Bab 2 - Sebuah kebenaran

989 Words
Ayana terlihat murung beberapa hari ini, Nenek kim sudah berusaha bertanya pada Ayana. "Apa yang terjadi Ayana?" Namun perempuan itu terus menggeleng dan mengatakan, "Aku baik-baik saja." Ayana memilih untuk kembali ke kontrakannya yang ada diatas. Namun sebelum ia kembali, Tiba-tiba Hangyul muncul dari pintu depan dengan kondisi yang mampu membuat Ayana tertegun dan terkejut. "Oh tuhan! Bagaimana bisa kamu terluka seperti ini Hangyul?!" Ucap Nenek kim kemudian menarik Hangyul untuk duduk di sofa ruang tamu. Mata Ayana memicing terkejut melihat beberapa bulu serigala yang menempel dicelana hitamnya. Seketika rasa shock akan malam itu membuat Ayana terduduk lemas ditangga. Ayana melupakan kehamilanmya untuk beberapa saat. Ayana tidak ingin membuat seisi rumah panik, Ia akhirnya memutuskan untuk segera naik ke kontrakannya. "Aku harus bagaimana?" Ucapnya lirih. Mengingat dirinya yang sudah tidak memilik keluarga lagi membuat Ayana merasa sedih. Keputusannya sudah bulat! Dia tidak akan menggugurkan kandungannya. Tapi... Bayi yang dikandungnya ini bukanlah bayi biasa. Melainkan bayi serigala, sungguh terasa tidak masuk akal bukan? Ia mengandung benih dari serigala jadi-jadian. Ah sudahlah! Dia memilih untuk melupakan pria sialan itu. Walau rasa sakit dan rasa cintanya masih ada bertahan mendominasi rasa dendamnya. Ayana memilih untuk kembali tidur, memikirkan sesuatu yang tidak jelas hanya akan membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Esok harinya Ayana sudah stay berada ditoko roti sembari memanggang beberapa roti lagi. Pelanggan mulai berdatangan ke tokonya. Para pelanggan tak jarang menyapa Ayana. Tiba-tiba Ayana berlari kearah toilet, mengeluarkan seluruh cairan bening yang membuatnya dilanda mual dan pusing. Namun setelah itu Ayana tidak merasakan mual lagi. Apa anaknya tau kalau sekarang toko rotinya sedang ramai? Mungkin Ayana sudah gila setelah memikirkan hal tersebut, Ayana mengulurkan tangannya untuk mengelus perut yang masih rata itu. "Sehat-sehat didalam baby wulf." Ayana terkikik geli saat tiba-tiba bayangan nama Baby wulf terlintas di benaknya. Ayana sibuk membaca buku di dekat jendela, sembari memandang takju  hujan yang sekarang mengguyur kota Taewan. Tok...tok...tok... Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Ayana melangkah sampai depan pintu lalu membukakan pintu untuk Hangyul yang sekarang berdiri di depannya. "Kenapa gyul?" Tanya Ayana. "Minta salep dong Ay, Nyeri banget rasanya." Ayana menyuruh Hangyul masuk kedalam kontrakannya. Tidak tega juga membiarkan Hangyul memoleskan luca cakaran besar yang berada di punggungnya. "Aww!" Ringis Hangyul. Ayana menggeleng, "Kamu abis ngapain aja sih gyul? Kok bisa lukanya sampe gede kaya gini?" Ayana bertanya. Hangyul enggan menjawab, masih merintih dan meringis karena Ayana yang sedang mengoleskan salep kearah lukanya. "Biasa sih, Urusan pria." Jawab Hangyul. Selesai mengobati Hangyul, Ayana bangkit menaruh salep diatas nakas samping ranjang. "Lukamu mirip cakaran serigala aja." Ujar Ayana menggeleng, Bisa ia tebak Hangyul sekarang diam. Hangyul bangkit, sebelum pamit Ayana bisa mendengar gumaman Hangyul sedikit. "Kamu benar ini memang bekas cakaran serigala." "Apa gyul?" Ayana bertanya meminta jawaban pasti dari Hangyul. "Nothing!" Jawab Hangyul tersenyum sekilas lalu berterimakasih pada Ayana. Ayana terduduk diranjang minimalisnya. Perutnya tiba-tiba keram, mungkin karena kelamaan duduk bersila saat membersihkan luka Hangyul. Ayana masih tidak menyangka kalau dirinya kini tengah hamil. Karena bingung, Ayana memilih untuk membaringkan tubuhnya. Mengistirahatkan sejenak tubuh dan pikirannya. ... Ayana terbangun ditengah malam, Ia merasa sangat aneh ketika mendengar suara lolongan serigala. Hatinya kian resah ketika mengingat ada bayi serigala dalam perutnya. Bisa ia lihat dari Jendela dimana Hangyul kini keluar dari rumah. Hanya mengenakan celana pendek, bahkan Ayana masih jelas melihat luka cakaran itu dari jauh. Ayana bertanya-tanya, Apa Hangyul adalah bagian dari mereka? Kenapa Hangyul bisa keluar ditengah malam seperti ini tanpa pakaian pula. Tanpa rasa takut Ayana segera turun setelah mengenakan mantel hangatnya. Lalu diam-diam menyusul Hangyul. Ayana bahkan sempat tertatih ketika merasakan perutnya yang bergejolak karena angin malam menembus tulang. Hangyul berlari dengan sangat cepat, meninggalkan Ayana yang kini tertinggal dibelakangnya. Hoss...hoss... "Cepat sekali dia pergi!" Tukas Ayana kesal. Ayana tersadar ketika berada disebuah kawasan asing yang tampak tidak berpenghuni. Ayana menepuk jidatmya pelan, kenapa dia sampai lupa membawa ponsel? Kalau sudah begini apa yang harus dia lakukan. Lolongan serigala terdengar jelas kembali membuat Ayana bergidik ngeri. Bahkan ia sekarang merasakan ada seseorang yang mengamatinya dari jauh. Ayana takut... Jujur saja Ayana tidak berani menoleh kebelakang ketika merasa seseorang kini mendekat kepadanya. Ayana takut... benar-benar sangat takut. Seungwoo apa kau mendengar kata hati Ayana yang sangat menginginkanmu melindunginya? "Ayana!" Ayana tersadar ketika Hangyul sudah berdiri didepannya. "H-hangyul?" Setelah itu semuanya gelap, Ayana bahkan tidak ingat kenapa dia bisa berbaring disebuah ranjang kecil. Ayana tidak mengenal ruangan tempatnya berbaring sekarang. "Kita dimana?" Ayana bertanya pada Hangyul yang kini duduk sambil menatapnya. "Kenapa kamu mengikutiku?" Hangyul tidak menjawab, ia malah memberikan Ayana pertanyaan baru. Ayana tertegun, Dia tidak tau harus menjawab apa? Masa Ayana bilang ke Hangyul kalau dia penasaran sama Hangyul yang keluar rumah kontrakan malam-malam. "Kawasan ini berbahaya Ayana, Banyak serigala lapar yang berkeliaran. Mereka serigala Liar yang tidak takut pada manusia." Ayana kembali bungkam. Sangat sulit untuk mendeskripsikan suasana yang tercipta saat ini. "K-kamu serigala?" Walaupun takut Ayana tetap bertanya pada Hangyul. Sepertinya pria dihadapannya ini sama sekali tidak terkejut, "Memangnya kenapa?" Wajah cantik itu tiba-tiba memucat. "Ada apa denganmu?" Hangyul bertanya ketika melihat raut wajah pucat dari Ayana. Ayana semakin mundur ketika Hangyul mulai mendekat kearahnya. "JANGAN MENDEKAT!" Tukas Ayana yang kini menunduk takut. "Ayana tenanglah, Aku tidak mungkin menyakitimu." Ayana bungkam, bahkan dia masih tidak berani menatap kearah Hangyul. "Hiks... A-aku mohon menjauhlah..." Ayana terisak seraya memeluk dirinya sendiri lalu menenggelamkan kepala diatas tangannya. "Oke." Hangyul menurut. "Percayalah Ayana, Aku memang manusia Serigala. Tapi kau tidak perlu begitu takut melihat kehadiranku disini." Ayana tidak menjawab, Hangyul menghela nafasnya. "Hari ini akan ada perang besar antar wilayah kekuasaan Ayana. Aku harus pergi, Kalau tidak pimpinan akan sangat marah." Hangyul hendak bangkit. "Seungwoo." Gumam Ayana dengan lirih namun Hangyul masih bisa mendengar dengan sangat jelas gumaman tersebut. Hangyul berhenti melangkah ketika mendengar nama tersebut. "Ayana, katakan padaku kenapa kau bisa mengetahui nama itu?" Ayana tiba-tiba histeris, memori menyakitkan kembali terputar dalam ingatannya. Bahkan Ayana menggeleng lalu kembali menangis. "Hey! Ayana ada apa denganmu?! Kenapa kau bisa mengetahui nama pimpinan?" Hangyul mendekat untuk menghentikan aksi Ayana yang menyakiti diri sendiri. "A-aku hamil." Lirih Ayana. Hangyul nampak terkejut, "S-seungwoo adalah ayah dari anakku." Ayana kembali terisak setelah mengatakan itu semua. Hangyul tidak tau harus bereaksi seperti apa? Yang jelas wanita yang kini berada dalam dekapannya terisak, membuat Hangyul yang mendengarnya begitu pilu. Masih banyak pertanyaan dalam kepalanya mengenai sebuah kebenaran ini. # Mumu here! Bagaimana nih untuk bab hari ini? Wkwk maaf ya lama update
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD