasanya. "hm lumayan merepotkan" jawab sang kakak seadanya. "haha, ayolah kak, dikelas Hary banyak yang mengagumi kalian berdua bahkan sampai ada yang buat club fans mardo" ujar Hary terkekeh geli. "mardo?" tanya Maryam heran dengan kata itu. "Maryam dan Revaldo hahaha" jawab adiknya itu dengan tawa geli. "bodoh" satu kata dengan ekspresi dingin dari kakaknya membuat Hary terdiam. kakaknya ini tidak bisa diajak bercanda selalu saja dingin dan datar. "bagaimana dengan olimpiade fisika Minggu depan nanti ry?" tanya Maryam, ha ini lah yang disuka Hary kakaknya selalu tahu dan perhatian dengan cara yang berbeda padanya. "hm sudah dilatih kok kak, doakan saja Hary menang lagi" ujarnya dengan senyuman manis. "iya biar fansmu semakin banyak kan" ujar Maryam membuat anak laki-laki itu tertawa lepas tanpa memikirkan orang disekitar kantin yang sudah terpana dengan senyuman laki-laki itu dan wajah dingin kakaknya juga membuat banyak kaum Adam terpesona. "oh iya kak, menurut Kakan bagaimana dengan Milan yang mau masuk ke club karate disekolahnya?" tanya Hary. "biarkan, kan bagus dia bisa menjaga Lala" ujar gadis itu datar. "iya juga, tapi Hary takut Milan malah suka ngajak orang berantam" ujarnya dengan khawatir. "Milan tidak akan seperti itu ry, apalagi dengan Lala mereka berdua pasti tidak akan terkena masalah" ujar Maryam dengan perhatian agar adiknya ini tidak cemas. "semoga saja" ujar Hary lalu mereka berdua melangkah ke kelas masing-masing karena waktu istirahat telah selesai. sedangkan disisi lain "Abang, Lala mau ikut karate juga" ujar gadis kecil itu membuat abangnya tersedak bekal sendiri. "uhuk uhuk lala mau ikut karate?" tanya Milan terkejut. sekarang mereka berdua lagi makan bekal bersama di kelas Milan. "iya bang boleh ya?" tanya gadis itu memelas. "enggak" jawab Milan dengan tatapan tajam ke arah adiknya yang menunduk takut. "Abang boleh, Lala kok gak boleh" ucap adiknya itu dengan wajah memerah menahan kesal. "Lala sayang, abang kan laki-laki, kalau Lala perempuan mana boleh nanti terluka terus Lala, jangan ya" bujuk Milan dengan selembut mungkin sambil mengelus kepala adiknya itu. "ih jadi nanti Lala pulang sendiri dong kan Abang latihan karate nya mulai sekarang" ujar gadis itu kesal. "nanti Abang antar dulu Lala ke resto ya" ujar Milan dengan masih suara yang lembut. "enggak mau, Lala mau ikut Abang aja" ujar Lala keras kepala. "oke oke tapi jangan ikutan Abang latihan, Lala lihat aja" ujar Milan mulai jengah dengan sikap keras kepala sang adik. "iya iya deh" jawab gadis itu masih kesal tidak boleh ikut karate. saat pulang sekolah ternyata Milan menepati ucapannya, ia membawa Lala untuk melihatnya latihan karate. gadis itu duduk di tepi lapangan sendiri melihat anak-anak club karate latihan, semuanya berjenis kelamin laki-laki dan kebanyakan kelas 6 hanya beberapa saja dari kelas 4&5. setelah menunggu lama tiba-tiba lala dikejutkan dengan orang yang tiba-tiba duduk disampingnya. "loh Aaron kok disini" tanya gadis itu menatap laki-laki disampingnya dengan heran. "nunggu jemputan" jawabnya singkat. jadilah mereka berdua menonton latihan karate dengan tenang, Lala mulai mengantuk bahkan kepala gadis itu hampir menyentuh lapangan kalau tidak ditahan Aaron, ia meletakkan kepala gadis keras kepala itu ke paha nya yang selonjoran. Milan melihat itu dari tengah lapangan tidak suka, untung saja latihannya sudah selesai jadi ia langsung menghampiri adiknya yang tertidur. "la bangun ayo kita pulang" ujar Milan lembut sambil menepuk pelan pipi chuby adiknya. lenguhan pun terdengar dari mulut gadis yang tidurnya terganggu itu. "loh Abang udah siap?" tanya Lala dengan suara khas bangun tidur matanya merah sambil duduk di hadapan abangnya. "iya udah siap kok, ayo kita pulang" ajak Milan mengandeng tangan adiknya itu, Lala hanya patuh lalu melihat ke sampingnya ia lupa tadi ada Aaron. "oh iya Aaron belum dijemput juga?" tanya gadis itu lugu. " sudah" jawab singkat Aaron tentu saja itu kebohongan tapi karena Lala terlalu polos ia pun mengangguk dan berpamitan pulang pada Aaron. Aaron sangat iri melihat kedekatan gadis itu dengan abangnya, sedangkan dia selalu sendiri dirumah bahkan selalu lama dijemput karena orangtuanya sering kelupaan. Aaron sering dijemput sore bahkan pernah sampai malam untung saja ada satu guru yang belum balik saat itu jadi di telpon lah orangtuanya yang sangat work holic. malam hari pun tiba seperti biasa lima bersaudara kumpul di ruang tengah sedangkan sang bunda dikamar lagi mengurus berkas penting tidak ada yang tahu berkas apa itu. "La, kata bang Milan, Lala mau ikut karate ya" tanya Maryam dengan datar menatap adiknya heran. "iya kak hehe" jawab Lala dengan cengiran polosnya. "gak boleh!" ujar Maryam dan Hary serentak sambil memberikan tatapan tajam ke adik mereka yang sangat keras kepala itu. "loh bang Milan boleh, Lala kenapa gak boleh" ujar sang adik menatap Milan dengan kesal. "Lala, bang Milan laki-laki jadi wajar belajar karate, kalau Lala nanti terluka terus" ujar Hary dengan tatapan penuh perhatian. "intinya tidak boleh" jika perkataan datar nan dingin itu berasal dari Maryam maka itu adalah perintah mutlak, makanya lala terdiam tak berani melawan lagi. "kalau nggak lihat Abang latihan aja" ujar Milan dengan senyuman manis melihat adiknya yang kesal. "okedeh" jawab Lala lesu. akhirnya tugas sekolah mereka siap malam itu, Hary kembali tidur bersama Lala terkadang Milan juga bergabung sedangkan Maryam sudah pindah kamar dekat sang bunda. Adit yang masih kecil tentu saja masih tidur dengan Mina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD