《5》Jaket

1124 Words
Nasya meninggalkan ruang kerjanya. Hari ini ia pulang sedikit larut malam, di karenakan jadwal konseling pasien hari ini cukup padat. Setelah bekerja cukup lelah, akhirnya Nasya bisa pulang. Ia segera mengirimkan pesan pada Sakha. Sakha sudah berjanji hari ini akan menjemputnya. Kak jadi jemput Nasya? Sembari menunggu balasan dari Sakha, Nasya melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit. Ia akan menunggu Sakha di luar saja. Nasya sudah berada di luar, ia kembali mengecek ponselnya. Namun, tak ada balasan dari Sakha. Nasya pun mencoba untuk menelpon Sakha. Sudah lebih dari lima kali, namun panggilan Nasya tidak dijawab oleh Sakha. Nasya jadi bimbang, jika ia pulang naik taksi lalu Sakha tiba-tiba menjemputnya bagaimana? Jika Nasya terus menunggu tapi Sakha tidak juga datang bagaimana? Karena jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Ia juga tidak bisa lagi meminta jemput Dathan ataupun Darrel, karena waktu mereka sekarang sudah dipakai untuk keluarga kecilnya masing-masing. Nasya kembali menelpon Sakha, namun hasilnya tetap sama. Nasya memutuskan untuk menunggu Sakha setengah jam lagi. Jika Sakha tak kunjung datang, Nasya akan pulang sendiri. Tiba-tiba saja Nasya jadi memikirkan bagaimana bisa dirinya dan Sakha dapat melangkah sejauh ini. Nasya yang sedari dulu selalu mempertahankan cintanya untuk Sakha, tak berpaling dengan siapapun, menunggunya selama lebih dari enam tahun, dan berakhir dengan Sakha kembali lagi padanya. Nasya pernah hampir menyerah, tapi hatinya terus memaksa agar ia tetap bertahan. Dan kata hatinya memang benar, Sakha-nya telah kembali. Nasya tersenyum membayangkan hal itu, tak menyangka bisa berakhir bahagia seperti ini. Berakhir bahagia? Akankah? Nasya menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin memikirkan hal-hal yang tidak baik. Ia pun kembali mengecek ponselnya, tetap tidak ada balasan dari Sakha. Ia melihat jam dan ternyata sudah setengah jam berlalu. Nasya akhirnya memutuskan untuk memesan taksi online. Mungkin karena sudah larut malam jadi ia kesulitan untuk mendapatkan taksi onlinenya. Namun, sebuah mobil porsche cayman putih berhenti tepat di hadapan Nasya, sang pengemudi keluar lalu menghampiri Nasya yang masih berusaha memesan taksi. "Nasya?" Panggilnya setelah berada di hadapan gadis itu. Nasya mengangkat wajahnya, ia lantas tersenyum. "Dokter Aji? Ada apa?" Tanya Nasya langsung ke intinya. Ia tidak bisa berlama-lama lagi karena hari sudah semakin malam, ia harus segera mendapatkan taksi dan pulang. "Kamu kenapa masih di sini?" Tanya pria dengan iris matanya yang berwarna kelabu, membuat tatapannya terlihat begitu dingin kepada Nasya. "Lagi pesan taksi, Dok." "Sudah dapat?" Nasya menggeleng, "Belum, Dok." "Mau saya antar?" "Eh?" Nasya terkejut mendengar penawaran dokter dengan tatapan dingin itu. Nasya mulai berpikir keras, dari tadi ia memesan taksi tapi tidak ada satupun yang menerima pesanannya, menunggu Sakha pun sepertinya percuma dan hari sudah semakin larut. "Boleh, Dok?" Tanya Nasya ragu. Malam ini udara cukup dingin, Nasya hanya memakai kemeja tipisnya saja. Karena biasanya ia tidak akan pulang selarut ini, jadi ia jarang sekali membawa jaket. Melihat gelagat Nasya yang terlihat kedinginan, Dokter Aji kembali ke mobilnya. Nasya bingung apa yang akan dilakukan dokter itu, apakah akan meninggalkannya? Padahal pertanyaan Nasya tadi belum dijawab. Tak berapa lama kemudian, Dokter Aji kembali menghampiri Nasya dengan sebuah jaket putih di tangannya. "Dingin, kamu pakai ini." Ucap Dokter Aji sambil menyerahkan jaket tersebut kepada Nasya. Nasya mengambil jaket itu lalu memakainya. Wangi parfum Dokter Aji yang khas langsung tercium oleh hidungnya. Nasya suka wanginya. "Pulang sekarang?" Tanya Dokter Aji setelah melihat tubuh Nasya sudah dibungkus oleh jaketnya. Nasya mengangguk, lalu berjalan mengikuti langkah Dokter Aji. Mobil porsche cayman putih itu pun berlalu meninggalkan rumah sakit. Setelah Nasya memberitahu alamat rumahnya, tak ada lagi perbincangan antara dirinya dengan dokter muda di sampingnya itu. Sampailah mereka di rumah Nasya setelah menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit. Rumah sakit tempatnya bekerja dengan runahnya memang berjarak cukup jauh. Nasya mengucapkan terima kasih dan hendak membuka pintu mobil, namun gerakannya terhenti karena Dokter Aji menahan pergelangan tangannya. Nasya menoleh bingung menatap Dokter Aji. Dokter Aji yang menyadari itu langsung melepaskan tangannya dari Nasya. "Maaf." Ia meminta maaf karena takut Nasya tidak nyaman atas perlakuannya barusan. "Kalau di luar jam kerja, kamu ngga usah panggil saya pakai dokter." "Kenapa?" Nasya menautkan kedua alisnya. "Biar ngga terlalu formal aja, Sya." Ia tersenyum sangat manis. Sangat manis. Iya benar, sampai-sampai Nasya terdiam melihat senyuman itu. "Sya?" Pria itu mengibaskan tangannya di depan wajah Nasya. Nasya tersadar, ia mengedipkan matanya berkali-kali. Apa yang baru saja ia lakukan? Astaga ... Nasya bikin malu saja! "Ah iya, Dok." Ucap Nasya melupakan keinginan pria dihapannya. "Aji, Sya." Koreksinya, lalu ia tertawa melihat wajah kebingungan Nasya. "I-iya. Aji?" Tak tahu mengapa, ia merasa aneh saja saat memanggil Aji tanpa dokter. Pria itu tersenyum lagi, "Yaudah, kamu boleh turun." Nasya mengangguk, lalu segera turun dari mobil tersebut. Mobil Aji pun meninggalkan halaman rumah Nasya. Sembari berjalan menuju pintu utama, Nasya memeluk dirinya sendiri karena malam ini sangat dingin. Ia tersadar jika dirinya masih memakai jaket milik Aji. Nasya tertawa kecil, lalu menggelengkan kepalanya. "Ingat Kak Sakha, Sya!" Nasya mengingatkan dirinya sendiri. Nasya mengambil kunci cadangan yang selalu ia bawa, ia membuka pintu rumahnya kemudian menutup dan menguncinya lagi. Ia segera menaiki tangga untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Nasya langsung merebahkan dirinya tanpa mengganti pakaian dan melepas sepatunya. Nasya menatap langit-langit kamarnya, entah ada yang salah dengan matanya atau bagaimana, di langit-langit kamarnya ada wajah Aji yang tengah terenyum manis kepadanya. Nasya langsung bangkit terduduk, ia memukul kepalanya pelan sambil memejamkan matanya. "Ngga boleh, Sya!" Setelah menenangkan dirinya, Nasya kembali membuka kedua matanya. Dan betapa terkejutnya ia karena wajah Aji lagi yang pertama kali ia lihat. Nasya kembali memejamkan matanya, kemudian membuka lagi matanya perlahan-lahan. Sudah tidak ada lagi wajah Aji. Nasya melihat sekelilingnya, tidak ada, aman. Nasya kemudian berdiri, ia melepas jaket Aji yang menghangatkan tubuhnya malam ini. Dilihatnya jaket putih tersebut, entah mengapa Nasya malah membawa jaket tersebut ke indera penciumannya. Di hirupnya dalam-dalam wangi parfum yang berada di jaket itu. Wanginya menjadi candu untuk Nasya. Nasya menyadari hal gila yang baru saja ia lakukan, Nasya langsung melempar jaket itu ke tempat tidurnya. Ia berlari menuju kamar mandi, ia butuh menyegarkan dirinya. Setelah selesai mandi dan memakai piyama tidurnya, Nasya kembali menuju tempat tidurnya dan menatap jaket putih itu. Nasya langsung membawa jaket tersebut ke keranjang tempat menyimpan pakaian kotor. Nasya lama-lama bisa gila jika terus melihat jaket itu. Nasya mengambil ponselnya, membuka aplikasi chatting  miliknya. Nasya menghembuskan napasnya, tidak ada balasan apapun dari Sakha. Nasya sudah sampai rumah. Kak Sakha jangan tidur larut malam. See you! ❤ Setelah mengirimkan pesan tersebut, Nasya beralih membuka akun sosial medianya yaitu i********:. Jarinya mengetikan satu nama akun di pencarian, akun itu bernama arrazi_louvin. Nasya membuka akun tersebut, mereka sudah saling mengikuti sejak satu tahun yang lalu. Nasya menscrool  akun tersebut, hingga ia menemukan satu picture pria dengan jas putih kebanggaannya tersenyum lebar menatap kamera.  Nasya menscrool akun tersebut, hingga ia menemukan satu picture  pria dengan jas putih kebanggaannya tersenyum lebar menatap kamera Nasya ikut tersenyum. Nasya langsung melempar ponselnya ke sembarang arah setelah menyadari malam ini ia sudah melakukan hal gila untuk kedua kalinya. "Sadar, Sya, sadar!" Nasya menutup wajahnya dengan bantal. Namun, hal tersebut malah membuat wajah Aji terus terbayang di pikirannya. Nasya kembali ke posisi duduknya, ia mendecak sebal pada dirinya sendiri. "Astagaaa, Sya!" Ucap Nasya frustasi pada dirinya sendiri. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD