setelah Revaldo pergi, gadis itu masuk ke dalam menyusul para adiknya dan sang bunda.
di dalam rumah
"Abang kok luka-luka?" tanya lala kepada Hary dengan mata berkaca-kaca sedangkan yang ditanya hanya menunjukkan senyuman tipisnya.
"tenang la bang Hary lagi diobatin kok" ujar Milan yang ada disampingnya juga menatap Hary dengan khawatir.
"dikeroyok" ucapan singkat itu tentu saja datang dari sang sulung.
"ha sama siapa?" tanya sang bunda heran karena Hary tidak pernah mencari masalah.
"tanya sama dia" jawab Maryam yang sedang memangku adit dikarpet ruang tengah.
mereka semua berkumpul di ruang tengah.
"bang, siapa?" tanya Milan dengan cepat mendahului sang bunda, Mina pun hanya menggelengkan kepala melihat Milan yang mulai emosi sambil merapikan p3k karena sudah selesai mengobati Hary.
"orang iri" jawaban singkat dari Hary bersamaan dengan smirk yang muncul di wajah tampannya.
semua pun langsung mengerti, bukan hanya disekolah di perumahan yang mereka tinggali sekarang juga banyak yang iri karena ketenangan, kepintaran, juga visual keluarga tanpa ayah itu.
jangankan tetangga bahkan keluarga besar dari sang ayah dan ibu juga memiliki sikap seperti itu pada mereka, makanya Mina memutuskan tinggal jauh dari keluarga agar sang anak hidup dengan tenang.
"kalau begitu setiap pulang langsung ke kelas kakak, jangan sendirian lagi mereka keroyokan" ujar Maryam dengan lembut tapi masih terdengar tegas.
Adit dan Lala daritadi hanya menyimak dengan wajah polos mereka.
"yaudah sekarang mandi ya, perlu bunda bantu?" tanya Mina kepada anak keduanya itu.
"Abang bisa sendiri kok Bun" jawab Hary dengan senyuman lembutnya, lalu ia melangkah pergi ke kamar mandi.
Maryam juga pamit untuk mandi jadilah tinggal Milan, Lala, Adit , dan sang bunda diruang tengah menonton televisi.
malam pun tiba, Mina menyuruh Hary untuk makan dikamar saja, ia melihat lemahnya Hary sekarang karena baru kali ini anaknya itu dikeroyok.
"bunda ngantar makanan ke kamar bang Hary dulu ya" ujar Mina kepada anaknya di meja makan sambil menyiapkan makanan untuk Hary.
"Bun, Lala mau makan sama bang Hary juga" ujar Lala memelas.
"jangan ganggu bang Hary dulu la" ujar Maryam mencoba berbicara lembut.
"gak papa kok kak, tapi Lala bantu bang Hary ya" ujar sang bunda mengacak pelan rambut Lala yang tersenyum lebar.
Maryam pun diam, ia pasrah jika kebawelan Lala akan menganggu Hary padahal itu tak pernah menganggu Hary malah lelaki itu senang mendengar ocehan Lala yang menggemaskan.
Mina dan Lala pergi ke kamar dengan nampan makanan yang dibawa sang ibu.
sedangkan di meja makan ada Maryam yang membantu Adit makan dan Milan juga makan malam dengan tenang.
sesampainya dikamar
"abang" panggil Lala, gadis kecil itu langsung mengambil tempat duduk diranjang tepatnya disamping Hary.
"eh Lala mau makan disini juga?" tanya Hary, gadis kecil itu pun mengangguk antusias membuat sang ibu tersenyum melihat keimutan anaknya.
"yaudah bunda tinggal ya, Lala jangan cerewet dulu ya sayang" ujar sang bunda meletakkan makanan di pangkuan Hary lalu melangkah pergi meninggalkan kamar tersebut.
makanan yang dipangkuan Hary sekarang porsi nya dibanyakkan karena berbagai dengan Lala, minum pun sudah diletakkan Mina dimeja nakas.
"Abang, biar Lala yang suapin, Abang kan sakit" ujar Lala dengan lugu.
"enggak kok cuman luka kecil ini la" ujar Hary tersenyum manis mengacak pelan rambut adiknya itu.
"tapi Lala mau suapin Abang loh" ujar gadis kecil itu hampir kesal melihat abangnya yang berusaha kuat padahal luka diwajahnya cukup parah ditambah lebam juga.
"yaudah deh" akhirnya Hary pasrah dengan adiknya yang satu itu.
dengan tangan mungilnya, Lala menyuapi abangnya yang sedang terluka dengan telaten.
keseriusan diwajah gadis kecil itu sambil mengunyah makanan membuat Hary tersenyum geli.
"Abang harus makan banyak biar hilang luka nya" ujar gadis itu dengan polos tapi tangannya tetap menyuapi Hary.
Hary mengangguk patuh dengan adiknya yang cerewet itu sambil tersenyum manis.
"Abang ambilkan minum" perintah Lala karena memang Hary yang lebih dekat dengan minuman itu.
tanpa banyak bicara Hary langsung mengambilnya dan menyerahkannya ke Lala tapi bukannya meminumnya, gadis itu malah menyuruh Hary minum tapi ia yang memegang gelas tersebut.
Hary seperti bayi yang diurus bayi, wajah serius adiknya sekarang sangat menggemaskan jadi tanpa disadarinya cubitan gemas pun melayang di pipi chubby Lala.
"loh kok dicubit pipi Lala?" tanya adiknya itu tidak terima.
"Lala seperti boneka, jadi Abang cubit" jawab Hary santai bahkan mencium bekas cubitan itu membuat sang adik bingung harus marah atau senang.
"udah habis tuh makanannya, sini piringnya" ujar Hary sambil mengambil piring tersebut lalu meletakkannya di atas nakas.
setelah makanan dan minuman mereka habis, kedua bersaudara itu duduk sambil bersandar di kepala ranjang.
"Abang jangan luka lagi ya, Lala takut" ujar gadis kecil itu lirih menundukkan kepalanya.
"takut apa?" tanya Hary heran menatap kepala sang adik yang menunduk.
"seram kalau luka-luka gitu wajah Abang" jawaban polos dari Lala membuat Hary terkekeh pelan.
"Abang jangan ketawa, Abang harus janji jangan seram lagi wajahnya" ujar Lala masih menunduk, daritadi gadis itu menahan untuk tidak takut melihat luka diwajah sang Abang.
Hary pun tersenyum lembut sambil memegang kedua pipi adiknya lalu mengangkat wajah imut adiknya sekarang.
"la jangan takut ini cuman luka loh" ujar Hary dengan perhatian.
Lala hanya diam apalagi saat abangnya itu mengelus puncak kepalanya dengan lembut.
karena sudah tak tahan lagi dengan kebaikan dan kelembutan sang Abang, gadis kecil itu memeluk erat Hary dari samping.
Hary juga membalas pelukan itu dengan senyuman yang merekah diwajahnya.
"kalau ada yang jahatin Abang lagi bilang ke Lala, biar Lala hajar" ujar sang adik dengan tatapan menggebu-gebu sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Hary.
mendengar itu Hary tertawa geli, adiknya itu berani sekali.
melihat tawa damai sang Abang lala tersenyum sambil mengelus puncak kepala abangnya itu dengan lembut membuat Hary terkejut.
"Abang" panggil Lala pelan.
"hm?" jawab Hary yang masih membeku.
"coba tidur disini" ujar gadis itu sambil menepuk pahanya sendiri.
Hary pun mengangguk patuh langsung meletakkan kepalanya di paha adik kecilnya itu, sapuan halus dirambutnya terasa lagi.
melihat wajah adiknya dari bawah itu sangat menenangkan jiwanya, adiknya yang satu ini adalah obat terbaik dari segala penyakit yang ia punya.
Lala tersenyum senang karena bisa merawat abangnya dengan baik sekarang.
"Abang tidur duluan aja" perintah Lala sangat tidak masuk akal karena yang sudah menguap dari tadi adalah gadis kecil itu.
"hahaha, Lala gak ngantuk?" tanya Hary dengan tertawa pelan.
"belum kok hoaaam" jawabannya tak sama dengan kondisi yang sebenarnya.
tak lama mata Lala sudah ingin terpejam membuat Hary tak tega jadi dia memutuskan bangkit dan menidurkan adiknya disebelahnya lalu memeluknya dan tidur bersama.