Besieged

1027 Words
Maryam dan Revaldo sedang memimpin rapat OSIS saat pulang sekolah, Hary menunggu kakaknya di halte bus. "rapat selesai, sekarang kalian boleh pulang" ucap Revaldo kepada anggota OSIS lainnya. "apakah perlombaan ekstrakurikuler itu tidak terlalu cepat dilakukan Minggu ini" tanya Maryam saat hanya dia dan Revaldo yang ada diruangan tempat mereka rapat. Maryam bertanya seperti itu tentu saja karena melihat persiapan yang belum matang tetapi dalam Minggu ini perlombaan akan diadakan. "kurasa semuanya akan melakukan tugasnya se maksimal mungkin, jadi persiapan akan lebih cepat" ujar Revaldo dengan tenang sambil membereskan ruangan itu bersama dengan Maryam. "baiklah, kalau begitu aku sudah bisa pulang kan" tanya Maryam datar. "ini sudah sore, naik apa kamu pulangnya?" tanya Revaldo, dia yakin bus pasti sudah lewat. "angkutan umum mungkin" jawab Maryam dengan tenang. "aku bawa motor, mau ku antar?" tanya lelaki dingin itu, tawaran itu sangat langka jika datang dari mulutnya. "aku bersama adikku" jawab gadis itu ingin melangkah pergi tapi tangannya ditahan oleh Revaldo. "apa?" tanya dingin Maryam mengernyitkan dahinya heran. "hm, aku antar ya sama adikmu juga" ujar lelaki itu membujuk, entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak menyangkut keselamatan gadis yang sudah ada dipikirannya sejak mereka dipasangkan menjadi pemimpin OSIS. "emang boleh bonceng bertiga naik motor?" tanya gadis itu dengan tajam membuat Revaldo bungkam. "aku pulang" ucap gadis itu dingin sambil menarik tangannya yang ditahan lalu melangkah pergi meninggalkan Revaldo dengan segala kecemasan didalam hatinya. Maryam menyusul adiknya Hary di halte bus seperti yang direncanakan saat istirahat, hary juga baru pulang karena ada rapat untuk perlombaan olimpiade nya. saat di halte Maryam bingung tidak mendapati adiknya yang selalu menurut dan patuh itu. "Dimana Hary? tumben dia seperti ini" gumam gadis itu dalam hati sambil melihat ke sekitar. kaki Maryam melangkah ke seluruh penjuru sekolah tapi tak menjumpai adiknya itu, rasa panik pun mulai menjalar ke anak sulung tersebut. setelah mencari Hary dalam waktu 20 menit akhirnya ia sampai di sebuah g**g kecil mungkin jalan tikus untuk keluar dari sekolah ini, Maryam menelusuri g**g itu sampai ke ujung ia melihat Hary sudah dipenuhi memar diwajahnya, dan 5 laki-laki berandalan ada dihadapannya dengan wajah merah padam mungkin karena marah. "heh apa yang kalian lakukan?" tanya Maryam tegas pada berandalan yang beda 10-15 cm tingginya dengan gadis itu. melihat sang kakak yang menghampiri, Hary langsung tersenyum lega tapi ada rasa khawatir juga jika kakaknya kena imbas dengan lelaki berandalan Abang kelasnya itu. "oh kau kakak si sok pintar ini kan?" tanya salah satu dari mereka dengan senyum meremehkan. "dia memang pintar" ucap Maryam dengan smirk diwajahnya sambil membantu sang adik untuk berdiri. saat ingin melangkah pergi, jalan mereka dihalangi oleh Abang kelas Hary itu. "s****h tolong minggir" ujar Maryam dengan tajam. "kau berani sekali" ucap Abang kelas Hary dengan menahan emosi yang siap meledak, kalau bukan perempuan mungkin sudah dihajarnya Maryam. "kak udah gak usah diladeni, pulang aja yuk" ujar Hary menatap lembut ke arah kakaknya yang juga menahan emosi. "mereka menghalangi" ucap datar Maryam sambil menatap tajam ke arah Abang kelas Hary. "kami masih punya urusan dengan adikmu" ucapan itu tidak dihiraukan dua bersaudara mereka tetap berusaha untuk keluar dari g**g tikus tersebut. karena merasa tidak didengar, mereka berlima pun menarik tangan Hary dan Maryam seperti memisahkan, tentu saja gadis itu punya refleks yang bagus dengan memperkuat pegangannya pada Hary dan memukul kepala yang menariknya dengan brutal tadi. perkelahian pun terjadi antara Hary yang ingin melindungi kakaknya dengan Abang kelas berandalan nya itu. Maryam juga membantu, gadis itu bisa sedikit bela diri karena almarhum sang ayah pernah mengajarinya. tapi 5 vs 2 tetap lah tidak seimbang, saat Maryam hampir dipukul oleh salah satu dari adik kelasnya itu, Revaldo tiba-tiba muncul disana melindunginya. Maryam yang tidak merasa sakit tentu saja bingung, saat berbalik ia melihat Revaldo menatap khawatir ke arahnya. "kamu, gak papa kan?" tanya lelaki tampan itu menatap Maryam cemas. gadis itu mengangguk dengan kebingungan. Revaldo akhirnya menatap tajam ke arah orang yang berani mengeroyok kedua bersaudara ini. "apa yang kalian lakukan?" tanya nya menatap mereka berlima dengan menahan emosi. tentu saja wajah mereka berlima menunjukkan ketakutan pada Abang kelas yang lebih tinggi 25 cm itu, Revaldo juga most wanted disekolah tersebut, dan lelaki tampan itu disegani sama semua murid juga guru karena orang tuanya adalah donatur terbesar disekolah itu. bukannya menjawab pertanyaan dari Revaldo tapi mereka berlima melarikan diri ketakutan agar tidak dikeluarkan dari sekolah jika mengganggu Revaldo. saat ingin mengejar, Maryam menahan ketua OSIS tersebut. "udah tidak usah dikejar" ucap gadis itu sambil membantu adiknya berdiri. "adikmu terluka mar, ayo kita ke UKS dulu" saran dari Revaldo ditolak mentah-mentah Karena Maryam dan sang ibu adalah dokter terbaik dirumah. "kalau begitu ku antar ya, aku akan suruh sopir membawa mobil kemari" ujar Revaldo. Maryam mau menolak tapi Revaldo tidak peduli, ia tetap menelepon sang sopir. 10 menit kemudian sang sopir datang, Revaldo mengantar dua bersaudara itu. sedangkan motornya dibawa pulang oleh sang sopir. sesampainya dirumah mereka berdua disambut hangat oleh Milan, Lala, Adit dan sang bunda yang ternyata sudah dirumah. tapi melihat kondisi Hary mereka berempat cemas. "loh Hary kenapa kak?" tanya sang bunda sambil memeriksa luka anaknya itu. Maryam yang sedang memapahnya langsung menyerahkan Hary pada sang bunda untuk diobati. "nanti aja didalam ceritanya bund" ujar Maryam datar, sang ibu mengerti saat melihat Revaldo yang tersenyum ramah, Mina pun langsung membawa Hary ke dalam bersama Adit dan Lala. "kak dia siapa?" tanya Milan mengernyitkan dahinya melihat Revaldo. "teman kakak, Milan masuk dulu ya" ujar Maryam dengan perhatian, karena kalau dia berbicara datar Milan takkan mendengarkan. terbukti Milan langsung mengangguk menuruti kakaknya. "terimakasih" ucap datar Maryam menatap dingin ke arah Revaldo. Revaldo pun hanya tersenyum karena gadis didepannya tidak sedingin itu saat bersama keluarganya. "sama-sama" ujar lelaki tampan itu tersenyum tipis. suasana canggung karena Revaldo berharap disuruh mampir berbeda dengan Maryam yang bingung membuat sang ketua OSIS pergi dari rumahnya. "hm, terimakasih sudah mengantarku dan adikku, aku masuk kerumah dulu" ujar Maryam berusaha sopan. Revaldo dalam hati kecewa tapi juga ada rasa geli di hatinya melihat sikap gadis yang ada didepannya karena secara tak langsung Maryam mengusirnya. "oke, aku pulang" ujar Revaldo masih dengan senyuman tipisnya lalu melangkah pergi. Maryam dalam hati lega tapi wajahnya tetap datar menatap kepergian Revaldo dengan mobilnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD