BOY - Episode 3

2492 Words
Vinka pulang dengan wajah yang terlihat kelelahan. Di hari ini, ia bertekad untuk memperbaiki nilainya. Biar cepat lulus dan kerja. Tidak menyusahkan Om Sultan dan Tante Lita. Itu harapannya sekarang. "Vinka udah pulang? Bareng siapa sayang?" tanya Tante Lita menghampiri Vinka. "Sama Vera Tante, teman kampus juga satu kos selama di Jakarta" ucap Vinka. "Yasudah sekarang kamu mandi dulu, terus makan bareng Tante. Nanti sore temenin Tante ketemu client ya" ucap Tante Lita. "Ok Tante" ucap Vinka tersenyum manis, "Kalau gitu Vinka mandi dulu ya". "Iya sayang, Tante tunggu dimeja makan ya". Setelah melakukan ritual mandi, Vinka segera mengenakan kaos kebesaran berwarna pink, dan jeans hitam selutut, ia segera keluar menghampiri Tantenya yang sedang asyik memainkan handphonenya. "Tante...." panggil Vinka. "Hey, maaf Vin. Client Tante tadi ngechat. Ayo makan yuk" ucap Tante Lita. Vinka segera duduk disamping Tantenya, dengan telaten Tantenya menuangkan nasi dan lauk serta sayur ke piring Vinka. "Tante happy banget ada temen ngobrol Vin. Biasanya makan siang Tante sendirian. Sekarang ada kamu berasa punya anak perempuan Tante jadinya" ucap Tante tersenyum bahagia. "Sebentar lagi kan Tante punya menantu. Tante Lita gak kesepian lagi nanti" ucap Vinka. Tante Lita mengusap rambut panjang Vinka sayang. "Tante gak berharap orang lain jadi menantu pertama Tante" ucap Tante Lita. Vinka mengernyit heran. "Maksud Tante apa?" tanya Vinka bingung memasukkan nasi dan lauk dari sendoknya. "Iya Tante mau punya menantu pertama, yang jadi istri Mas Azhar itu kamu Vinka" ucap Tante Lita. Vinka kaget setengah mati, tersedak hingga mulut dan hidung terasa sangat sakit. "Hey, minum sayang. Are you okay honey?" tanya Tante Lita memberikan segelas air putih pada Vinka. Segera Vinka menenggak airnya hingga sisa setengah. Tantenya ini benar benar suka membuatnya kaget. "Vinka masih Kuliah Tante, gak kepikiran kesana. Lagi pula kan Mas Azhar ganteng, pasti pacarnya banyak" ucap Vinka santai. Tak disangka, orang yang lagi dibicarakan melewati mereka dengan wajah santai tanpa berbicara sepatah katapun. "Barusan kamu bilang Mas Azhar ganteng ya Vin? Mas, dibilang ganteng nih sama Vinka!" celetuk Tante Lita menaikkan volume suaranya. "Tanteee" rengek Vinka malu. "Jangan sampai Mas Azhar digondol cewek lain yah Vin" Tante Lita mengingatkan. "Gak mungkin juga Mas Azhar naksir Vinka Tante. Jadi gapapa kalau digondol cewek lain" ucap Vinka terkekeh. "Tante maunya kamu yang ngegondol Mas Azhar. Pokoknya harus!" ucap Tante Lita mengancam. Vinka hanya berusaha tersenyum tidak berani menjawab permintaan Tantenya. Lagi pula rasanya tidak akan mungkin seorang Dokter ganteng, masih muda, naksir sama anak kuliahan cengeng, ingusan, apalagi bersepupu. Rasanya gak banget deh! Lebih baik ia tidak berurusan dengan Kakak sepupunya itu. Galak, tidak berperasaan, dan juga bukan lelaki impiannya. "Mas Azhar emang pulang jam segini Tante?" tanya Vinka penasaran. "Baru hari ini Tante lihat dia pulang cepat, biasanya pulangnya sore, kadang juga malam, pernah juga tengah malam" ucap Tante Lita. Tiba-tiba saja Lelaki yang sejak tadi dibahas datang dengan kaos putih tipis dan celana jeans hitam. Duduk di hadapan Tante Lita. "Haduh gantengnya anak Mama" ucap Tante Lita segera menuangkan nasi, lauk, dan sayur dan memberikannya pada Azhar. Tanpa banyak bicara ia segera menyantap masakan Mamanya yang enak ini. "Azhar, nanti sore anterin Mama ketemu client sebentar ya" ucap Tante Lita. "Iya Ma" ucap Azhar singkat, sibuk menyantap makanannya, "Hari minggu Azhar mau kenalin Claudia ke Papa sama Mama". "Claudia siapa?" tanya Tante Lita heran. "Pacar Azhar" ucap Azhar santai. "Terus Vinka dikemanain?" tanya Tante Lita. "Eh?" Vinka mulai tidak nyaman. "Azhar gak merasa punya kewajiban bertanggung jawab atas diri dia" ucap Azhar menatap tajam ke arah Vinka. "Mama lebih setuju kamu sama Vinka ya Mas" ucap Tante Lita memperingatkan. "Mama belum lihat Claudia" ucap Azhar santai. "Claudia itu wanita dewasa Ma, bukan wanita cengeng, ingusan, dan bau kencur". "Maksud kamu siapa yang cengeng, ingusan, dan bau kencur? Vinka? Orang dia baunya aja Mama suka, masih polos, imut, cantik begini kamu gak suka? Mata kamu kemana Mas Azhar" Tante Lita kesal. "Aku aja jarang megang kencur" celetuk Vinka. "Mama tunggu Claudia itu hari minggu, biar Papa juga lihat bagaimana wanita itu. Kita buktiin Papa bilang apa nanti" ucap Tante Lita. "Terserah Papa sama Mama, yang penting Azhar benar-benar serius sama Claudia. Jangan harap ada yang bisa menentang hubungan Azhar sama Claudia" ucap Azhar segera berdiri, diliriknya Vinka yang membulatkan matanya menatap Azhar. "Dasar bocah bikin rusuh!" ucap Azhar lalu berlalu. "Yang cocok sama kamu itu ya Vinka, Mas Azhar yang ganteng" ucap Tante Lita sengaja menaikkan nada suaranya. "Azhar tuli, gak denger!" jawab Azhar dari kejauhan. Tante Lita mencibirkan bibirnya. "Emm Tante, Vinka ke kamar dulu ya. Mau istirahat sebentar" pamit Vinka. "Oke sayang, nanti temenin Tante Lita ya" ucap Tante. "Iya Tante" ucap Vinka. Vinka segera masuk ke dalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya ke kasur. Tak lama, ia mulai mengantuk dan tertidur. Vinka mengerjapkan matanya dan ia terkesiap ketika melihat seseorang berdiri bersandar disamping pintu kamarnya. "Astaghfirullah" ucap Vinka segera bangun dari tidurnya. "Pintu lo gak dikunci" ucap Azhar. "Harusnya jangan masuk, kan bisa ketuk pintu" ucap Vinka. "Susah bangunin lo kebo. Dari tadi gue ketok juga lo gak bangun bangun". "Iya kenapa Mas?" tanya Vinka mengucek matanya. "Lo harus tolak perjodohan kita" ucap Azhar. "Perjodohan? Perjodohan apaan?" tanya Vinka heran. "Lo gak tau?" tanya Azhar. "Perjodohan siapa? Vinka gak tau" ucap Vinka. "Lo sama gue dijodohin" ucap Azhar. "Hah? Apaan sih! Udah Mas Azhar gak usah mikirin, Vinka juga gak bakalan terima perjodohan ini" ucap Vinka. "Gue gak mikirin, tapi lo tau sendiri kan tadi Mama gimana?" tanya Azhar. "Udah Mas gak usah diambil pusing, Mas Azhar ganteng banyak yang ngantri. Urusan Tante sama Om nanti Vinka juga bakalan bilang kalau Vinka juga punya pacar" ucap Vinka. "Bagus lah kalau lo juga gak setuju perjodohan ini" ucap Azhar, "Kalau tidur jangan ileran, sayang bantal bantalnya. Bau". Azhar segera keluar dari kamar Vinka. "Ih Mas Azhar! Habis ngapain di kamar Mba Vinkaa?" teriak Haris kaget. "Woy diem kamu!" ancam Azhar. Vinka kaget, segera ia keluar dari kamar. "Ada apa ribut ribut?" tanya Om Sultan yang baru saja masuk dari pintu utama rumah, beliau masih memakai baju kantor. "Mas Azhar habis dari dalam kamar Mba Vinka, Pa" ucap Haris segera menghampiri Papanya. "Azhar, Vinka, benar yang Haris bilang?" tanya Om Sultan menatap Azhar dan Vinka bergantian. "Azhar habis ngomong sesuatu. Gak ngapa-ngapain Pa" ucap Azhar. "Betul Om, Mas Azhar tadi perlu bicara sama Vinka" ucap Vinka. "Ihh tapi pintunya ditutup tadi sedikit" ucap Haris polos. "Apaan sih Ris. Mas gak ngapa-ngapain!" ucap Azhar kesal. Tante Lita yang sudah rapi dandanannya, datang dengan raut wajah heran. "Ada apa ini kok rame rame disini?" tanya Tante Lita keheranan. "Mas Azhar berduaan sama Mba Vinka dikamar Mama" ucap Haris. "Hah? Mas Azhar! Kamu ngapain?" tanya Tante Lita membulatkan matanya. "Gak ngapa-ngapain, orang cuman ngomong empat mata" ucap Azhar, "Udah ah, Azhar mau ke kamar dulu". "Azhar? Kamu gak melecehkan Vinka kan?" tanya Om Sultan. Azhar yang sudah mulai berjalan menghentikan langkahnya dan berbalik, "Gak ada alasan untuk itu Pa, Azhar masih waras. Azhar gak mungkin ngelakuin itu sama Sepupu sendiri, apalagi sama cewek ingusan macam dia". "Vinka memang masih kecil, masih anak ingusan. Tapi gak seenaknya Vinka diremehkan. Harusnya tadi jangan masuk kamar kalau memang Vinka gak bangun. Jadi orang orang gak berpikiran negatif sama kita berdua. Yang asal masuk kamar tanpa ngetuk pintu sampai orangnya bukain pintu siapa? Yang gak dewasa siapa?" ucap Vinka angkat bicara. "Vinka maafin Mas Azhar ya, dia gak bermaksud kok panggil kamu kayak gitu. Ya sayang ya, jangan marah. Kamu dandan yuk, kita mau berangkat sebentar lagi" ucap Tante Lita mengusap lengan kiri Vinka yang masih menatap kecewa ke arah Azhar. "Maaf Tante. Vinka mau istirahat aja, lain kali aja Vinka temenin Tante. Maaf ya Tante. Vinka ke kamar dulu" Vinka segera berlalu undur diri dan masuk ke kamarnya. "Mas Azhar, jadi lelaki jangan gitu dong. Vinka itu calon istri...." ucapan Tante Lita dipotong oleh Azhar. "Gak! Sampai kapanpun, Azhar dan Vinka menentang perjodohan ini. Terserah Mama dan Papa mau marah, Azhar gak perduli. Azhar udah menemukan perempuan pilihan Azhar sendiri, sesuai permintaan Mama dan Papa hari minggu ini, dia akan datang. Jadi tolong, sambut dia dengan baik" ucap Azhar segera berlalu. "Mas Azhar dijodohin sama Mba Vinka, Pa?" tanya Haris bingung. "Iya Haris, soalnya ini keinginan Papa sejak lama. Punya menantu dari keponakan sendiri" ucap Om Sultan. "Bukannya gak boleh ya Ma? Kan kami sepupua-an. Rasanya kan pasti aneh" tanya Haris penasaran. "Boleh dong sayang, anak Mama yang ganteng. Coba aja search google" ucap Tante Lita. "Masa sih? Kalau Mas Azhar sama Mba Vinka menolak, tetap dipaksa? Kan kasian kalau terpaksa. Papa Mama jangan dipaksa ya, nanti kalau Mas Azhar menceraikan Mba Vinka, kan yang sakit hati Mba Vinka" ucap Haris polos. "Gak akan cerai sayangku. Nanti kan mereka saling mencintai" ucap Tante Lita memeluk dan mencium Haris, anak bungsunya yang tampan. "Jangan cium terus Mama, Haris kan sudah besar" ucap Haris kesal. "Kamu udah SMA juga masih polos, tetap aja kamu anak kecilnya Mama yang bontot" ucap Tante Lita memeluk anaknya. "Ya sudah, Haris ke kamar ya. Mama ikut Papa ke kamar" ucap Om Sultan. "Iya Papa" ucap Haris segera berlalu dari hadapan Om Sultan dan Tante Lita. "Ayo sayang" ucap Om Sultan segera merangkul bahu istrinya, Tante Lita. Di dalam kamar Om Sultan dan Tante Lita.... "Pa, kalau Azhar tetap menolak perjodohan ini gimana?" tanya Tante Lita. "Kita kayaknya harus mendekatkan mereka berdua deh Ma" ucap Om Sultan. "Gimana caranya? Mereka aja enggak akur. Azhar yang kelihatannya benci banget sama Vinka" ucap Tante Lita. "Papa juga lagi cari cara buat mendekatkan mereka berdua" ucap Om Sultan. "Hari minggu Azhar juga bawa Claudia ke rumah" ucap Tante Lita waswas. "Claudia siapa Ma?" tanya Om Sultan. "Azhar bilang itu pacarnya. Tapi Mama kok gak yakin" ucap Tante Lita. "Kita lihat aja nanti bagaimana Claudia itu. Kalau memang baik, Papa akan coba membatalkan perjodohan Azhar dengan Vinka. Masih ada Riko anak kita Ma" ucap Om Sultan. "Ih Riko mah badung Pa, mana mau Vinka sama dia. Orangnya kayak gitu. Mama setujunya Azhar Pa, Azhar itu dewasa. Bisa menuntun Vinka, kalau sama Riko nanti sama sama labil ujung ujungnya pisah, kasian Vinkanya" ucap Tante Lita. "Tapi Azhar kamu lihat sendiri kan sayang, tadi dia bagaimana? Kasian Vinka kalau dimusuhin tiap hari" ucap Om Sultan. "Cinta itu tumbuh seiring waktu berjalan, Papa" ucap Tante Lita. "Kita harus cari jalan lain Ma, biar Azhar gak bisa berkutik" ucap Om Sultan. "Kita pikir lagi nanti Pa" ucap Tante Lita, "Sekarang Mama mau keluar sebentar, ketemu client". "Papa antar ya" ucap Om Sultan. "Tadi Mama minta temenin Azhar Pa. Mama takut Papa nanti capek lagi. Baru juga pulang" ucap Tante Lita. "Gak apa apa istriku, Papa mandi dulu nih. Sekalian beli jajanan buat Vinka" ucap Om Sultan. "Ya sudah, Mama gak bakalan lama kok, paling lama 1 jam pertemuannya" ucap Tante Lita, "Papa mandi dulu, Mama siapin baju Papa". "Oke istriku sayang" ucap Om Sultan mencium kening istrinya. Setelah Om Sultan masuk ke kamar mandi, Tante Lita segera menyiapkan pakaian suaminya, setelah dirasa siap, ia segera keluar dari kamar dan menuju kamar Azhar. Tok tok tok. Tante Lita mengetuk pintu. "Mas Azhar" panggil Tante Lita. "Iya Ma" ucap Azhar segera membuka pintu. "Mama mau minta maaf, kamu gak usah nganterin Mama. Papa yang mau antar Mama pergi" ucap Tante Lita. "Ya sudah, iya Ma" ucap Azhar menganggukkan kepalanya. "Ok Mas, yasudah istirahat ya, Mama sama Papa pergi dulu. Assalamu'alaikum" ucap Tante Lita. "Wa'alaikumsalam. Hati hati Ma" ucap Azhar. "Iya sayangku" ucap Tante Lita segera berlalu. ~~~ •••••Azhar POV••••• "Azhar? Kamu gak melecehkan Vinka kan?" tanya Papa padaku. Aku yang sudah mulai berjalan menghentikan langkahku dan berbalik, "Gak ada alasan untuk itu Pa, Azhar masih waras. Azhar gak mungkin ngelakuin itu sama Sepupu sendiri, apalagi sama cewek ingusan macam dia". "Vinka memang masih kecil, masih anak ingusan. Tapi gak seenaknya Vinka diremehkan. Harusnya tadi jangan masuk kamar kalau memang Vinka gak bangun. Jadi orang orang gak berpikiran negatif sama kita berdua. Yang asal masuk kamar tanpa ngetuk pintu sampai orangnya bukain pintu siapa? Yang gak dewasa siapa?" ucap Vinka angkat bicara. Baru kali ini dia bicara panjang lebar. "Vinka maafin Mas Azhar ya, dia gak bermaksud kok panggil kamu kayak gitu. Ya sayang ya, jangan marah. Kamu dandan yuk, kita mau berangkat sebentar lagi" ucap Mama mengusap lengan kiri Vinka yang masih menatap kecewa ke arahku. Bodo amat, siapa suruh dia merusuh kehidupanku. "Maaf Tante. Vinka mau istirahat aja, lain kali aja Vinka temenin Tante. Maaf ya Tante. Vinka ke kamar dulu" Vinka segera berlalu masuk ke kamarnya. Bisa ku pandangi tadi dari wajahnya ia menahan kesal dan marah kepadaku. Tapi, apa peduliku? Bagus kalau dia semakin membenciku. Itu akan lebih baik. Daripada harus menikahinya. "Mas Azhar, jadi lelaki jangan gitu dong. Vinka itu calon istri...." ucapan Mama segera aku potong. "Gak! Sampai kapanpun, Azhar dan Vinka menentang perjodohan ini. Terserah Mama dan Papa mau marah, Azhar gak perduli. Azhar udah menemukan perempuan pilihan Azhar sendiri, sesuai permintaan Mama dan Papa hari minggu ini, dia akan datang. Jadi tolong, sambut dia dengan baik" ucap ku segera pergi dari sana. Lama lama aku bisa gila!. Perjodohan gila ini membuatku kesal setengah mati. Tunggu saatnya aku akan membuat kamu semakin membenci aku Vinka. Biar perjodohan ini batal. Kalau perlu Tante Rini juga benci padaku. Jangan dikira aku tidak bisa punya pacar. Aku hanya tidak mempublikasi Claudia kepada keluargaku. Aku dan dia sudah berpacaran 2 tahun. Dan berencana benar benar mempublikasi hubunganku hari minggu ini. Papa kira aku tidak laku apa, sampai harus menjodohkan aku dengan sepupu sendiri. Aku masih punya selera. Dan Vinka.... Jauh dari tipeku. Ya aku akui dia polos, dan imut. Tapi tetap saja, dia bukan tipeku. Tipeku adalah gadis dewasa, cantik, dan yang penting mengerti pekerjaanku yang super sibuk. Kalau berjodoh dengan Vinka, aku yakin tiap hari aku direcoki harus pulang cepat, jika pulang terlambat dia akan menyuguhkan wajah berlipat-lipat dengan bibir maju 5 centimeter, mogok bicara selama yang dia inginkan, menghentekkan kaki sesukanya. Kekanakan!. Lagi pula, mana ada lelaki yang mau dengan gadis kekanakan itu. Aku yakin tidak ada yang mau menjadikannya Istri nanti. Kita buktikan saja jika ucapanku salah, aku berjanji akan memberikan tiket bulan madu ke Vinka dan pasangannya ke Dubai. Gratis secara cuma cuma. Pegang kata-kataku jika kalian membaca ini. ~~~ •••••Vinka POV••••• Siapa juga yang mau dijodohkan dengan lelaki galak seperti itu. Kasar, pekerjaan saja dokter, tapi sama sepupu sendiri sombong setengah mati. Apa apaan coba, perjodohan? Dia sama gue? Gila banget lah. Sampai lebaran monyet juga gue gak akan mau dijodohkan sama Dokter kayak gitu. Gak ada so sweet so sweetnya. Tiap hari mungkin gue akan disiksa, disuntik jarum tiap hari. No way!!!. Gak akan mau gue sama dia, hidup gue akan benar benar tersiksa. Gue harus cari cara buat menentang perjodohan ini. Kalau bisa dengan cara kabur dari sini. Gak tahan gue kalau terus berdekatan dengan cowok kasar gak sopan itu. Aha! Gue punya ide.... ~BERSAMBUNG~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD