《2》Pertemuan

1023 Words
"Nasya!" Nasya menoleh saat seseorang baru saja memanggil namanya, ia sangat terkejut dan langsung berpelukan dengan orang tersebut. "Qilaaaa, I miss you so bad!" "Me too, Sya." Qila melepaskan pelukannya, ia menatap Nasya lalu beralih menatap Sakha, "Masih sama Kak Sakha?" tanya Qila, ia sepertinya tidak suka melihat Nasya kembali bersama Sakha. Karena ia tahu sekuat apa Nasya menahan rasa sakitnya sendiri. Sakha langsung memeluk pinggang Nasya dengan erat lalu tersenyum untuk menjawab pertanyaan Qila barusan. Qila tersenyum sinis, menatap Sakha dengan jengah. Setelah itu, ia tak menghiraukan keberadaan Sakha. Ia langsung mengajak Nasya foto bersama. "Lo cantik banget sih, Sya!" Qila menatap kagum hasil fotonya bersama Nasya. Nasya memang terlihat sangat cantik hari ini. Nasya tertawa mendengar ucapan Qila, "Biasa aja kok, Mba." Mereka berdua pun tertawa dan kembali berbincang-bincang membahas banyak hal yang sudah terjadi di dalam hidup mereka. "Ke sini sama siapa?" tanya Nasya. "By, aku kelamaan ya?" Belum sempat Qila menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Nasya, seorang pria tampan yang dibalut jas hitamnya sudah menghampiri Qila. "Ngga kok, El." Jawab Qila lalu tersenyum manis pada pria tersebut. "Sya, ini Axel." Kata Qila memperkenalkan pria tampan di sampingnya itu. Axel menjulurkan tangannya pada Nasya dan tentu saja disambut baik dengan Nasya. "Axel." "Nasya." Setelah itu mereka bertiga kembali berbincang hangat. Sampai akhirnya Axel memberi waktu yang lebih luas untuk Nasya dan Qila berbincang-bincang. "Sya, lo yakin sama Kak Sakha?" Tanya Qila memastikan. Nasya menatap Qila aneh, "Kenapa Nasya harus ngga yakin?" Qila nampak berpikir sejenak, "Iya juga si. Tapi kok perasaan gua ngga yakin ya, Sya?" "Perasaan Qila aja itu. Nasya yakin kok Kak Sakha ngga bakal ninggalin Nasya lagi." Nasya tersenyum meyakinkan. Qila memghembuskan napasnya, "Semoga ya, Sya." Qila menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. "Sely apa kabar ya?" Tiba-tiba saja teringat dengan salah satu sahabatnya itu. Qila tertawa, "Ya ampun ... Lo udah di jahatin masih aja mikirin Sely." Nasya malah tersenyum, "Sely ngga jahat. Nasya juga salah kok waktu itu karena ngga tau apa yang Sely mau sebenarnya. Sangat disayangkan sekarang Sely jauh dari kita." Memori tentang kejadian beberapa tahun lalu yang terjadi di antara dirinya, Sakha, Sely dan Arsen tiba-tiba saja langsung terputar di otaknya. Entah kenapa Qila langsung memeluk Nasya dengan erat. "Sya, semoga kali ini Sakha beneran jadi sumber bahagia lo ya. Gue ngga mau lo sakit lagi." Nasya mengelus punggung Qila dan kepalanya memgangguk pelan, "Nasya percaya sama Kak Sakha." Qila melepaskan pelukannya dan mereka pun kembali mengelilingi pesta yang meriah itu. Banyak sekali tamu yang datang di pernikahan Darrel dan Deeva. Ya bagaimana tidak? Sekarang Darrel telah menjadi pengusaha yang sangat sukses dan terkenal di berbagai kalangan. Qila dan Nasya pun berpencar untuk kembali menemui kekasih hatinya masing-masing. Nasya menghampiri Sakha yang terlihat tengah berbincang dengan ayahnya dan beberapa rekan bisnisnya. Setelah sampai di samping Sakha, Nasya langsung mengambil tangan Sakha untuk ia genggam. Sakha terkejut atas kehadiran Nasya, namun setelah itu ia tersenyum lalu mengeratkan genggaman mereka. "Permisi." Seseorang berkata tepat di belakang tubuh Nasya. Sontak saja mereka yang sedang berbincang langsung mengalihkan pandangannya pada orang tersebut. Nasya dan Sakha pun mengalihkan pandangannya. Gadis berparas cantik dengan gaun berwarna peach yang sangat pas di tubuhnya itu tersenyum pada mereka semua. Aura yang dimiliki gadis itu mampu menyita perhatian beberapa orang yang ada di sana, ia terlihat sangat anggun dan senyumnya mampu membuat orang terpana selama beberapa saat. "Boleh aku gabung?" Tanyanya sambil mempertahankan senyumnya. Tentu saja langsung di setujui oleh mereka termasuk Sakha. Gadis itu menatap Nasya lalu mengulurkan tangannya. "Long time no see, Sya. Apa kabar?" Nasya tersenyum canggung. Setelah sekian lama ia tidak bertemu dengan gadis yang kini sudah terlihat sangat berbeda. Nasya sangat terpesona oleh perubahan gadis cantik itu, "Aku baik, Kak." Nasya menyambut uluran tangan itu dengan senang hati. Gadis itu tersenyum ramah, "Syukurlah ..." "Lho Rania, Om kira kamu ngga akan datang." Salah satu dari mereka berbicara, ia merupakan rekan bisnis Sakha yang tadi tengah berbincang. "Setelah tahu kalau ini pernikahan Darrel, Rania memilih untuk datang karena ingin bertemu dengan teman-teman Rania waktu SMA juga, Om." Masih dengan senyumnya Rania memberitahu alasan mengapa ia memilih datang ke pesta pernihakan Darrel ini. "Oh ya? Kok Om ngga tahu kalau ada teman-teman SMA kamu juga di sini?" tanya pria paruh baya itu dengan antusias. "Sakha dan Nasya salah satu teman aku, Om." Jawab Rania sambil kembali menatap Nasya dan Sakha bergantian. "Oh begitu. Baguslah jika kalian saling kenal. Om akan lanjut berbincang dengan rekan-rekan Om. Kamu bersenang-senang ya, Rania." Ucap pria paruh baya itu dan meninggalkan Rania, Nasya dan Sakha. Entah ini perasaan Nasya saja atau bukan, genggaman Sakha semakin mengendur di tangannya. Rania dan Sakha saling beradu tatap tanpa kata yang terucap. Nasya merasakan atmosfer yang berbeda kini menyelimuti mereka bertiga. Tidak-tidak, lebih tepatnya mereka berdua. Sakha dan Rania. Akhirnya Rania lah yang mencairkan suasana, ia mengulurkan tangannya kepada Sakha. "Apa kabar, Ar?" Genggaman di tangan Nasya terlepas, Sakha menyambut uluran tangan Rania. "Baik." Senyum Sakha mengembang begitu sempurna. Rania tersenyum hangat, keduanya pun melepas jabatan tangan mereka. Rania izin untuk menemui rekan-rekan yang lain, hingga akhirnya menyisakan Nasya dan Sakha yang kini diselimuti dengan suasana yang terasa aneh. Entah mengapa hal ini bisa terjadi pada mereka. Nasya mencoba mengajak Sakha berbincang kembali. Namun, selama perbincangan itu terjadi, Nasya merasa hanya berbicara dengan raga pria itu saja. Pikiran pria itu entah kemana. Ia terus menerus mengalihkan pandangannya ke berbagai arah ketika Nasya sedang berbicara, Sakha seperti sedang mencari sesuatu. Sakha seperti bukan dirinya saat ini. Nasya merasa sangat berbeda berada di dekat Sakha. "Kak?" Panggil Nasya saat fokus pria itu lagi-lagi tidak tertuju padanya. Dengan ragu Sakha menoleh kepada Nasya. "Apa sayang?" Tiba-tiba saja Nasya memeluk Sakha dengan erat, tidak tahu mengapa dirinya saat ini ingin menangis. Sakha membalas pelukannya Nasya lalu mengecup kepala Nasya yang tepat berada di bawah dagunya. "Ada apa?" Tanya Sakha dengan lembut. Nasya hanya menggelengkan kepalanya, ia ingin memeluk Sakha seperti ini dalam beberapa saat. "Jangan pergi lagi." Ucap Nasya begitu pelan, namun Sakha masih dapat mendengarnya. Sakha mengeratkan pelukannya lalu mengusap punggung Nasya dengan lembut. "Kamu bicara apa sih, sayang?" Tak ada jawaban lagi dari Nasya. Mereka tetap berada dalam posisi itu selama beberapa saat. Kedua mata Sakha akhirnya terhenti pada satu titik, matanya bertubrukan dengan mata seseorang yang sedari tadi ia cari. Senyum Sakha kembali mengembang sempurna, begitu juga dengan orang itu. Senyuman yang memiliki arti tersendiri bagi mereka. Senyuman yang hanya mereka berdua pahami. Tanpa gadis yang berada dalam dekapan Sakha menyadari, bahwa hari-hari esok sepertinya tak akan sama lagi. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD