bc

ANNASYA ; THE ENDING

book_age16+
1.2K
FOLLOW
5.1K
READ
dark
love-triangle
family
drama
tragedy
sweet
no-couple
mystery
cheating
lies
like
intro-logo
Blurb

[CERITA SUDAH LENGKAP]

~SERIES 2~

WARNING! ⚠

Jika kalian berpikir akan menemukan canda dan tawa di dalam cerita ini, lebih baik tidak usah dibaca. Karena cerita ini sangat menganggu emosional dan membuat kalian ikut merasakan kesedihan yang teramat dalam.

_____________________________________________

Bukankah kita saling mencinta?

Bukankah kita saling menjaga?

Nyatanya itu hanya bualan belaka.

Harusnya kita bersama,

Yang tercipta malah luka.

Aku rela. Semoga kau bahagia.

chap-preview
Free preview
《1》Hari Bahagia
Kepercayaan. Satu kata yang selalu dipegang teguh oleh dirinya. Namun, ia salah. Tak seharusnya ia menaruh kepercayaan itu pada seseorang yang ia anggap sumber bahagianya. Kepercayaan itu sudah runtuh, hilang dan lenyap saat ia harus menerima kenyataan yang tak pernah ada dalam bayangannya. Semuanya telah berubah, tak lagi sama. *** Suasana tegang sekaligus bahagia menyelimuti semua orang yang berada di sebuah gedung mewah yang sudah didekor dengan begitu mengesankan        Saat semua saksi mengucapkan kata 'sah' disitulah kebahagiaan yang sesungguhnya tercipta. Kini semua orang saling melempar senyum dan mengucap rasa syukur. Beberapa menit yang lalu, Darrel dan Deeva sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Mereka berdua terlihat begitu bahagia di atas pelaminan, Darrel terus saja menatap dengan penuh cinta wanita yang ada di sampingnya. Hal itu tentu saja membuat gadis yang beberapa bulan lagi akan berada di tempat yang sama dengan Darrel dan Deeva tersenyum bahagia. Ya, gadis itu adalah Annasya. Tiga bulan lagi Nasya akan merasakan puncak kebahagiaan itu bersama lelaki yang kini sedang menggenggam tangannya dengan nyaman. Memulai awal yang baru untuk mencapai kebahagiaan seutuhnya. Nasya menatap Sakha yang berada di sampingnya dengan lekat, menikmati setiap sudut indah dari wajah tampan Sakha. Nasya tersenyum lagi, ia benar-benar bahagia saat ini. "Jangan diliatin terus, Sya ..." Ucap Sakha sadar akan Nasya yang terus menatapnya, Nasya terkekeh lalu menyandarkan kepalanya di lengan Sakha. "Aku bahagia, Kak." "Aku jauh lebih bahagia, sayang ..." Sakha mengelus rambut Nasya yang saat ini tergerai begitu cantik. Hari ini mereka berdua terlihat sangat menawan dengan busana mereka masing-masing. Hari ini mereka berdua terlihat sangat menawan dengan busana mereka masing-masing "Aunty!" Nasya menoleh ke arah sumber suara, ia langsung tersenyum melihat Clara yang berada di dalam gendongan Dathan "Aunty!" Serunya lagi pada Nasya saat ia sudah berada di hadapan Nasya. "Ponakan aku cantik banget, sih. Gemas!" Nasya mencubit pelan hidung Clara. "Rara dari tadi nanyain kamu mulu Dek, nih dia pengin main sama kamu." Dathan menyerahkan Clara yang berada digendongannya kepada Nasya. "Sya, Kakak titip Rara ya?" Ucap sang ibu dari anak kecil yang kini sudah berada digendongan Nasya. "Dengan senang hati Kak Del." Nasya tersenyum lebar pada Delia lalu mencium kedua pipi Clara. "Rara ... Bunda sama Ayah ke sana dulu ya, mau temuin teman-teman Ayah. Rara di sini sama aunty, oke?" Gadis kecil itu mengangguk senang, "Iya nda, yah!" Clara mencium kedua pipi Delia dan Dathan sebelum keduanya pergi. "Aunty, I want ais cleam!" Clara menatap Nasya dengan penuh harap. "You want ice cream?" Tanya Nasya memastikan, pasalnya Rara baru berumur tiga tahun dan berbicaranya masih ada yang belum terlalu di mengerti. Gadis kecil itu mengangguk penuh antusias, lalu ia menatap Sakha yang sedari tadi berada di samping Nasya sambil terus tersenyum, "Uncle?" "Ya, princess?" Balas Sakha dengan senyum tampan yang setia menghiasi wajahnya. "Aunty, Lala mau di gendong cama Uncle ..." Dengan senang hati tentu saja Sakha langsung mengambil alih Clara, "Uncle  ganteng ngga, Ra?" tanya Sakha dengan senyum tampannya. Clara meletakkan jari telunjuknya di atas dagu, lalu mulai berpikir, "Um ... Lala pikilin dulu ya Uncle." Gadis imut itu kembali berpikir, tak berapa lama ia pun tersenyum seolah sudah mendapatkan jawabannya. "Uncle ganteng kok. Tapi Ayah Lala yang paling ganteng, hihi ..." Gadis itu tertawa dengan sangat menggemaskan. "Oh ya? Yaudah Uncle ngga mau temenan sama Rara lagi." Sakha menatap Clara dengan muka ngambek yang dibuat-buat. Clara jadi merasa berselah, kemudian ia memegang pipi Sakha dengan tangan mungil putihnya, "Yaudah deh Uncle lebih ganteng dali Ayah. Tapi Uncle jangan bilang cama Ayah ya  ..." Clara menaruh jari telunjuknya di bibir Sakha. Hal itu langsung membuat Sakha dan Nasya tertawa melihat tingkah menggemaskan gadis kecil itu. "Bilangin ah ..."                          "Ish no, Uncle!" Clara menekuk wajahnya, Sakha memang selalu menyebalkan, tapi Clara suka. "Yes, Princess. Uncle  ngga akan bilang ke Ayah." Setelahnya Sakha mencium pipi Clara dengan gemas. "Rara jadi ngga mau es krimnya?" Kali ini Nasya yang bertanya. Clara tersenyum senang, "Jadi, Aunty!" Mereka pun segera menuju ke tempat es krim yang sudah disediakan di sana, mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Dan setelah mendapatkan apa yang gadis kecil itu inginkan, ia memakan es krim vanilanya tanpa mengoceh lagi. Clara yang berada dalam gendongan Sakha sudah menghabiskan es krimnya, ia memanggil Nasya yang tengah melihat-lihat sekelilingnya. "Aunty!" "Iya?" "Ticu." Clara mengulurkan kedua telapak tangannya pada Nasya. "Apa Ra?" tanya Sakha bingung. "Ticu Uncle, Lala mau belsihin tangan Lala." Clara menunjukkan kedua telapak tangannya yang sudah lengket karena es krim itu pada Sakha. Sakha dan Nasya pun akhirnya mengerti apa yang diinginkan gadis kecil itu, mereka pun kembali berjalan mencari tissu. Dan akhirnya mereka menemukannya di salah satu meja. Nasya pun dengan sigap langsung membersihkan kedua telapak tangan Clara. Clara tersenyum senang, "Thank you, Aunty!" Clara mengecup bibir Nasya sebentar. "So sweetnya ponakan aku." Nasya tertawa lalu mencubit kedua pipi Clara dengan gemas. Melihat hak itu tentu saja membuat Sakha ikut tertawa bahagia, "Kita sempurna banget, Sya." Ucap Sakha sembari mengelus puncak kepala Nasya. "Lebih sempurna kalau anak kita beneran, hehe." Nasya mengedipkan sebelah matanya. Sakha tertawa lagi. Mereka bertiga pun berjalan menuju pelaminan untuk sesi foto bersama. Clara kini sudah berpindah ke dalam gendongan Dathan. "Terima kasih sudah menjaga Clara." Ucap Dathan pada Sakha. "Santai, Bang." Sakha tersenyum, lalu ia berjalan mendekati Nasya. Sakha kini berdiri di samping Nasya, satu tangannya ia gunakan untuk merangkul Nasya. Kemudian mereka berdua saling melempar senyum. Sesi foto berjalan lancar, Nasya dan Sakha langsung berjalan menuju salah satu meja dan duduk di sana. Setelah mendapat tempat duduk, mereka menikmati hidangan yang ada di sana sambil berbincang-bincang. "Sayang ..." Blush! Merah sudah pipi Nasya karena panggilan tersebut. Entah mengapa rasanya selalu berbeda saat Sakha memanggil dirinya seperti itu. Padahal itu merupakan hal yang sering Sakha lakukan. Sakha mengelus lembut sebelah pipi Nasya, "Kamu masih aja blushing." Nasya malah nyengir lebar, "Ngga tahu, Nasya deg-degan kalau dipanggil kaya gitu." "Dipanggil kaya gitu gimana?" Sakha mulai menggoda gadisnya. "Kaya tadi." "Yang mana?" "Ish yang tadi, yang-" "Sayang ..." Lagi-lagi kedua pipi Nasya merah merona, "Ih Kak Sakha!" Nasya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kebiasaan. "Haha," Sakha tertawa kemudian seperti biasa ia menurunkan tangan Nasya dari wajahnya lalu membawa ke dalam genggamannya. "Love you ..." Dikecupnya kedua tangan Nasya dengan lembut. Nasya tersenyum bahagia, sangat bahagia. "Love you too, jelek!" Nasya menjulurkan lidahnya pada Sakha. Sakha tertawa, "Biarin, jelek-jelek gini juga kamu mau sama aku." Mereka kembali tertawa. "Sya, ngga apa-apa kamu nunggu tiga bulan lagi?" Sakha mulai membicarakan hal serius. Ia takut Nasya tidak bisa menunggunya karena di pertemuan keluarga mereka Sakha bilang bahwa ia akan menikahi Nasya satu bulan setelah pernikahan Darrel. Namun, karena ada pekerjaan yang sangat penting terpaksa ia harus mengundur waktu pernikahannya. "It's ok, Kak. Nasya bakal nunggu. Dari dulu kan juga gitu, hehe." Nasya menunjukkan deretan gigi putihnya. Sakha menghembuskan  napasnya, ia merasa tidak enak. "Thank you, you always understand me." "Sure."  Nasya tersenyum hangat pada Sakha. Nasya juga tidak merasa keberatan, lagipula satu bulan itu terlalu cepat. Nasya juga masih tidak menyangka Sakha akan kembali dan meminta ia menjadi milik Sakha sepenuhnya. Tidak apa-apa. Nasya yakin Sakha tidak akan pernah main-main dengan keputusannya. Tiga bulan Nasya rasa cukup untuk memantaskan dirinya bersanding dengan Sakha dan memantapkan hatinya berlabuh dengan Sakha. Nasya yakin. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Long Road

read
148.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
10.0K
bc

Noda Masa Lalu

read
205.5K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
484.1K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

FINDING THE ONE

read
34.5K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook