BOY - Episode 2

2482 Words
"Apa maksud Papa sama Mama? Jawab Azhar" ucapku dingin. Mama hanya melongo bingung, sementara Papa mengernyitkan dahinya. "Kamu ngomong apaan sih Azhar?" tanya Papa. "Azhar dengar semuanya" ucapku. "Denger apa Azhar? Denger pembicaraan tadi?" tanya Mama. "Iya". "Ya bagus kalau kamu udah tau, jadi Papa gak capek-capek lagi ngulangin pembicaraan tadi buat kamu" ucap Papa. "Azhar gak setuju, dan sampai kapanpun gak setuju" ucapku membalikkan badanku. "Kamu gak mau lihat Papa sama Mama bahagia Azhar?" tanya Mama pelan. Aku memejamkan mataku, dengan tangan terkepal, kalau sudah begini, bagaimana bisa aku menolak Mama? Mama orang yang sudah mempertaruhkan nyawanya untukku, apa yang bisa aku berikan padanya selama ini? Aku rasa belum ada. "Beneran gak mau Azhar?" tanya Mama lagi. Aku lebih memilih berlalu. Dari pada harus memilih jawaban yang sudah pasti aku tidak bisa tolak karena itu pilihan orang tuaku. ~~~~~~ ••••• Author POV ••••• Pagi-pagi sekali Vinka sudah bangun dan bersiap, semua keluarga Om Sultan juga sudah siap, mereka akan ikut mengantar Mamanya ke Bandara. Sebenarnya bohong sekali jika Vinka tidak menginginkan Mamanya untuk tetap di Jakarta -bersamanya-. Tapi iya yakin, Mamanya lebih memilih pekerjaannya daripada dirinya, anaknya. Mungkin Mamanya memang ingin sekali membahagiakan Vinka dengan cara mencetak uang yang cukup, agar Vinka tidak mengalami kekurangan uang seperti hidup dirinya dulu. "Langsung aja nih Rin?" tanya Tante Lita. "Iya Mba, soalnya sore nanti aku ada meeting sama client" ucap Mama. "Yaudah, kita dua mobil saja, soalnya gak cukup kalau satu mobil" ucap Om Sultan. "Hmm, oke. Azhar kamu, Vinka, Rico, Haris satu mobil, biar Mama, Papa sama Tante Rini satu mobil" ucap Tante Lita. "Tante, Vinka berangkatnya sama Mama aja ya" ucap Vinka. "Gak usah sayang, Mama biar sama Om sama Tante aja, biar kalian berempat, biar deket dan akrab" ucap Mama. "Tapi Maa.." ucapan Vinka dipotong oleh Tante Lita. Wajah Azhar menatap Mamanya curiga, dan yang ditatap hanya menatap santai Azhar. Apa lagi yang akan Mama dan Papanya rencanakan? Kekanakan sekali. Mengingat kata perjodohan saja membuatnya geli. Apalagi membayangkan semuanya terjadi. "Ya sudah ayo kita berangkat" ucap Om Sultan. Semuapun bergegas masuk ke dalam mobil. Setelah sampai di bandara, Vinka memeluk Mamanya erat, sangat erat, air mata tak bisa tumpah sama sekali, tapi harus dia akui, ia sangat-sangat tidak ingin berpisah dengan Mamanya. Karena siapapun juga di dunia ini tidak ingin berpisah dengan orang tuanya. Tapi karena kebiasaan ditinggal orang tuanyalah yang membuat Vinka merasa lebih baik kuliah diluar daerah. "Mas, Mba, aku titip Vinka ya" ucap Mama melepas pelukan Vinka, diciumnya puncak kepala anaknya itu. "Pasti Rin" ucap Om Sultan memeluk adiknya itu. "Libur nanti ajak Fahri kesini Rin" ucap Tante Lita. "Pasti Mba" ucap Mama segera memeluk ipar kesayangannya ini. Setelah mendapat pemberitahuan penerbangan akan dilaksanakan 5 menit lagi, Mama segera pamit undur diri. Vinka menatap kepergian Mamanya dengan perasaan bercampur aduk, entah apa yang dia rasakan saat ini. Meski sedari kecil waktu dan kebersamaan bersama Mamanya banyak tersita dan terbuang. Tapi hatinya tersentil dengan momen ini. Ia juga merasa kehilangan. "Ayo Vinka, kita pulang, kamu kan satu jam lagi berangkat kuliah" ucap Tante Lita membuyarkan lamunan Vinka. Vinka mengangguk kecil, Tante Lita segera menarik lembut tangan mungil Vinka dan berjalan mendahului ke-4 orang pria yang telah bersamanya sejak lama. "Mama kamu ngerasa dunia-nya milik berdua sama Vinka" ucap Papa berlalu merangkul bahu Haris. "Kayaknya Haris gak bakalan lagi deh dimanja sama Mama-Papa, udah kesita semua ke Vinka" ucap Riko menatap wajah Azhar dalam. Azhar hanya menaikkan alis kirinya lalu segera mengikuti langkah Papa dan Adik bungsunya dengan kedua tangan berada dalam saku celana jeans selututnya. "Eh Mas! Tungguin!" ucap Riko segera berlari menyusul keluarganya. Sesampainya dirumah keluarga Sultan.. "Vinka, kamu mandi dulu terus nanti sarapan bareng kita, Haris, Riko, Azhar kalian juga siap-siap, Papa juga!" ucap Tante Lita. Azhar segera berlalu ke kamarnya. "Sekarang Mama tambah cerewet ya" celetuk Haris. Tante Lita hanya memberi pelototan tajam 3 detik pada Haris, dan Haris langsung berlari terbirit-b***t menuju kamarnya. "Riko, kamu ngapain disitu?" tanya Tante Lita yang membelalakkan matanya melihat Riko yang merebahkan tubuhnya diatas karpet lembut bulu landak diruang tamu keluarga ini sambil sibuk memainkan ponselnya. "Main game" ucap Riko santai. "Ma, nanti bikinin kopinya jangan terlalu panas kayak pagi kemarin" ucap Om Sultan segera berlalu. "Iya Papa.. Hey! Riko, kamu masih mau tetap disitu?" tanya Tante Lita. "Iya.." sahut Riko pelan. "Mama hitung sampai.." ucapan Tante Lita terhenti ketika Riko bangun dan segera berlalu dari sana dengan wajah kesalnya. Kejadian ini membuat Vinka tersenyum, keluarga yang harmonis, seandainya Vinka punya saudara, punya Mama yang punya waktu banyak untuk dirinya, Papa yang ada ketika weekend. Huh.. Semua terasa begitu sangat menyenangkan jika dibayangkan oleh Vinka. "Hey Vinka, Vinka, ayo sekarang kamu juga pergi mandi" ucap Tanye Lita membuyarkan lamunan Vinka. "Ah, iya Tante" ucap Vinka segera pamit dari hadapan Tante Lita. Setelah selesai mandi, Vinka mengenakan Baju warna hijau tosca. Sambil berkaca ia menimbang-nimbang. Ia ragu dengan bajunya kali ini, jarang sekali ia pakai, entah kenapa hari ini dia ingin memakai baju ini. Setelah dirasa siap, Vinka segera menuju meja makan terlihat olehnya Tante Lita yang sibuk menata makanan, belum terlihat anggota keluarga lain yang ada disini, segera ia menghampiri Tantenya. "Tante Vinka mau bantu boleh kan?" tanya Vinka. "Hey, cantik sekali kamu sayang, yaudah, kamu bantuin nyusun sendok garpunya ke tiap piring ya" ucap Tante Lita nenyerahkan sendok dan garpu pada Vinka. Vinkapun mulai menyusun sendok dan garpu disetiap piring. "Vinka, kamu udah punya pacar?" tanya Tante Lita. Pacar? "Hahaa, gak ada yang mau sama Vinka tukang rusuh dikelas Tante, terus kadang suka tidur waktu dosen masuk, suka males ngerjain tugas dosen, pernah telat masuk kampus, dihukum sama dosen pun sudah sering Tante" batin Vinka. "Hey, udah punya?" tanya Tante Lita lagi. Vinka hanya tersenyum, dan obrolan harus terhenti karena semua anggota keluarga sudah berdatangan, Om Sultan dengan setelan jas kantor-nya, Azhar dengan kemeja lengan panjang warna hitam serta celana jeans ketat hitam-nya, Riko dengan baju kaos tipis putih dipadu dengan hem lengan panjang hitam dan celana jeans ketat hitam-nya, serta Haris dengan seragam SMA-nya. "Ayo silahkan makan" ucap Tante Lita bersemangat. Riko duduk berdampingan dengan Azhar, Tante Lita dengan Om Sultan, Haris dengan Vinka berhadapan dengan Riko dan Azhar. "Bentar lagi kamu lulus, setelahnya mau lanjut?" tanya Om Sultan. "Istirahat setahun buat main game Mobile legends dulu Pa" jawab Haris. "Lo b**o apa gimana sih" celetuk Riko kesal. "Ye kan ditanya habis lulus lanjut apa gak, ya Haris jawab istirahat dulu, salahnya dimana?" ucap Haris polos. "Riko, Haris, sudah jangan ribut disini, makan dulu" tegur Tante Lita. "Riko, skripsi kamu gimana?" tanya Om Sultan "Dibetulin dikit lagi Pa, habis itu udah deh" ucap Riko. "Azhar, kamu gimana?" tanya Om Sultan. Azhar hanya menatap kedua orang tuanya, ia yakin, pasti orang tuanya mendesak ia untuk segera menikah. "Sudah ada calon istri?" tanya Tante Lita. "Kamu seharusnya sudah matang buat...." ucapan Om Sultan disela oleh Riko. "Buat bertelur Azhar" ucap Riko. "Ish! Ini orang ganggu omongan orang aja kerjaannya!" ucap Haris melempar tisu makan ke wajah Riko. "Sialan lo ya!" ucap Riko membalas Haris. "Riko, Haris" tegur Om Sultan. Mereka pun segera melanjutkan acara mengunyahnya. "Sudah" ucap Azhar pelan. "Bagus kalau sudah, hari minggu ajak kerumah ya" ucap Tante Lita. Azhar membelalakkan kedua matanya. Minggu? Itu berarti 2 hari lagi bukan? Padahal dia berbohong sekarang, kemana mencari wanita untuk dijadikan alat untuk membatalkan perjodohannya dengan Vinka. "Oke Ma, Azhar bakal bawa dia kerumah.." ucap Azhar tersenyum singkat, menampilkan kedua lesung pipinya. Sial, kemana mencari wanita bayaran yang mau disewa untuk melakukan drama -pacaran- dihadapan orang tuanya nanti? Lama-lama pusing juga memikirkan tantangan Mamanya tadi dikamar. Flashback kamar Azhar. Azhar sibuk mengenakan pakaiannya, Tante Lita masuk dan berdiri dihadapan pintu kamar anaknya. "Azhar, kamu serius gak mau dijodohkan?" tanya Tante Lita. "Iya Ma, Azhar masih bisa nyari sendiri" ucap Azhar. "Oke, Mama setujuin permintaan Tante Rini, buat membiarkan kamu dulu mencari calon sendiri, tapi kalau gagal, kamu harus mau menerima perjodohan dari Papa dan Mama" ucap Tante Lita, "Gimana kamu setuju Azhar sayang?". Azhar memandang kesal ke arah Mamanya, seumur-umur hanya kali ini Mamanya mengesalkan pangkat kuadrat. Tante Lita hanya tersenyum lalu berlalu dari kamar anaknya. Flashback off. "Riko, kamu antar Haris, Azhar kamu antar Vinka ke kampusnya ya" ucap Tante Lita. Azhar menegang mendengar ucapan Mamanya, sementara Vinka membelalakkan matanya kaget. "Biasanya kan Haris diantar Mas Azhar Ma" ucap Haris protes. "Oh jadi lo gak mau ikut gue hah?" ucap Riko menoel kepala Haris pelan. "Haris gak suka diboncengin Mas Riko Pa, Ma.. Dia suka ganggu temen cewek disekolah. Dijalan suka nyetir ugal-ugalan" ucap Haris kesal. "Haris nurut Mama, kalau Mas Riko bandel lagi adu-in ke Mama, dijamin semua fasilitas dia dicabut besok" ucap Tante Lita menaikkan kedua alisnya. "Mama terkejam di dunia. Mama rasa Ibu Tiri jahat" celetuk Riko. "Apa kamu bilang Ibu Tiri? KEJAM? Kalau kejam Mama biarkan kamu kelaparan tiap hari" ucap Tante Lita kesal. "Kalau Haris gak mau ikut Mas Riko ikut Papa saja" ucap Papa menengahi. "Yaudah, Haris ikut Papa aja" ucap Haris. "Kamu ikut Azhar ya Vinka, kalian satu arah juga kok" ucap Tante Lita. Azhar menatap dingin kearah Vinka, Vinka menatap tak enak hati pada Azhar. Setelah selesai makan, Vinka mengikuti langkah Azhar menuju mobilnya ragu-ragu. "Hati-hati dijalan Azhar sayang, Vinka sayang" ucap Tante Lita. Azhar menghembuskan napas kasar, dan segera masuk ke mobilnya. Vinka ikut masuk dan duduk disamping kursi Azhar. Mobil Azhar keluar dari pekarangan rumahnya. Vinka menoleh menatap Azhar yang fokus pada jalanan yang cukup padat. Ia merasa tak enak hati pada Azhar, terlihat tidak nyaman karena harus dibebani oleh kedatangan dirinya. "Mas Azhar" panggil Vinka takut-takut. Azhar menoleh sedetik dan matanya bertemu dengan Vinka, namun segera beralih fokus pada jalanan. "Maafin Vinka yang selalu ngerepo.." ucapannya terhenti karena Azhar menepikan mobilnya. "Diam, atau gue turunin lo disini!" ucap Azhar. "Tapi Vinka mau minta maaf Mas Azhar, sumpah, Vinka gak enak.." ucapan Vinka terhenti. "Turun lo" ucap Azhar dingin. "Eh, tapi kan.." ucap Vinka pelan. "Turun sekarang juga" ucap Azhar kesal. "Tapi kan, Vinka.." ucap Vinka lagi, seumur-umur ia tidak pernah diturunkan ditengah jalan semiris ini. "Turun" ucap Azhar. "Vinka kan sudah minta maaf, ada yang salah ya?" tanya Vinka polos mengernyitkan dahinya menatap Azhar yang mencengkram kuat stir mobilnya. "Astagaa!" ucap Azhar melepas sabuknya dan turun dari mobil, dibukanya pintu tempat Vinka duduk dan melepas paksa seatbelt ditubuh Vinka. "Tapi kan Vinka udah minta maaf Mas Azhar, kalau Vinka bikin kesalahan seenggaknya jangan turunin Vinka dijalan" ucap Vinka. Azhar menarik tubuh Vinka untuk keluar dari mobilnya. Lebih tepatnya menarik kasar tubuh Vinka. "Lo dengerin gue, semenjak lo datang kerumah, lo usik kehidupan gue, lo itu pengganggu berat! Karena lo egois kuliah di Jakarta sendirian, berasa kuat dan lo bisa jaga diri, padahal sebenarnya diri lo itu lemah gak bisa jaga diri sendiri, orang tua lo minta bantuan buat jagain lo, lo pikir gue baby brother lo yang bisa disuruh ini-itu buat jaga lo! Denger, semenjak lo datang kerumah, gue malah gak suka lo ada dirumah gue dan berharap lo pergi dari rumah" ucap Azhar super panjang. Vinka mengerjapkan kedua matanya, mencerna semua ucapan Azhar. "Jadi.. Mas Azhar gak suka saya dirumah keluarga Mas?" tanya Vinka mendongak menatap tubuh jangkung Azhar, "Kalau gak dipaksa Mama saya juga gak bakalan mau, karena saya bukan tipikal cewek yang suka menyusahkan orang lain" ucap Vinka. "Bagus kalau emang gitu" ucap Azhar dingin menantang tatapan dalam Vinka. "Oke, karena saya sudah tau Mas Azhar juga udah bilang sendiri kalau Mas gak suka saya dirumah Om Sultan, saya berusaha untuk balik ke kos-kosan saya, beri saya waktu seminggu buat bujuk Mama, tenang, dari hari ini, saya gak bakal ganggu Mas Azhar lagi" ucap Vinka membenarkan letak tas selempangnya berbalik berjalan meninggalkan tubuh Azhar yang masih menatap kepergian Vinka. Tubuh mungil itu, berjalan dan memberhentikan angkutan umum dan pergi dari sana. Azhar menarik napas panjang dan segera masuk kedalam mobilnya. Azhar pandangi punggung kecil itu yang mulai melangkah membelakanginya. Azhar tau ini bukan salah sepupu kecilnya itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Ia benci skenario perjodohan ini. 'Kalau Mama tau Vinka diginiin marah gak yah?' batin Azhar. Makin lama Vinka makin menjauh dari mobil Azhar. Mendengus kesal, segera Azhar menyejajarkan mobilnya dengan langkah kecil Vinka. Tin! Vinka tak menghiraukan klakson mobil Azhar. Tin tin!! Vinka makin mempercepat langkahnya. Azhar makin kesal dengan tingkah Vinka yang kekanakan itu. Azhar segera keluar dari mobilnya dan menarik kasar tangan Vinka sampai tubuhnya dan Vinka bertubrukan. Dipandanginya wajah Vinka yang berjatuhan air mata. "Gak usah nangis" ucap Azhar tegas. Vinka mengusap air matanya. Dipandanginya wajah Azhar dengan kesal. Sebuah mobil sport berhenti tepat disamping Vinka dan Azhar berdiri. Bagas teman sekelas Vinka di kampus keluar dari mobil tersebut. "Vinka? Kenapa?" tanya Bagas segera menghampiri Vinka. "Lo gangguin Vinka? Mau ngapain lo?". Azhar menggertakkan giginya kesal. "Udah kamu ikut aku aja yuk Vin, bareng aku" ucap Bagas meraih tangan Vinka. "Dia bareng gue" ucap Azhar menarik tangan Vinka agak kasar. "Aww! Sakit tau gak Mas!" ucap Vinka melepas kasar tangannya dari Azhar. "Biarin Vinka yang milih mau bareng sama siapa" ucap Bagas. Vinka menatap Azhar yang juga menatap ke arahnya. Lelaki itu benar-benar kasar, kalau bukan karena Mamanya, ia juga tidak akan sudi tinggal di rumah Om-nya merepotkan keluarganya itu. Segera Vinka berjalan dengan Bagas yang mengikutinya dengan tangan masih memegang lengan Vinka. Bagas segera membukakan pintu untuk Vinka. Dan Vinka masuk tanpa perlu memandangi wajah Azhar yang kini menatapnya dengan kebencian yang semakin besar. "Jangan kasar kasar sama cewek" ucap Bagas sambil menutup pintu mobil tempat Vinka duduk. Ia berbalik menatap Azhar. "Bukan urusan lo ya!" ucap Azhar menatap sengit ke arah Bagas. Bagas menghampiri Azhar dan menepuk pundak Azhar. "Cewek punya perasaan, jadi laki yang gentle bro. Kalau boleh gue mau ajak Vinka jadian" ucap Bagas dengan senyuman miringnya. "Ambil aja kalo lo mau, cewek cengeng begitu. Siapa yang mau" ucap Azhar terkekeh dengan wajah kerasnya. "Jangan salah, dia primadona di Kampus. Gue udah lama suka sama dia. Tapi hari ini, thanks ya. Udah bikin gue jadi penyelamatnya dia" ucap Bagas. "Ambil aja kalo lo mau, gue gak berminat. Gratis pun gak bakalan gue ambil itu cewek cengeng". "Hati hati Bro. Ucapan lo ini bakal gue inget" ucap Bagas. "Gue gak perduli" ucap Bagas hendak berbalik menuju mobilnya. "Awas nanti jatuh cinta lo Bro. Tapi sorry, gue gak akan kembalikan lagi Vinka ke lo kalo lo minta" ucap Bagas berbalik juga menuju mobilnya. Bagas masuk dan dilihatnya wajah Vinka yang murung. "Hey jangan nangis cantik nya nanti luntur sedikit loh" ucap Bagas, "Maaf ya tadi aku pegang tangan kamu". "Terimakasih ya Gas, udah nolongin aku" ucap Vinka mencoba tersenyum dihadapan Bagas. "No problem cantik, kita berangkat ya?" tanya Bagas. Vinka mengangguk menyetujui. Mobil Bagas pun melaju meninggalkan mobil Azhar yang masih terdiam disana. Azhar menatap mobil Bagas dengan penuh kebencian. "Gak bakalan gue sama cewek cengeng itu. Lebih baik gue jadi Perjaka tua" ucap Azhar pelan lalu mulai menjalankan mobilnya. ~BERSAMBUNG~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD