Bab 1 - Kehidupan yang damai

995 Words
Taewan, 20 April Rasanya hari-hari yang kulewati disini selama 2 bulan terakhir membuatku menyadari apa itu sebuah kehidupan yang damai. Aku memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranku. Setelah kemarin pergo dari masa lalu yang membelenggu. Tinggal sendiri disebuah kontrakan kecil tidak masalah bagiku. Selama aku bahagia tanpa bayang-bayang kejadian 2 bulan yang lalu. Membuatku depresi dan terlalu setress. Lingkungan disinipun baik, Ada nenek Kim yang menjagaku layaknya putri kandungnya. Lalu ada Hangyul, Penghuni kamar sebelahku yang tingkahnya sangat menghibur. "Ayana." Aku menoleh pada Hangyul yang kembali dengan sepedanya. "Aku ingin roti buatanmu yang enak itu Ayana!" Tukas Hangyul sembari tersenyum padaku. "Nggak berangkat kuliah?" Tanyaku padanya. Hangyul hanya mengangkat dua bahunya acuh kemudian melahap roti hangat yang baru aku keluarkan dari panggangan. "Aku harus segera pergi, salamkan aku pada nenek Kim!" Aku menggeleng pelan melihat kelakuan hangyul yang terkadang tidak kusangka sangat berbanding terbalik dengan wajah tampannya. Aku duduk sembari menunggu pelanggan masuk. Hari ini aku memang sangat pagi membuka toko, Entahlah yang jelas aku sangat ingin membuka toko cepat. Kunyalakan TV kecil yang ada disudut ruangan, menampilkan serial kartun serigala kecil. Ck... Kenapa harus tentang serigala? Aku membencinya! Ku ganti chanel TV dengan siaran berita. Kepalaku berdenyut sakit akhir-akhir ini dan aku tidak tau apa penyebabnya? Tak lama kudengar suara pintu didorong, pelanggan mulai berdatangan dan aku harus sigap melayaninya. Huh... rasanya sungguh pegal dan lelah, sore ini aku bisa pulang dengan cepat karena roti yang kujual habis. Senangnya hatiku... Sebelum senja semakin habis, kuputuskan untuk segera pulang. Jalanan juga semakin sepi, membuat suasananya agak mengerikan. Akhirnya aku sampai dirumah dengan selamat, untungnya tadi aku berjalan cepat ketika merasa seseorang mengikutiku tadi. "Nenek!" Pekiku senang lalu kudekati beliau dan memeluknya, memberikan beberapa lembar uang yang kudapatkab hari ini. "Buat bayar kontrakan." Nenek tersenyum lalu menerima uang kontrakan yang kubayar untuk dua bulan. "Mukamu pucat Ay, ada apa?" Nenek bertanya padaku dengan raut wajah khawatirnya. "Masa sih nek?" Aku bertanya, kemudian mengambil cermin kecil yang aku simpan di dalam tas selempangku. "Ah, mungkin lipbalmnya kurang." Jelasku pada nenek. Kepalaku kembali berdenyut sakit, kuputuskan untuk pamit menuju kamar kontrakan yang berada tepat diatas rumah nenek. Nenek mengangguk dan sepertinya beliau masih melihatku yang naik ketangga dengan sempoyongan. Mengapa rasanya begitu sakit? Kepalaku bahkan tidak bisa melihat benda dengan begitu jelas. Karena aku melihat banyak benda berputar diatasku. Apa anemiaku kambuh ya? Karena akhir-akhir ini kepalaku pusing dan sakit. Bahkan kerap kali aku merasa cepat lelah. Kupaksa mataku agar terpejam lalu kubaringkan tubuhku. Tidak peduli malam ini aku belum makan, aku hanya ingin cepat tidur. "Aku tidak akan meninggalkanmu Ayana." Hoss... Aku terbangun setelah bermimpi aneh semalam. Kutenggak habis segelas air putih. Kepalaku kembali berdenyut sakit. Kenapa sih aku harus memimpikan Seungwoo sialan itu?! Tidakkah ia ingin aku melupakannya? Tapi kenapa semakin kesini aku semakin tidak bisa melupakannya. Aku membencimu Seungwoo! Ahh, Rasanya kepala ini akan meledak, disusul gemuruh perutku yang berbunya karena lapar. Aku menyambil sebuah roti yang ada di kulkas kemudian menghangatkannya melalui mingrowave. Baru saja satu gigitan, Aku sudah berlari kedalam kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku. Hanya cairan kental dan bening yang keluar. Aku bertanya-tanya, Apa hal itu terjadi karena kemarin aku tidak makan malam? Tiba-tiba ponselku bergetar, segera kuambil namun sepertinya keputusanku untuk melihat ponsel itu salah. Karena sekarang aku cukup terkejut melihat kalender pengingat haidku mengatakan kalau aku telat 2 bulan. Oh tuhan, kenyataan apalagi ini? ... Seluruh pasukan telah berkumpul, strategi mengepung yang luar biasa dari pemimpin mereka membuat pertempuran untuk menaklukan wilayah barat terasa sangat mudah. Hingga akhirnya bendera kemenangan berkibar dengan sangat besar. Membuat si pemimpin tersenyum puas. "Seluruh klan serigala barat sekarang tunduk pada pimpinan Seungwoo. Raja diatas raja dari para klan serigala." Mereka semua tunduk dan mengangung-agungkan nama Seungwoo. Seungyoun bertanya pada Seungwoo, "Apa yang anda akan lakukan sekarang?" Pertempuran sudah selesai dilaksanakan dan mereka membawa kemenenangan bersama mereka. Seungwoo tersenyum tipis, "Kembali ke istana." Ujarnya. Suasana dingin menyapa seluruh aula ketika Seungwoo duduk nyaman singgasananya. Tidak ada yang berani berkutik melihat sorot mata tajam yang menelisik satu persatu orang yang hadir disana. "Sepertinya sudah ada beberapa orang yang membangkang padaku." Ucapan itu membuat mereka bergidik ngeri dan saling melirik satu sama lain. "Aku tidak akan menunjuk siapapun dari kalian hari ini. Tapi jika sampai hal itu terulang lagi aku tidak segan-segan menguliti dan membakar kalian. Paham?" Suara Seungwoo yang dingin dan tak terbantahkan membuat seluruh orang yang ada disana menampilkan ekspresi gemetar. Seungwoo bangkit lalu meninggalkan Aula yang masih terbawa suasana dingin yang Seungwoo ciptakan. "Apa gadis itu sudah kau berikan harta yang cukup?" Seungyoun lantas menoleh dengan pandangan terkejut, seketika ia membungkuk memberi hormat pada Seungwoo, "Sudah sangat cukup yang mulia. Tapi sepertinya nona itu tidak mau menerimanya." Seungwoo tak menunjukan ekspresi apapun. Seungyoun masih setia membungkuk sebelum Seungwoo memperintahkan kembali ke posisi semula. "Sombong juga gadis itu." Seungwoo berdecih. "Apa yang aku lakukan dengannya selama ingatanku hilang?" "Menjawab yang mulia, Saya tidak tau apa yang terjadi diantara gadis itu dan yang mulia. Hanya saja, Yang Mulia terlihat mencintainya." Seungwoo menarik sebelah alisnya. "Omong kosong! Kembali ke posisimu yang semula Choi Seungyoun." Seungyoun menurut. Seungwoo tidak pernah tertarik dengan hubungan asmara. Yang dia lakukan hanya membakar ambisi untuk menguasai seluruh klan serigala dan menjadi raja diatas segala raja. Sementara itu, disisi lain Ayana memperhatikan lima jenis alat tes kehamilan yang berbeda. Ia sudah mencobanya tadi, Hasilnya keluar setelah beberapa menit. Ayana tidak yakin dengan apa yang ia lihat sekarang, Sebuah testpack dengan dua garis merah terpampang nyata dihadapannya. Nafas Ayana tercekat, mengetahui Ayah dari si bayi adalah pemimpin klan serigala yang paling disegani. Apalagi Ayana sudah memutuskan untuk pergi jauh dari hidup pria yang tega mencampakkannya. Ya Tuhan... Ayana harus bagaimana?? Ayana merasa ada yang salah dengan testpacknya. Ayana memilih untuk berpikiran positif. Mungkin Ayana harus pergi ke dokter dan memeriksanya langsung. Walaupun Ayana ragu dengan feelingnya, Ditambah lagi kenyataan kelima buah testpack yang ia beli menunjukan tanda positif. Ayana nggak mungkin hamil anaknya Seungwoo kan?? "Selamat anda akan menjadi seorang ibu." Ayana melongo tidak percaya mendengar ucapan sang dokter. "T-tapi dok-" "Kandungannya cukup kuat, Saya rasa morning sicknessnya tidak terlalu parah." Ayana masih bungkam ditempatnya. "Rajin konsumsi makanan yang bergizi untuk pertumbuhan si janin." Ayana keluar dari klinik dengan pandangan kosong. Kehidupannya yang damai sepertinya tidak akan bertahan lama. Ia mengandung anak dari pria yang ia benci. Lalu apa yang harus dia lakukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD